Tugumalang.id – Menerobos dan matinya mesin mobil di tengah rel kereta api kerap kali menjadi penyebab kecelakaan di perlintasan kereta api tanpa palang pintu. Lantas apa penyebab mobil itu mati?
Pakar Mesin Bidang Automotif Universitas Negeri Malang (UM), Dr Muchammad Harly ST MT menjelaskan bahwa kendaraan bermotor yang sering mati di tengah perlintasan kereta api adalah kendaraan bermesin sistem manual. Sementara kendaraan bermesin sistem matic hampir tak pernah ditemui.
“Sebetulnya mobil itu mati bukan karena kereta api yang mau melintas. Tapi mati karena pengemudinya grogi atau gugup. Sehingga yang mustinya ngegas justru ngerem, sementara koplingnya dilepas. Sehingga membuat mesin mati,” jelasnya.
Dia menjelaskan, mesin kendaraan ketika mati karena kesalahan transmisi maka suplai bahan bakar dan udara dalam sistem pembakaran akan terganggu, sehingga memerlukan waktu untuk menormalkan kondisi dalam sistem pembakaran mesin itu. Untuk itu, sistem starter juga memerlukan waktu sekitar 10-20 detik untuk bisa menghidupkan kembali mesin tersebut.
Dia juga menjelaskan bahwa elektro statis maupun elektro magnetik yang ditimbulkan roda kereta api dan rel tak bisa mempengaruhi kinerja mesin kendaraan. Sebab, tegangan kabel busi dalam sistem mesin kendaraan bermotor bisa mencapai 10-60 ribu volt yang mampu menghasilkan elektro magnetik yang jauh lebih besar dari pada gaya yang ditimbulkan roda kereta api dan rel.
“Roda mobilkan bahannya karet yang merupakan isolator yang sangat bagus. Jadi elektro statis juga tidak mungkin mengalir lewat ban mobil. Kalau elektro magnetik yang timbul dari gesekan antara roda kereta api dengan rel itu hanya sekian tesla, tidak mungkin mempengaruhi Electronic Control Unit (ECU) yang ada di mesin kendaraan,” jelasnya.
Menurutnya, jika gaya elektro statis maupun elektro magnetik yang timbul dari gesekan roda kereta dengan rel bisa mempengaruhi kinerja mesin kendaraan yang hendak menyeberang rel, tentu hal itu juga bisa mempengaruhi kinerja mesin kereta api itu sendiri. Sementara sejauh ini, sistem mesin kereta api bisa bekerja secara normal di atas rel juga.
“Kemagnetan atau elektro statis memang ada, tapi kecil sekali, hanya beberapa tesla, gak sampai 15 tesla. Dan itu ilmuan gak pernah ngukur karena gak penting itu, karena memang kecil. Mungkin pernah ada yang ngukur tapi gak ada, jadi penelitiannya tak dilanjutkan,” jelasnya.
Sehingga dia menyimpulkan bahwa matinya mesin di tengah rel kereta api merupakan faktor manusia. Di mana orang yang dengan sadar kereta api akan melintas kemudian dia menerobos tentu akan memicu perasaan cemas. Hal itulah yang kemudian membuatnya gugup ketika kereta api ternyata mulai mendekat hingga memecah konsentrasinya dalam mengemudikan atau mengontrol kendaraannya dan mengalami mesin mati.
Terlebih menurutnya, jalan di perlintasan rel kereta api kebanyakan posisinya lebih tinggi dari pada jalan beraspal pada umumnya, sehingga hal itu semakin mempersulit pengemudi untuk menjauhkan kendaraannya dari rel kereta api ketika mesin mati.
“Coba jalan di perlintasan rel kereta api dibuat agak miring atau menurun. Tentu meskipun pengemudinya tak bisa mengendalikan kendaraannya, mobil bisa jalan (menggelinding),” ucapnya.
Untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan dan korban, kata dia, pihak berwenang harus benar-benar memperkuat kinerja rambu lalu lintas berupa sirine early warning system di perlintasan kereta api, sehingga pengendara tak ada yang berani menerobos ketika sirine berbunyi.
Kemudian dia juga memberikan saran agar pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) khusus mobil untuk dilakukan tes bagaimana cara menyelamatkan diri ketika dalam kondisi darurat di dalam mobil. Misalnya ketika terjebak mesin mati di tengah rel kereta api maupun ketika mobil kebakaran.
“Jadi harus adalah latihan bagaimana keluar mobil dalam waktu sekian detik. Jadi kami di akademisi juga memberikan masukan bagaimana keluar mobil yang cepat ketika darurat. Jadi gak hanya punya SIM, tapi juga diperlukan juga keahlian menghadapi kondisi kritis,” jelasnya.
Selain itu, dia juga berpesan kepada pengendara mobil untuk berlatih sampai fasih cara menstarter mesin dalam posisi transmisi 1 dan kompling diinjak. Hal itu bisa mengantisipasi kecelakaan ketika mesin mati di tengah rel kereta api.
Reporter: M Sholeh
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id