MALANG, Tugumalang.id — Wali Kota Malang, Drs. H. Sutiaji hadir sebagai keynote speaker (pembicara inti) dalam acara Talk Show di EXPO Penguatan Produk Inovasi Polinema Untuk Mendukung Akselerasi Kemitraan Daerah, Dunia Industri dan UMKM.
Produk yang diusung kali ini adalah produk berupa Batik Saman. Bertempat di Graha Polinema Lantai 1 pada Senin (22/5/2023), Sutiaji menyatakan mendukung pengembangan Batik Saman sebagai batik khas sekaligus ikon daerah dari Kota Malang.
Ketua Presidium Dewan Kampung Nuswantara, Bambang GW dalam kesempatan yang sama hadir memberikan penjelasan dari Batik Saman ini. Pria tersebut menerangkan, motif-motif Batik Saman terinspirasi dari tumbuhan Pohon Trembesi atau nama lainnya adalah Saman, yang merupakan salah satu tumbuhan heritage dari Kota Malang.
“Yang perlu diketahui, di Malang Kota ada yang ditetapkan oleh pusat sebagai heritage (warisan) Kota Malang. Ada dua, berupa bangunan dan berupa botani atau tanaman. Tanaman yang merupakan heritage adalah Kenari dan Trembesi. Nama lain Trembesi adalah Saman. Jadi pohon inilah kemudian diintrepetasikan sebagai batik”, terang Bambang.
Ia juga bercerita, batik yang diharapkan dapat menjadi ikon Kota Malang ini tercipta setelah diskusi dengan Wali Kota Malang dan bincang-bincang antar komunitas. Akhirnya, terciptalah 9 motif Batik Saman yang cantik.
Kesembilan motif dari Batik Saman ini mempunyai narasi filosofi yang berbeda-beda. Misalnya, motif Sekar Saman yang digunakan oleh para pemimpin dan kaum cendekia agar senantiasa mekar mewangi karya pikir dan kepemimpinannya bagi rakyat.
“Interaksi bahasa kebudayaan yang membangun nilai-nilai sosial ke depan, itu mimpi kami. Memang tidak mudah, butuh semua stakeholder, elemen, dan pelaku. Branding sosial akan terus dilakukan”, ujarnya.
Arkeolog sekaligus dosen, Dwi Cahyono juga turut hadir pada talkshow itu. Menurutnya, tidak perlu jauh-jauh mencari inspirasi dari luar untuk membuat karya. Batik Saman jadi salah satu contoh dari warisan pusaka Kota Malang yang diwujudkan menjadi batik daerah yang khas.
“Dengan kreatifitas, kita bisa mencari dan menemukan khas dari daerah Malang yang berbasis pada natural heritage. Seperti misal masyarakat yang tinggal di Sukun, bisa bikin batik yang berbasis pada tanaman Sukun”, kata dia.
Wali Kota Sutiaji mengungkapkan bahwa batik ini dapat menjadi peluang bagi pengembangan ekonomi kreatif masyarakat Malang. Sutiaji pun sangat mendukung pengembangan Batik Saman menjadi ikon dan pakaian daerah khas Kota Malang yang dapat menjadi kebanggan Kota Malang.
Menurut Pemimpin Kota Malang tersebut, Indonesia memiliki akar-akar budaya yang luar biasa, namun orang-orangnya masih kurang menghargai dan bangga akan budaya khasnya. Ia lalu berpikir untuk memunculkan motif batik yang khas dari Kota Malang.
“Kota Malang sebagai miniatur nusantara, senantiasa kondusif dalam keberagamannya. Termasuk juga keragaman khasanah Batik Malang yang luar biasa”, tuturnya.
Batik Malangan penting dikembangkan karena eksistensinya merupakan kekayaan budaya, produk kreatif berdaya saing, daya tarik pariwisata kreatif, dan pesan moral bagi generasi muda. Pesan 7 poin manifesto pengembangan ekonomi kreatif yang sedang benar-benar digodog oleh Pemkot Malang pimpinan Sutiaji.
Selanjutnya akan ada penguatan regulasi untuk mengembangkan Batik Malangan. Tentunya hal ini juga disesuaikan dengan daya beli masyarakat. Kedepannya, Sutiaji berharap Batik Saman dapat digunakan oleh seluruh masyarakat Kota Malang dengan bangga tanpa terkecuali.
“Tak kalah pentingnya untuk terus membangun komitmen mengangkat Batik Malangan. Komitmen harus terus dibangun bersama-sama lewat dialog, riset, pengembangan, gelaran event, branding, dan upaya kolaboratif hulu-hilir lainnya. Kesamaan visi jadi fondasi kekuatan, perbedaan kreasi jadi kekayaan karya. Yang selalu saya sampaikan adalah terbuka terhadap ide baru”, imbuhnya.
Foto:
Reporter: Shinta Alifia