Tugumalang.id – Penyebab pasti kematian korban Tragedi Kanjuruhan masih menjadi misteri. Keluarga korban juga mengeluhkan tidak mendapatkan informasi pasti terkait penyebab kematian korban Tragedi Kanjuruhan yang ditangani RSSA Malang.
Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medik dan Perawatan RSSA Malang, dr Syaifullah Asmiragani mengatakan bahwa harusnya keluarga korban diberitahu penyebab kematian itu.
“Ada harusnya, setiap pasien yang meninggal di sini, kami memberikan surat kematian dan sebab kematian (kepada keluarga jenazah),” ucapnya, Selasa (1/11/2022).
Spesialis Anestesi RSSA Malang, dr Wiwi Jaya menambahkan bahwa setiap pasien yang meninggal karena sebab apapun harus diberikan surat kematian. Surat itu akan digunakan mengurus jenazah dari tempat perawatan ke kamar jenazah.
Pihak kamar jenazah akan menggunakan surat itu untuk memandikan dan proses pemulangan ke rumah duka. Dalam surat kematian itu tertera kapan jenazah meninggal, identitas hingga lokasi perawatan terakhir.
“Kalau penyebab kematian, bukan di surat itu. Tetapi ada pada Status Pasien yang itu adalah rahasia medis yang hanya boleh diketahui keluarga pasien,” jelasnya.
“Status itu adalah arsip rumah sakit yang disimpan di rumah sakit. Ada, tapi tidak semua orang bisa lihat. Karena itu berkaitan dengan rahasia jabatan,” imbuhnya.
Dia mengatakan bahwa pihak yang boleh mengetahui data Status Pasien terkait penyebab pasti kematian tersebut hanya lah keluarga korban dan dokter yang merawat.
“Karena memang berkaitan dengan rahasia jabatan, kode etik dan aspek medikolegal. Karena hal-hal itu sensitif,” ucapnya.
Korban Menghitam Kebiruan
Sebelumnya, Pendamping Hukum Tim Gabungan Aremania, Anjar Nawan Yusky menyebutkan, pihaknya mendapatkan laporan bahwa para keluarga korban Tragedi Kanjuruhan tidak diberitahu soal penyebab kematian itu.
Padahal menurutnya, kondisi korban meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan mayoritas menghitam kebiruan mulai dada hingga kepala dan mengeluarkan busa hingga darah dari hidung. Sebagian korban meninggal tidak terdapat luka sama sekali dan sebagian patah tulang rusuk, kaki, tangan hingga luka lecet.
“Tapi kondisi umum korban meninggal yang ciri cirinya sama itu membiru dan menghitam mulai dada ke atas dan keluar busa dan darah. Rata rata ceritanya seperti itu dari keluarga yang memandikan jenazah,” kata Anjar, Minggu (30/10/2022).
Anjar mengatakan bahwa keterangan medis yang diterima pihak keluarga korban terkait penyebab kondisi kebiruan pada wajah korban meninggal sama sekali belum terjawab. Bahkan kondisi kebiruan itu masih menjadi misteri dan pertanyaan di benak keluarga korban hingga saat ini.
“Kalau misalkan dibilang infeksi paru-paru, infeksi itu karena apa. Keluarga korban sebenarnya sangat ingin tau penyebab kematian sebenarnya,” ujarnya.
Berdasarkan keterangan keluarga korban, Anjar mengatakan bahwa informasi medis terkesan sangat terbatas. Hanya resum medis terkait patah tulang saja yang diinformasikan secara gamblang. Meski begitu, hampir semua pihak keluarga korban tidak diberikan salinan resum medis itu terkait tindakan apa saja dan diagnosa penyakit yang diderita korban.
“Kalau kita lihat di UU Kesehatan hingga UU tentang Kedokteran, setiap tindakan medis, pasien itu kan berhak tahu resum medis dengan atau tanpa diminta,” ungkapnya.
Dia juga mengaku heran dengan RSSA Malang yang merupakan rumah sakit rujukan ternama di Jawa Timur itu terkesan menutup-nutupi penyebab kematian korban Tragedi Kanjuruhan.
Menurutnya, dokter yang sudah disumpah jabatan harusnya memiliki tanggungjawab secara hukum maupun moral untuk menyampaikan atas apa yang terjadi sebenarnya pada pasien yang di tangani.
“Tapi kenapa harus terkesan ditutup-tutupi. Kenapa kok kesannya berhati-hati, tidak mempersulit, tapi mereka cukup berhati-hati,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A