Tugumalang.id – Kawasan wisata Payung di Kota Batu, Jawa Timur pernah menjadi primadona wisatawan pada masanya. Namun kini, destinasi legendaris itu tak lagi diminati. Pemkot Batu berencana memberi sentuhan revitalisasi baru dengan nama program ‘Payung Reborn’ di kawasan tersebut.
Ini menjadi upaya Pemkot Batu dalam memberikan perhatian kepada pelaku wisata yang dulu sempat berjasa mempopulerkan Kota Batu. Meredupnya popularitas Payung ini sendiri memang kalah pamor dengan destinasi wisata baru yang semakin menjamur dan menawarkan suasana kekinian.
Baca Juga: Waspada! Longsor di Kawasan Payung, Arus Lalu Lintas Buka Tutup
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menuturkan jika pihaknya berkomitmen membangun kembali destinasi wisata legendaris itu dengan sentuhan baru. Selama ini, Payung masih terkesan jadul.
“Kami sudah siapkan konsep Payung Reborn. Itu jadi konsep dimana wisata ini tetap ramah lingkungan dengan sentuhan konsep modern. Destinasi ini masih akan menjadi tempat singgah wisatawan,” kata Aries, Kamis (13/6/2024).
Ariea tak menampik jika kondisi sepi pengunjung di wisata Payung terjadi karena konsep warung yang ada di sana sudah ketinggalan zaman. Selain itu, juga menjamurnya destinasi wisata baru membuat Payung tak lagi menjadi alternatif wisatawan.
Baca Juga: 5 Destinasi Wisata Candi Bersejarah di Malang, Menyimpan Mitos-Mitos Menarik
“Karena jadul itu jadi sudah kelihatan kumuh. Jadi nanti akan kami ubah konsepnya, lalu menggandeng investor. Akan ada berapa puluh tempat yang kami tawarkan. Silahkan kalau mau, tapi dengan konsep yang sudah kita siapkan,” jelasnya
Kawasan Payung dulunya dikenal sebagai tempat singgah wisatawan yang menawarkan udara sejuk dan lanskap pemandangan pegunungan dari ketinggian. Banyak juga remaja yang menjadikan kawasan ini untuk nongkrong.
Segarnya udara khas pegunungan dan indahnya pemandangan menjadi alasan kuat para wisatawan yang datang. Rata-rata, orang akan menjadikan kawasan ini sebagai rest area setelah melakoni perjalanan dari Kediri atau sebaliknya.
Di sana, banyak warung sederhana yang menjual aneka makanan dan minuman sederhana untuk menghangatkan badan. Mulai jagung bakar, sate kelinci, mie instan, olahan susu sapi dan masih banyak lagi.
Kawasan Payung menjadi salah satu destinasi wisata yang akhirnya kalah pamor. Jika dulunya kawasan Payung setiap malamnya dipenuhi motor dan mobil yang parkir, kini tak lagi terlihat. Seringkali hanya terlihat satu dua sepeda motor yang terparkir.
“Saya sudah jualan di sini belasan tahun, sejak 1998. Kalau dulu itu malah banyak pengunjung itu sampai gak bisa cari parkiran. Banyak yang kehabisan tempat. Kalau sekarang sudah sepi,” kata Joko.
Penurunan minat wisatawan ke sana ditengarai mulai anjlok sejak 2015-an. Saat ini, para penjual hanya bisa bertahan hidup dengan mengandalkan pemasukan di akhir pekan. “Alhamdulillah kalau sabtu minggu itu masih ada saja yang ke sini,” ujar warga Desa Punten, Bumiaji ini.
Sekarang, bisa mendapat 15 pelanggan saja kata dia, buka sampai dini hari itu sudah bagus. Kondisi ini hampir dirasakan oleh semua pedagang yang tersebar di 3 kawasan. Payung 1, Payung 2 hingga Payung 3 yang berada di ketinggian paling atas.
Diakuinya, memang kawasan Payung kalah jauh dengan jujugan wisata lain. Apalagi sejak kehadiran kafe-kafe bernuansa modern yang lebih digandrungi anak-anak muda sekarang. “Kami ini siapa, Mas ya gak bisa gitu. Jualannya kan ya sederhana aja kayak gini,” akunya.
“Ya sekarang cuma bisa pasrah. Kalau ada orang ya Alhamdulillah, kalau gak ada ya sudah. Di sini kan juga rata-rata banyak yang orang tua, kadang mereka hanya bisa ngersulo (mengeluh, red),” tuturnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A