Oleh: Aisyah Nurush S*
Tugumalang.id – Momen kelulusan menjadi hal yang dinantikan oleh setiap mahasiswa, tak heran jika disambut dengan persiapan yang meriah. Namun di sisi lain momen ini juga menjadi upacara penyambutan memasuki dunia “nyata” yang sesungguhnya. Saat di mana pertanyaan “kerja di mana?” menjadi makanan sehari-hari. Belum lagi beragam pencapaian teman yang bertebaran di sosial media.
Keadaan ini semakin diperparah dengan Pandemi Covid-19. Label lulusan Korona ditambah susahnya mencari kerja dengan kurangnya pengalaman yang dimiliki. Ini menambah derita sarjana muda saat ini. Salah satunya saya, yang harus puas dengan wisuda tanpa didampingi keluarga dan hanya menatap layar di sudut perpustakaan kampus.
Euforia kelulusan belum juga usai namun keadaan memaksa untuk segera mengisi kantong dengan pundi-pundi agar bisa bertahan di perantauan seorang diri. Pucuk dicinta ulam pun tiba, saya mendapatkan lowongan kerja jalur “express” alias orang dalam di salah satu perusahaan. Rangkaian proses saya lalui hingga sampai ke tahap wawancara langsung dengan direkturnya.
Singkat cerita saya mendapatkan lampu hijau dan dijanjikan untuk mulai bekerja di tahun depan. Namun, bulan berganti bulan, panggilan kerja tak kunjung datang sedangkan kebutuhan tak bisa terelakkan. Saat-saat inilah keadaan memporak-porandakan mental saya, memikirkan bagaimana cara tetap bertahan ditambah targetan yang tak kunjung kesampaian.
Tetapi saya bersyukur di saat berada di titik terendah, asrama tempat tinggal sementara saya saat itu, Pondok Inspirasi, membolehkan saya untuk bernaung sambil menunggu panggilan kerja yang dijanjikan perusahaan. Tak hanya itu, saya juga diberikan kesempatan untuk bisa berkontribusi dalam kegiatan-kegiatan asrama.
Mencoba hal-hal baru, bertemu dengan orang-orang hebat, dan berinteraksi dengan teman-teman yang semangat belajar sudah menjadi keseharian di asrama. Tanpa terasa di saat inilah saya menemukan apa yang orang-orang sebut “passion” dan juga menemukan diri saya yang “sesungguhnya”.
Memang berat menghadapi masa-masa quarter life of crisis terutama di masa pandemi, tetapi berada di lingkungan dan pergaulan yang suportif justru membuat kita mampu menemukan hal baru dan yang paling penting menemukan diri kita yang “seutuhnya”.
*Penulis adalah member Pondok Inspirasi.
Editor : Herlianto. A