Malang, Tugumalang.id – Mata pendaki gunung legendaris Indonesia, Djukardi Adriana (74) alias Abah Bongkeng berkaca kaca saat menceritakan kondisi sampah yang ada di gunung gunung Indonesia. Dia merasa miris banyak sampah plastik di jalur jalur pendakian gunung di Indonesia.
“Sekarang sangat memprihatinkan, sampah sudah sangat banyak dan berantakan di setiap gunung di Indonesia,” kata Abah Bongkeng usai menghadiri acara peresmian Eigerian Malang.
Menurutnya, kondisi ini terjadi akibat banyak pengunjung atau pendaki gunung pemula, bukan pecinta alam yang punya wawasan konservasi alam. Bahkan hanya pengunjung yang fomo atau hanya mengikuti tren naik gunung. Mereka banyak meninggalkan sampah tanpa menyadari dampaknya.
Baca Juga: Imbas Cuaca Ekstrem, Penutupan Jalur Pendakian Gunung Semeru Diperpanjang
“Saya sangat sedih melihat banyak sampah di gunung, kondisinya kotor, alam rusak. Dulu saya ke Rinjani sangat bersih dan elok, sekarang banyak sampah. Itu sangat menyedihkan bagi saya,” ucapnya dengan mata berkaca kaca.
Selain itu, dia memandang bahwa regulasi pemerintah maupun pengelola gunung masih lemah terutama berkaitan dengan menjaga kebersihan alam saat mendaki. Harusnya, kata Abah Bongkeng, pemerintah dan pengelola harus tegas menerapkan aturan kuota pengunjung hingga kebersihan di gunung.
“Misalnya pengunjung berangkat bawa 10 bungkus mie instan, maka ketika kembali ya harus menunjukkan sampah 10 bungkus mie instan itu. Jadi semua sampah harus dibawa turun dan harus dibuktikan ke petugas,” tegasnya.
Kini, pria yang sudah mendaki gunung sejak 1971 itu menyuarakan misi menjadikan gunung di Indonesia bebas dari sampah. Dia juga mengajak semua pihak menjaga alam di pegunungan agar tetap lestari dan bersih.
“Sebagai pendaki harus memiliki etika ketika mendaki gunung, memahami alam yang harus tetap asri, terjaga. Dengan kedatangan kita sebagai manusia, tidak boleh merusak lingkungan gunung yang kita datangi,” tuturnya.
Baca Juga: Cuaca Ekstrem, Jalur Pendakian Gunung Semeru Ditutup Sementara
Abah Bongkeng diketahui telah mendaki gunung berbagai negara. Seperti Gunung Blanc puncak tertinggi Alpen Perancis, Gunung Briethorn Swiss, Gunung Elbrus Rusia, Gunung Kleineglocner Austria, Gunung Grand Paradiso Italia hingga Gunung Zugspitze Jerman.
Sejauh ini, Abah Bongkeng bersama Eiger juga terus mensosialisasikan zero waste mountain. Hal ini sukses menjaga kebersihan alam di Gunung Kembang, Wonosobo. Target selanjutnya yakni Gunung Semeru. Gunung ini ditargetkan menjadi gunung terbersih setelah Gunung Kembang dan Gunung Balubaria.
“Target berikutnya kalau bisa Semeru, dibikin zero waste mountain, bebas sampah. Artinya bukan hanya membawa turun sampah, tapi aturannya benar benar diterapkan,” ujarnya.
Abah Bongkeng yang telah malang melintang mendaki gunung di berbagai negara itu juga memberikan tips mendaki gunung. Baginya, membekali diri dengan pengetahuan teknik hidup di alam terbuka penting dilakukan sebelum mendaki.
“Jadi kalau misalkan tersesat atau kecelakaan saat mendaki itu sudah tau cara untuk menolong diri sendiri,” ucapnya.
Selain itu, pendaki juga harus mencari informasi soal peta medan atau jalur gunung yang akan dikunjungi. Bahkan kalau bisa, pendaki juga perlu memahami cuaca yang paling ideal untuk mendaki.
“Gunung itu mengandung dan mengundang bahaya. Mengandung, jelas alam tak bisa diterka. Kalau kita datang kan mengundang bahaya. Jadi kalau mau naik ya harus benar benar mempersiapkan diri dengan baik,” urainya.
Tentunya, pendaki juga harus membawa bekal makanan yang cukup dan tak berlebihan. Lalu juga peralatan pendakian. Tak kalah penting, pendaki harus benar benar mempersiapkan mentalnya.
Untuk menjaga stamina agar tetap bisa mendaki gunung di usia lanjut, Abah Bongkeng menyebut kuncinya adalah menjaga pola hidup. Misalnya tetap olahraga dan menjaga pola makan.
“Kalau saya olahraga, mungkin sehari 30 menit jalan atau joging. Lalu pola makan dijaga, gak boleh makan sembarangan,” tandasnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
redaktur: jatmiko