Oleh: Abdal Malik Fajar Alam*
Tugumalang.id – Kondidi pandemi, saat ini semua negara di dunia salah satunya Indonesia sedang mengalami pandemi virus Covid-19. Virus Covid-19 merupakan kumpulan virus yang menyebabkan terinfeksinya sistem pernapasan ringan sampai pernapasan berat seperti pneumonia. Kemunculan virus Covid-19 berawal pada bulan Desember 2019 di China tepatnya Kota Wuhan. Adanya virus Covid-19 memberikan dampak bagi seluruh masyarakat dan di berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, sosial, dan pariwisata.
Demi menekan angka penyebaran virus Covid-19, pada tanggal 18 Maret 2020 pemerintah Indonesia mengeluarkan Surat Edaran (SE), yaitu segala kegiatan di dalam maupun di luar ruangan di semua sektor sementara waktu ditunda terutama dalam bidang pendidikan. Sesuai SE No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Peyebaran Covid.
Pandemi yang sudah menginjak usia 2 tahun, mengharuskan beberapa sektor mencari gaya atau Teknik baru dalam beradaptasi, salah satunya adalah dari sektor Pendidikan. Beberapa kebijakan sudah keluar ketika membahas Pendidikan, salah satunya adalah berubahnya gaya kegiatan belajar mengajar yang mulanya adalah tatap muka (offline) menjadi kegiatan pembelajaran jarak jauh (online).
Hal tersebutpun juga menimbulkan beberapa permasalahan, salah satunya adalah kurang siapnya tenaga pengajar (baca: pendidik) dalam menyingkapi kebijakan tersebut, mulai dari metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, pembuatan materi yang akan disampaikan, hingga membuat standar penilaian untuk evaluasi dalam pengajarannya.
Kondisi pendidik
Secara garis besar, elemen dalam proses pendidikan terdiri dari 2 faktor utama, yaitu pendidik dan peserta didik. Hampir semua elemen sudah merasakan dampak dari pandemi ini, mulai dari Pendidik sampai dengan Peserta didik. Kondisi pandemi yang memaksa seorang pendidik mengubah gaya pembelajarannya, yang mulanya pendidik mengajar dengan metode pembelajaran tatap muka lalu beralih menjadi kegiatan pembelajaran jarak jauh.
Ada beberapa kalangan dari pendidik yang masih belum siap dengan hal itu, mulai dari pendidik yang mengajar di daerah tertinggal, hingga pendidik yang sudah mencapai usia lanjut, permasalahannya pun juga beragam, ada pendidik yang kesulitan dengan penggunaan internet teknologi, ada juga yang mengalami keterbatasan penggunaan jaringan internet sampai dengan kurangnya pengetahuan mengenai metode pembelajaran jarak jauh.
Hal itupun berakibat pada perilaku pendidik yang menunjukkan proses pembelajaran yang monoton, pembelajaran hanya bersifat pada pemberian tugas, kurangnya pengawasan kepada peserta didik, serta terjadi penurunan tingkat partisipasi aktif kepada peserta didik dikarenakan metode yang dipakai pendidik hanya bersifat penyelesaian pekerjaan.
Marwah pendidik
Tugas seorang pendidik dalam ranah kemanusiaan, bahwa seorang pendidik di lingkungan sekolah harus bisa menjadi orang tua kedua. Seorang pendidik harus mampu menarik simpati agar bisa menjadi idola bagi para peserta didiknya. Pelajaran apapun yang diberikannya, hendaknya menjadi sebuah motivasi kepada peserta didiknya agar semakin tertarik kepada apa yang disampaikan oleh seorang pendidik.
Apabila seorang pendidik dalam performanya sudah tidak menarik, maka kegagalan utama adalah dia tidak dapat menanamkan benih materi kepada peserta didiknya, maka suasana pembelajaran dalam kelas akan terasa membosankan sehingga membuat para peserta didik enggan menyerap apa yang diajarkan oleh pendidik.
Menurut Benyamin Bloom sebagaimana W.S Winkel, bahwa kualitas pengajaran sangat bergantung pada cara penyajian materi yang harus dipelajari. Selain itu, bagaimana pendidik menggunakan peneguhan, mengaktifkan siswa supaya berpartisipasi aktif dan merasa terlibat dalam proses pembelajaran dan bagaimana cara seorang pendidik memberikan informasi kepada peserta didik tentang keberhasilan mereka merupakan cara-cara yang biasa disampaikan. Semua hal tersebut menuntut keterampilan didaktik pendidik.
Pendidik pada hakikatnya merupakan komponen strategi yang memiliki peran penting dalam menentukan kehidupan suatu bangsa. Bahkan keberadaan pendidik merupakan faktor condisio sun quanon yang tidak mungkin diganti oleh komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih lagi pada era ini.
Dalam proses belajar, pendidik menjadi kunci utama dalam pembelajaran, bagaimana seorang pendidik dapat menggerakkan sebuah kelas dan beserta isinya, dimana seorang pendidik menjadi atasan dalam pembelajaran di sekolah yang menjalankan sistem pembelajaran.
*Alumni UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Editor : Herlianto. A