Kota Batu, Tugumalang.id – Realisasi operasional Museum Omah Munir kembali molor. Padahal, bangunan museum sudah rampung dibangun sejak 2021 lalu. Yayasan Museum HAM Omah Munir akhirnya melayangkan somasi kepada Pemkot Batu pada Senin (5/6/2023).
Langkah itu ditempuh lantaran museum dengan nilai anggaran Rp 8,2 miliar dari APBD Provinsi Jatim itu belum beroperasi hingga kini. Museum tersebut dibangun di atas lahan milik Pemkot Batu seluas 2.200 meter persegi di Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Kota Batu.
Lagipula, pihak yayasan bersama Pemkot Batu pula telah melakukan kesepakatan bersama (KSB) dan perjanjian kerja sama (PKS) perihal Museum HAM Omah Munir pada 28 November 2022 lalu bersama pejabat Wali Kota Batu saat masih dijabat Dewanti Rumpoko.
Ketua Yayasan MHM, Suciwati mengatakan dari kerja sama itu sebenarnya pihak yayasan wajib menyediakan tenaga ahli, menyusun rencana pengembangan museum dan memberi dukungan dalam pembelajaran HAM sekaligus promosi wisata pendidikan HAM.
“Namun hingga saat ini pengembangan isi museum sampai sekarang tetap belum terlaksana. Bangunan museum yang sudah jadi juga belum dimanfaatkan sesuai rencana,” ujar Suciwati lewat keterangan tertulisnya, Senin (5/6/2023).
Alih-alih mempercepat kerja sama pengembangan dan operasionalisasi gedung museum, Pemkot Batu justru melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya sebagai museum HAM.
Pihak yayasan, kata Suci, juga kerap menanyakan pengembangan museum serta mendesak Pemkot Batu melalui Dinas Pariwisata agar melaksanakan langkah-langkah pengembangan museum sesuai dengan rancang bangun museum.
“Oleh karena itu, Yayasan MHM mendesak Pemkot Batu segera memutuskan dan menjalankan agenda pengembangan museum sesuai MoU dan PKS secara transparan. dan menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi dalam pengembangan itu kepada publik,” tegas dia.
Sebagai informasi, Munir Said Thalib merupakan aktivis HAM kelahiran Malang, 8 Desember 1965 yang bersuara lantang memperjuangkan HAM di Indonesia. Dia menjadi korban pembunuhan saat penerbangan dari Jakarta menuju Amsterdam, Belanda pada 2004 silam.
Dalam jejaknya, Munir pernah memperjuangkan keluarga korban pelanggaran HAM pada Tragedi Tanjung Priok 1984 yang menewaskan 24 demonstran akibat tindakan aparat keamanan yang membubarkan demonstran.
Selain itu, Munir juga pernah melakukan investigasi terhadap pelanggaran HAM pada kasus pembunuhan aktivis buruh Marsinah serta menyuarakan kasus penculikan yang mengakibatkan 13 aktivis hilang pada 1997-1998.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko