Tugumalang.id – Museum Mpu Purwa menjadi salah satu destinasi wisata keluarga di Kota Malang. Dengan banyaknya koleksi artefak masa lampau, museum ini bisa dipilih untuk mengisi waktu libur akhir tahun buah hati Anda.
Salah satu museum di Malang ini kini dikelola oleh Pemerintah Kota Malang. Hal ini dilakukan demi menjaga warisan budaya dan peninggalan sejarah yang sudah seharusnya terpelihara.
Sejarah Berdirinya Museum Mpu Purwa
Pada era 1980-an, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang merencanakan untuk membangun sebuah tempat penyimpanan dan balai penyelamatan artefak serta peninggalan kerajaan masa lalu yang berasal dari Malang. Pada saat itu, Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan juga aktif dalam mengumpulkan benda bersejarah.

Namun rencana tersebut tidak dapat terwujud, sehingga lokasi penyimpanan artefak yang telah terkumpul harus dipindah-pindahkan, termasuk ke Kantor Dinas Pekerjaan Umum, Taman Rekreasi Senaputra, Perpustakaan Kota, dan RM Cahaya Ningrat yang merupakan tempat milik Wali Kota Malang pada saat itu.
Setelah itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memiliki ide untuk membangun sebuah bangunan sebagai tempat balai penyelamatan cagar budaya pada tahun 1999-2000. Proyek ini akhirnya menjadi kenyataan pada tahun 2003, dengan dibukanya Museum Mpu Purwa.
Museum Mpu Purwa dibangun pada tahun 2003 dari bekas bangunan Sekolah Dasar Mojolangu 2 yang pada saat itu sudah tidak digunakan lagi. Pada tahun berikutnya, tepatnya pada tanggal 2 Mei 2004, museum ini resmi diresmikan oleh Drs. Peni Suprapto, M.A.P sebagai Walikota Malang.
Pada 7 Juli 2018, Museum Mpu Purwa kembali diresmikan langsung oleh Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembagunan Manusia dan Kebudayaan.

Saat ini, Mpu Purwa dimiliki oleh Pemerintah Kota Malang dan dikelola oleh tenaga teknis pengelolaan museum yang bertugas untuk menjaga dan merawat koleksi di museum ini.
Nama Mpu Purwa
Tokoh yang terkenal dalam cerita seorang pendeta Buddha dengan aliran Mahayana adalah Mpu Purwa. Ia diceritakan sebagai ayah dari putri Kan Dedes dalam Pararaton. Mpu Purwanatha memiliki dua anak, yaitu Mpu Purwa dan Ken Dedes. Mpu Purwa dikisahkan berasal dari Daha, yang sekarang dikenal sebagai Kediri.
Kendedes mengalami kejadian yang menyedihkan setelah ia diculik dan dinikahi oleh Tunggul Ametung. Ayah Kendedes, Mpu Purwanatha, sangat marah karena hal tersebut dan mengutuk agar penculik putrinya akan mati tertusuk keris serta agar sumur-sumur di Panawijen menjadi kekeringan karena tidak ada yang mau melaporkan perbuatan ini.
Namun, Ken Arok kemudian menikahi Ken Dedes setelah Tunggul Ametung dibunuh dengan keris Mpu Gandring.

Koleksi Benda Purbakala di Museum Mpu Purwa
Sebagai salah satu museum di Malang, Musem Mpu Purwa punya beragam koleksi arca dan peninggalan masa lampau kerajaan yang pernah ada di Malang. Berikut ini beberapa koleksi yang ada.
1. Buddha Aksobhya
Arca Budha Aksobhya merupakan salah satu arca yang terdapat di Museum Mpu Purwa. Arca ini dulunya diletakkan di taman asisten residen Malang sejak 1815 hingga 1820. Arca yang berasal dari percandian Singosari ini menggambarkan tokoh Budha Mahayana yang sedang bersila dan bersikap Padmasana.
2. Arca Ganesya Bunulrejo
Arca Ganesya Bunulrejo adalah patung Ganesya yang ditemukan di daerah Bunulrejo, Malang. Beberapa bagian patung ini telah hilang, termasuk kepalanya.
Patung ini memiliki batu sandaran dengan prasasti Kanuruhan yang menceritakan tentang daerah kekuasaan Singhasari yang meliputi kolam air di desa Bunulrejo.
Bagian kepala patung ini hilang karena raja penguasa baru yang bukan penganut kepercayaan kepada Ganesya bermaksud membatalkan perjanjian yang dibuat oleh raja sebelumnya.
Sehingga ia membelah atau memotong bagian patung tersebut sebagai tanda bahwa perjanjian tersebut tidak berlaku lagi. Hal ini merupakan hal yang umum terjadi pada arca dan prasasti di seluruh Nusantara.
3. Prasasti Dinoyo 2
Prasasti Dinoyo adalah sebuah prasasti yang ditemukan di kelurahan Dinoyo Malang pada tahun 1985. Prasasti ini memuat 2 penanggalan, yang pertama ditulis pada tahun 851 M dan penanggalan kedua pada 898 M. Isi prasasti tersebut adalah tentang pemberian tanah sawah wakaf untuk dijadikan sima untuk biara pertapaan.
Arca Brahma merupakan patung Brahma yang terdapat di halaman Assisten Residen di Malang. Patung ini memiliki 4 kepala yang masing-masing menghadap ke mata angin dan melambangkan sifat penguasa alam.
Biasanya terbagi sesuai 4 penjuru mata angin sebagai simbol dari 4 kitab Weda. Arca ini merupakan bagian dari koleksi masterpiece di Museum Mpu Purwa dan satu-satunya arca yang masih utuh.
4. Ganesha Tikus
Arca Ganesya merupakan sebuah patung kecil yang digambarkan duduk seperti bayi dengan badan tambun yang terlihat lucu, namun raut mukanya terlihat garang. Arca ini merupakan koleksi masterpiece di Museum Mpu Purwa dan memiliki keistimewaan dengan adanya tali badong di bahunya, yang menandakan bahwa arca ini hasil kesenian masa kerajaan Kadiri.
Keistimewaan lain terdapat pada tempat duduknya yang berbentuk persegi dengan gambar tikus, yang merupakan wahana dari dewa Ganesya. Arca Ganesya yang digambarkan bersama tikus sangat jarang ditemukan di Indonesia.
5. Makara
Makara adalah sebuah ornamentasi yang menggambarkan hewan ajaib dalam mitologi Hindu yang sering digunakan sebagai hiasan ambang pintu percandian atau jorokan pipi tangga masuk di Indonesia.
Motif Makara ini berkembang pesat di Indonesia pada abad VIII hingga X, tetapi pada abad berikutnya digantikan oleh kepala naga sebagai hiasan.
Makara yang terlihat merupakan bekas hiasan dari jorokan pipi tangga masuk sebuah bangunan candi di daerah Njoyo, Merjosari. Penduduk setempat menyebutnya dengan “watu ukel” atau “watu jaran kepang manten”.
Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Museum Mpu Purwa
Museum Mpu Purwa telah mengalami renovasi yang membuatnya terlihat lebih modern. Selain arsitektur ruangan yang lebih berwarna, museum ini juga dilengkapi dengan fitur scan barcode yang memudahkan pengunjung untuk mengakses informasi lebih detail tentang benda purbakala di museum tersebut.
Museum ini masih gratis untuk diakses dan pengunjung hanya perlu mengisi buku tamu saja. Museum Mpu Purwa buka setiap hari Senin hingga Sabtu, dengan jam operasional dari pukul 8.00 hingga 16.00 WIB. Museum ini terbuka untuk umum dan gratis untuk semua orang yang ingin belajar sejarah.
Penulis: Imam A. Hanifah
Editor: Herlianto. A