MALANG – Berbagai pihak tampak cekatan menangani kasus Tragedi Stadion Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu. Presiden, Kapolri, PSSI, Komnas HAM hingga elemen TNI turun ke Malang untuk mengawal atau bahasa yang lebih diinginkan “mengusut” tragedi yang menggugurkan 131 Aremania itu.
Perkembangan terbarunya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah menetapkan 6 tersangka mulai dari Dirut PT LIB, Ahmad Hadian Lukita, hingga ketua Panitia Pelaksana Arema FC, Abdul Haris. Namun konstruksi kejadian yang beredar masih belum jelas. Seperti kesaksian suporter yang selamat karena pintu masih dalam keadaan terbuka.
Penjelasan mengapa pintu itu tertutup masih belum padu terutama versi korban dan polisi. Berikut ini wartawan Tugumalang.id melakukan penelusuran soal misteri Gate 13 itu.
Kesaksian Korban
Setelah beberapa hari tragedi berdarah itu berlalu, Aremania perlahan mulai mengungkapkan kesaksiannya satu persatu. Termasuk menyoal dugaan adanya pintu stadion, termasuk gate 13, yang semula terbuka di menit 85, namun diketahui kemudian tertutup kembali.
Sejumlah pihak menengarai tertutupnya sejumlah pintu stadion ini yang menjadi penyebab banyaknya korban jiwa berjatuhan, selain akibat efek gas air mata. Salah satu koran selamat Bayu, 20, (nama samaran) Aremania asal Bantur memberi kesaksian saat ditemui usai berziarah ke pintu gate 13 pada Kamis (6/10/2022) malam.
Bayu ingat betul waktu itu masih sempat melarikan diri dari pintu 13 yang masih terbuka diperkirakan di menit 85 namun sudah berdesakan. Ia juga ingat saat itu masih sempat terjatuh dan menindih seorang perempuan di bawahnya.
”Saya saja sampai kepisah sama temenku, padahal sudah gandengan. Yang saya ingat waktu desakan itu di bawah ada bentrok sama polisi dan juga gas air mata. Mata saya perih sekali,” kisahnya.
Saat berhasil melarikan diri itu, dia melihat banyak suporter yang tergeletak tak berdaya. Juga ada perempuan dan anak-anak. ”Saya juga masih bantu nolongin mereka keluar stadion,” ujarnya.
Hingga kemudian begitu sampai di rumah, dia baru tahu kalau pintu stadion, khususnya di pintu 13 itu ternyata tertutup kembali. Bahkan, tembok ventilasinya dijebol. Dia merasa ada kejanggalan setelah melihat video dinding ventilasi yang dijebol suporter untuk keluar itu.
”Saya baru tahu itu di rumah dan lihat sendiri malam ini. Saya gak ingat betul waktu itu karena sudah kacau semua,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Kesaksian yang sama disampaikan Dila, seorang Aremanita dari Kota Malang. Ia tak menyangka jika gate 13 diketahui dalam kondisi tertutup setelah dia berhasil keluar begitu laga memasuki sekitar menit ke-85 dan Arema kalah dari Persebaya.
”Bahkan waktu saya denger ada gas air mata itu saya masih bisa masuk lagi dan naik ke tribun. Lalu saya cepat-cepat keluar lagi (dari gate 13) begitu tahu ada gas air mata,” ucap Dila usai mengikuti tahlilan rutin di Balai Kota Malang.
Kondisi itu juga dibenarkan oleh Nawi, salah seorang Aremania yang lain bahwa di sekitar menit ke-85 itu pintu 13 masih dijaga oleh aparat. Entah kenapa waktu itu pintu tiba-tiba tertutup dan dikunci gembok.
Di situasi panik tersebut, Nawi bersama 3 orang lainnya berusaha mencari alat untuk menjebol dinding ventilasi. ”Itu yang jebol dinding ventilasi di Pintu 13 itu saya sama 3 orang lain,” ujarnya.
Ditutupnya pintu ini kemudian menjadi sebuah pertanyaan besar di benak publik. Pasalnya, jika pintu terbuka, masih ada kemungkinan besar banyak jiwa yang mampu terselamatkan.
Penjelasan Polisi
Sementara itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit mengungkap penyebab ribuan suporter tak bisa keluar dari tragedi Stadion Kanjuruhan. Dia mengatakan, ada enam pintu keluar stadion mengalami kendala saat tragedi Kanjuruhan memuncak. Mulai di pintu 3, 10, 11, 12 dan 14 dan termasuk gate 13. Pintu-pintu itu tak segera dibuka sesuai aturan yakni 5 menit sebelum pertandingan berakhir.

Menurutnya, pintu-pintu itu hanya terbuka sekitar 1,5 meter. Anehnya di pintu itu ada besi melintang yang menghambat terbukanya pintu.
“Kemudian ada besi melintang yang mengakibatkan penonton terhambat untuk keluar dari pintu itu. Sehingga terjadi desak-desakan yang menyebabkan sumbatan hampir 20 menit,” ungkap Jenderal Listyo Sigit di Polresta Malang Kota, Kamis (6/10/2022).
Namun sayangnya, Listyo Sigit tidak memerinci dari mana datangnya besi tersebut dan mengapa melintang.
Selain itu, penjaga pintu juga tak ada di lokasi saat tragedi itu meledak. Menurutnya, penjaga pintu seharusnya berada dan menjaga pintu itu hingga semua penonton keluar dari stadion.
“Mereka harusnya ada ditempat selama penonton belum keluar stadion,” tegasnya.
Tak beroperasinya pintu keluar secara optimal itu membuat terjadinya penumpukan penonton yang berdesakan. Di sisi lain, ribuan penonton itu tengah panik ketika menghindari asap gas air mata yang ditembakkan.
“Dari situlah muncul korban patah tulang, trauma kepala, torak dan juga sebagian besar yang meninggal dunia mengalami nasib sial,” ujarnya.
Jenderal Listyo Sigit juga mengungkapkan bahwa memang ada 11 personelnya yang telah menembakkan gas air mata saat itu yang membuat situasi panik. Menurutnya, 7 tembakan gas air mata itu dilepaskan ke arah tribun selatan, 1 ke arah tribun utara dan 3 ke arah lapangan.
“Inilah yang mengakibatkan penonton di tribun panik dan berusaha untuk meninggalkan arena,” ucapnya.
Kini Kapolri telah menetapkan 6 tersangka tragedi Stadion Kanjuruhan. Mulai Dirut PT LIB Ahmad Hadian Lukita, Ketua Panpel Arema FC Abdul Haris, Security Officer Suko Sutrisno, Kabag Ops Plolres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto, Danki 3 Yon Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan dan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidiq.
Reporter: Ulul Azmy dan M Sholeh
Editor: Herlianto. A