Aqua Dwipayana*
Selama bulan suci Ramadhan intensitas silaturahim saya tidak berkurang. Relatif sama dengan hari-hari biasa. Semua aktivitas itu dilaksanakan tanpa pamrih. Mengalir saja…
Saya sangat mensyukuri dan menikmati sekali semua kegiatan silaturahim itu. Ketemu banyak orang dengan latar belakang yang beragam.
Aktivitas silaturahim itu sekaligus saya manfaatkan untuk banyak belajar. Terutama pada semua orang yang ditemui. Asyik sekali bisa menimba ilmu pada mereka.
Semua orang itu adalah guru terbaik saya. Makanya saat ngobrol sama mereka, saya sangat menikmati. Menyimak semua yang mereka sampaikan karena bermanfaat sekali buat saya.
Menariknya setiap orang yang saya temui sikapnya beragam. Membuat lebih banyak warna dalam kehidupan.
Ada yang sejak awal ngobrol sampai kami berpisah selalu menunjukkan rasa syukur yang mendalam. Sangat berterima kasih kepada TUHAN atas semua rejeki yang telah diperolehnya.
Dari raut wajah dan tutur katanya semua itu kelihatan. Saya bisa merasakannya. Selama ngobrol terasa sekali suasana yang menyejukkan.
Kasihan Mereka
Sesekali teman-teman itu memberikan nasihat yang sangat berguna buat saya. Mereka makin menguatkan saya untuk selalu bertutur kata dan berbuat baik tanpa pamrih pada sesama. Apalagi ini di bulan suci Ramadhan.
“Semua kegiatan silaturahim tanpa pamrih serta Sharing Komunikasi dan Motivasi yang selama ini intens Pak Aqua lakukan sudah sangat baik. Lanjutkan terus dan konsisten melaksanakannya,” ujar mereka senada menyemangati saya.
Seluruh pesan positif tersebut menambah semangat saya untuk terus melakukannya secara konsisten. Niatnya sepenuhnya ibadah, karena TUHAN. Hanya itu, tidak ada yang lain.
Di sisi lain, saat melaksanakan silaturahim itu saya ketemu dengan orang-orang yang terkesan tidak bersyukur. Selalu mengeluh dan merasa masih kurang.
Ironisnya jika dilihat secara kasat mata, mereka telah mendapatkan banyak rejeki dari TUHAN dibandingkan kebanyakan orang. Mulai dari kesehatannya yang prima selama pandemi Covid-19, keluarga yang harmonis, hingga materi yang lumayan banyak. Jumlahnya mencapai miliaran rupiah.
Saat mereka berkeluh kesah tentang kehidupannya, merasa selalu kurang, dalam hati saya merasa kasihan pada mereka. Sudah banyak dapat rejeki tapi tetap tidak bersyukur.
Bagaimana kalau tiba-tiba TUHAN mengambil semuanya dari mereka? Saya membayangkan keluhannya pasti makin banyak dan terus-menerus.
Sudah mendapatkan banyak rejeki saja seperti itu. Kalau diambil semuanya dari mereka pasti keluhannya makin panjang dan lama.
Lebih Bahagia
Saya menyimak yang mereka sampaikan. Membiarkan mereka bicara hingga puas. Setelah itu baru saya berkomentar.
“Mau cari apa lagi? Kan sudah mendapat banyak titipan rejeki dari TUHAN. Mulai dari kesehatan yang prima selama pandemi Covid-19, keluarga yang harmonis, hingga harta yang berlimpah termasuk materi yang jumlahnya miliaran rupiah? Apa semua itu masih kurang?” Tanya saya ssmbil menegaskan.
Saya melanjutkan, “Apakah pernah membayangkan kalau suatu hari nanti. Bisa saja sekarang, hari ini, atau besok semua titipan itu diambil pemiliknya yakni TUHAN? Apakah siap dengan semua itu?”
Sementara banyak orang di sekitar kita yang kondisi kehidupannya jauh di bawah kita, merasa lebih bahagia. Itu terjadi karena mereka selalu mensyukuri semua yang telah diperolehnya.
Makanya sering-seringlah melihat ke bawah. Hal itu dapat meningkatkan rasa syukur yang mendalam. Sekaligus sebagai upaya untuk tidak banyak mengeluh.
Selain itu yang paling esensi saat meninggal semuanya tidak dibawa mati. Ditinggal ke ahli waris. Hanya amal ibadah yang ikut menyertai diri kita. Itu pula yang kelak bisa menolong setiap manusia di akhirat.
Setelah menyimak semua yang saya sampaikan, mereka mulai sadar. Memahami kekeliruannya. Bertekad untuk segera mengubahnya. Mengurangi keluhan bahkan berusaha menghilangkan sama sekali. Menggantinya dengan rasa syukur yang terus-menerus. Alhamdulillah…
Semoga kita menjadi orang yang selalu bersyukur sehingga TUHAN terus menambah rejekiNYA kepada kita. Aamiin ya robbal aalamiin…
>Dalam perjalanan dari Bogor menuju Sukabumi bersama Chief Executive Officer
Paragon Technology and Innovation Salman Subakat dan wartawan senior Nurcholis MA Basyari, saya ucapkan selamat berusaha secara optimal untuk mensyukuri semua yang telah diperoleh. Salam hormat buat keluarga. 09.45 05052021😃<<<
*Pakar Komunikasi, motivator nasional, dan penulis buku Trilogi The Power of Silaturahim