MALANG – Aturan larangan mudik 2021 membawa dampak bagi pedagang yang sehari-hari berjualan di Terminal Arjosari Malang. Bagaimana tidak, lonjakan penumpang yang biasanya dijumpai di jelang Hari Raya Idul Fitri kini tidak ada lagi.
Seperti diketahui, dampak larangan mudik membuat terminal tipe A di Malang ini sepi, bak terminal hantu. Hanya ada beberapa orang yang beraktivitas di sana. Sejumlah unit bus yang ada pun hanya sekedar parkir.
Meski masih ada sejumlah bus AKDP dibolehkan beroperasi, namun faktanya tetap sepi penumpang. Sederet bedak toko disana pun memilih tutup selama masa pelarangan hingga 18 Mei 2021 mendatang.
Namun, tidak bagi Diah Wilujeng, pedagang rokok eceran di Terminal Arjosari. Wanita berusia sekitar 60 tahunan ini tetap memilih untuk berjualan, meski faktanya di terminal sepi aktivitas.
”Ya gimana lagi mas wong satu-satunya penghasilan saya ya disini. Sepi gak sepi ya tetep jualan, tetap semangat,” ucap Diah di depan lapak sederhananya, Sabtu (8/5/2021),
Terbilang, sudah 6 tahun dia berjualan di sekitaran ruang tunggu. Baru kali ini, aktivitas di terminal sesepi itu. Fenomena ini sudah dia jumpai sejak pandemi COVID-19 merebak.
”Sepinya bukan hanya tahun ini saja, sebelumnya juga sudah sepi. Ketambahan aturan larangan ini malah sepi begini,” ungkapnya.
Dalam sehari ini saja, rokok yang dia jajakan baru laku 6 bungkus. Itu pun yang beli rata-rata petugas Terminal dan orang-orang sekitar. ”Biasanya ya gak sesepi ini mas. Kalau dibilang berat ya berat tapi ya gimana lagi, mau wadul (mengadu) ke siapa?,” katanya.
Beruntung, tanggungan di rumahnya tidak terlalu mendesak. Karena anak-anaknya sudah tumbuh beaar dan bisa mencari nafkah sendiri. Meski begitu, dirinya merasa sungkan dan tidak bisa diam.
”Kalau bergantung terus ke anak yo gak enak kan. Mumpung sehat disyukuri dan tetap jualan. Ini paling kalau gini terus sekitar jam 1 udah saya tutup,” imbuhnya.
Dia berharap, wabah pandemi bisa segera berakhir dan aktivitas masyarakat dan juga perekonomian bisa kembali normbal. ”Biar bisa kerja lagi, ketemu saudara lagi. Semoga segera berakhir ya,” harapnya.
Sementa itu, nasib serupa juga dialami supir bus lain yang harus terpaksa menganggur akibat dampak pelarangan mudik ini. Yulianto, Supir Bus Patas jurusan Malang-Jember hanya bisa pasrah tidak kebagian stiker terbatas dari Ditjen Kemenhub untuk beroperasi.
Yulianto pun sebenarnya agak kesal karena kejadian ini sudah dirasakannya 2 tahun terakhir. Saat lebaran tahun lalu, bahkan bus dilarang beroperasi sama sekali.
”Udah 2 kali lebaran kayak gini terus. Sebenarnya saya nurut saja sama Pemerintah melarang operasi. Tapi mbok ya dipikir solusinya, bantuan atau apa. Kami juga butuh hidup,”
Menanggapi hal ini, Kepala UPT Terminal Arjosari Hadi Supeno juga hanya bisa geleng-geleng kepala. Kondisi ini terbilang sepi sekali selama dia menjabat di UPT Terminal ini.
Sejauh hari pertama laranagan ini, total hanya ada 70 penumpang dari 6 bus AKDP yang beroperasi. Jumlah ini tak sepadan jika dibanding hari-hari biasa dimana sehari-hari total penumpang diangkut bisa mencapai 1.000 orang,
”Sebelumnya juga menurun. Tapi terhitung masih ramailah. Sekarang malah tambah sepi lagi, hanya ada 70 orang hari ini. Kalau biasanya ya bisa tembus 1.000 penumpang,” ujar Hadi.
Selama momen larangan mudik ini, kata Hadi, sejumlah unit bus masih tetap dibolehkan beroperasi. Jumlahnya terbatas dan itu ditandai dengan stiker yang ditempel di bagian depan kiri bus.