Tugumalang.id – Memiliki kekurangan fisik tak menjadi penghalang bagi Dartadi (60), penjual nasi goreng (nasgor) di Jalan Muharto gang 5B, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, untuk terus berkarya. Dari tangan kreatifnya, rombong nasgor dirombak hingga memiliki mesin pengaduk nasi.
Lengan kirinya patah dalam insiden kecelakaan di Madura pada 2018 silam hingga membuat lengannya tak berfungsi secara normal. Namun hal itu tak membuatnya patah semangat untuk tetap berjualan nasi goreng meski hanya dengan menggunakan satu tangan.
Dartadi yang juga memiliki keahlian instalasi elektronik dan las berhasil menyisipkan mesin pengaduk nasi dengan penggerak motor dinamo. Tak hanya untuk mengaduk nasi, mesin itu juga bisa mengeluarkan air untuk membersihkan wajan nasi goreng.

Mesin itu dia buat dari bahan-bahan perkakas. Dia merangkai besi-besi dan pisau layaknya jari-jari pengaduk. Mesin itu dia pasang menggantung di atas wajan dan juga bisa diatur kecepatan putarnya.
“Saya buat mesin ini itu, awalnya saya kena musibah kecelakaan yang membuat tangan saya patah. Kemudian tenaga saya gak mampu, tapi saya harus tetap bekerja untuk anak istri,” ujarnya.
Dia mengaku bisa menggunakan mesin itu dengan sempurna setelah melakukan eksperimen selama satu tahun lebih. Dalam eksperimen itu, dia bahkan sempat hampir putus asa lantaran terus mengalami kegagalan.

Ayah 3 anak ini memanfaatkan waktu luang untuk melakukan uji coba mesin tersebut. Dia biasa berjualan nasgor mulai pukul 18.00 hingga 01.00 WIB. Bahkan usai berjualan dia juga sering mengotak-atik mesin itu hingga subuh.
“Saya buat ini hampir 1,5 tahun tapi baru sempurna sekitar 6 bulan terakhir. Jadi setahun itu bongkar pasang, pulang kerja sampai mau kerja lagi. Pasang gak cocok bongkar lagi. Selama setahun, sampai stres saya dan hampir putus asa,” ucapnya.
Penjual nasgor yang sudah berjualan selama 8 tahun itu juga sempat mempekerjakan orang lain dalam usaha nasi gorengnya. Namun lantaran beda rasa, banyak pelanggan yang meninggalkannya.
Melalui mesin pengaduk nasi hasil inovasinya, kini para pelanggannya berangsur mulai kembali dan bisa meningkatkan jumlah penjualannya. Dalam sehari, dia bisa menghabiskan 8 hingga 10 kilogram nasi dengan didampingi Maryam, istrinya
“Alhamdulillah sekarang pendapatan sudah normal. Sehari habis 8 sampai 10 kilogram meskipun dulu sebelum pandemi bisa sampai 15 kilogram,” ucapnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Lizya Kristanti