Tugumalang.id – Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) Kota Malang turut memeriahkan Pasar Rakyat dan Festival Santri. Acara tersebut merupakan bagian dari tasyakuran perayaan 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) pada Selasa (7/2/2023) malam di Lapangan Tumapel, Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Dalam kesempatan tersebut Lesbumi Kota Malang melakukan ‘Mbeber Klasa’, yaitu sesi dialog lintas disiplin yang terbuka bagi masyarakat umum bersama dengan para narasumber. Hadir sebagai pembicara Hj. Hikmah Bafaqih, anggota DPRD Jatim; Aquarina Kharisma Sari, Lesbumi Kota Malang; dan Dwi Cahyono, arkeolog Kota Malang.
Adapun tema yang diusung kali ini adalah “Ibuisme: Menggali Ideologi Wanita Nusantara”. Tema ini ingin mengangkat konsep wanita nusantara.
Pada dialog tersebut, Aquarina mengatakan bahwa potret perempuan sering digambarkan dengan stereotipe negatif. Misalnya, sebagai sosok yang miskin, bodoh, hingga sering ditindas laki-laki.
Rina, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa ia ingin menolak stereotipe dan narasi buruk yang dilabelkan pada wanita. Ia menyatakan, ideologi wanita nusantara perlu digali dan dikembalikan.
“Pertama mengimbangi narasi yang besar dulu (stereotip yang buruk). Wanita itu tidak seperti yang digambarkan,” tegasnya.
Di sisi lain, menurut Dwi Cahyono, ideologi perempuan nusantara memiliki model-model ideologi dari masa ke masa yang berasal dari beberapa lapis masa. Dengan menelisiknya, kita bisa menemukan ideologi wanita nusantara.
“Ada yang diserap walaupun budayanya beda. Masyarakat nusantara itu adaptif. Jadi tidak hanya satu model ideologi karena kita punya lapis masa itu tadi, dan ada banyak etnik juga di Indonesia”, jelasnya.
Hal serupa disuarakan oleh Hj. Hikmah Bafaqih. Menurutnya, narasi berkembang yang masih merendahkan wanita serta patriarki yang ada di masyarakat harus berubah.
“Saya sering mengadvokasi perempuan yang memiliki problem sosial, tapi sesungguhnya mereka kuat. Sekali pun situasi sosial dan keadaan di masyarakat belum bisa mendukung mereka, sesungguhnya secara faktual mereka itu kuat, setidaknya mereka kuat menahan beban,” kata Hj. Hikmah.
Untuk mengubah patriarki dan menciptakan kesetaraan, laki-laki juga harus turut mengubah keadaan di masyarakat. Dibarengi dengan perspektif yang benar dan tidak eksploitatif, serta setara.
“Setara itu tidak berarti harus sama. Equal di dalam NU adalah sesuatu yang sesuai dan ada respect di dalamnya”, tuturnya.
Reporter: Shinta Alifia
Editor: Herlianto. A