BATU, Tugumalang.id – Pemkot Batu menelurkan program baru terhadap petani melakukan alih komoditas agar tetap dapat hidup sejahtera. Alih komoditas ini menjadi solusi agar petani tidak sering mengalami kerugian sekaligus menjaga pelestarian kawasan hutan.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menuturkan harga sayur mayur di pasaran memang kerap naik turun. Tidak jarang petani mengalami gagal panen sehingga membuat harga jualnya pun anjlok. Hal ini kerap dialami petani hutan seperti salah satunya di kawasan Bukit Jengkoang, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Sebagai pengganti, petani diharapkan menanam kopi. Berbeda dengan sayur mayur, harga kopi bisa dikatakan cenderung stabil sehingga meminimalisir kerugian petani. ”Kebutuhan pasar untuk komoditas kopi juga luar biasa,” kata Aries saat menghadiri Sosialisasi Alih Komoditas Penyanggah Hutan di Bukit Jengkoang, Rabu (1/2/2023).
Dalam sosialisasi itu diikuti para petani hutan yang akrab dijuluki petani pesanggem. Ditujukan dalam rangka pembangunan kawasan pedesaan. Nantinya, Pemkot Batu akan memberikan pendampingan dan penguatan melalui bantuan modal dan jaring sosial.
”Jadi tidak sampai lepas tangan. Nanti akan terus kita dampingi mulai tahapan budidaya sampai pemasaran. Terus kami pantau,” jelas Aries yang juga menjabat Kepala BPSDM Pemprov Jatim itu.
Rencana ini disambut baik oleh LMDH Kota Batu. Karena selama ini, saat menanam sayur di lahan pertanian hutan memang ada ketidakpastian. Ketua LMDH Kota Batu, Heru Setyaji berharap ada campur tangan pemerintah untuk melakukan pendampingan budidaya kopi sekaligus pemasaran.
“Harga sayuran sekarang Rp3 ribu per kilogram, sementara mengojek hasil panen Rp100 ribu per kwintal, dari situ saja kita sudah kehilangan Rp1000. Belum kebutuhan operasional lainnya. Menanam kopi memang cukup menjanjikan,” ungkap Heru.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko