Oleh: Hendro Fujiono MS, PhD*
Tugumalang.id – Resah!!! Begitu kira-kira vibes yang saya terima selama beberapa bulan terakhir. Baik ketika berinteraksi dengan pemimpin bisnis, praktisi profesional, akademisi sampai dengan para orang tua yang memiliki aspirasi tinggi untuk anak-anaknya.
Ini bukan hanya soal covid-19 atau akses untuk mendapatkan bisnis, pekerjaan, dan pendidikan. Ada perubahan lebih besar yang terjadi.
Hal ini semakin terasa ketika saya membaca buku Dark Academia yang ditulis Peter Fleming, seorang Profesor of Organisation Studies di University of Technology, Sydney. Salah satu yang terasa mengganggu adalah hypercompetitive pressure yang menghantui dunia pendidikan sehingga menimbulkan banyak masalah Kesehatan mental bagi para cendekia. Dan, tidak jarang hal ini berujung kepada tindakan ekstrim bunuh diri.
Di dunia bisnis, saya mendengar langsung banyak keluhan mengenai situasi yang tidak nyaman ini. Dan, ini terjadi di banyak industri. Semua berjibaku mengejar angka.
Dulu saya sering bercanda, semua instruksi itu mudah – toh cuma satu atau dua kalimat saja. Yang repot eksekusinya. Dulu yang mendengar masih terdengar bisa tertawa renyah. Saat ini yang terdengar hanya tawa penuh ironi.
Semua mengejar angka, tidak jarang melupakan faktor manusianya.
Dibuatlah berbagai macam upaya meningkatkan kompetisi dengan istilah yang seksi-seksi. Dari critical thinking sampai strategic thinking.
Padahal kenyataannya untuk berpikir jernih saja tidak mudah. Setidaknya 1 dari empat pegawai have trouble to concentrate. Forget about critical thinking! Ini setidaknya yang disampaikan oleh hasil global survey Qualtrics kepada 2000 employees di Australia, Prancis, Jerman, Selandia Baru, Singapura, Inggris and Amerika Serikat.
So, what’s happening?
Tampaknya pressure untuk berkompetisi sudah menjadi hyperpressure. Connectivity memang menghadirkan liberasi informasi, tetapi juga secara tidak sadar semakin mempertajam kompetisi.
Ukuran kebaikan selalu diterjemahkan ke dalam angka.
Master of Number dijadikan salah satu standar untuk menilai kepemimpinan yang baik. Angka di drop, dengan harapan menjadi boundary bagi staf untuk berkreasi menempuh berbagai cara untuk mencapai angka tersebut.
Dari luar, hal ini tampak baik dan positif bagi perkembangan kompetensi dari para staf yang terlibat.
Tapi, ini hanya bisa menghasilkan hal yang positif setidaknya ketika ada tiga hal yang menyertai.
Pertama, angka yang dikejar memang bermakna dan mendorong perilaku yang positif. Kedua, staf sudah siap dengan tantangan tersebut. Ketiga, pemimpin memberikan support yang memadai.
Saat ini, ketiga hal ini sulit ditemui. Dari segi staf, jelas berbagai studi menunjukkan tingkat stres dan Kesehatan mental mengurangi tingkat kesiapan para staf.
Dari segi target yang diberikan, seringkali saya lihat kemalasan untuk benar-benar memilih dan memilah ukuran dan angka yang dipergunakan. Tidak dipikirkan dengan baik korelasi antara angka yang dikejar dan perilaku yang dihasilkan. Ngakalin target akibatnya menjadi permainan sehari-hari.
Leader yang malas memilih dan memilah ukuran sudah pasti akan lebih malas lagi untuk memberikan support dalam pelaksanaan.
Master of Number tidak akan memahami soal ini. Karena bagi mereka, hasil akhir adalah hanya sebatas sequence dari money steps. Cukup halu berharap hasil yang sustainable bisa dicapai dengan kondisi 40 persen staf dalam kondisi stres.
Kompleksitas kondisi sekitar dipahami masih dari kerangka berpikir VUCA. Sebuah gambaran dunia yang lahir lebih dari 30 tahun lalu.
Saat ini sudah zamannya BANI – diperkenalkan oleh anthropologist dan futurist Jamais Cascio. BANI ini kependekan dari Brittle atau rapuh, Anxious atau cemas, Non-Linear, dan Incomprehensible atau tidak mudah dimengerti.
Dibutuhkan Master of Empowering Other. Leader yang memiliki empati untuk bisa mengubah anxiety menjadi energi untuk mencapai aspirasi.
Leader yang berani mengaku tidak mengerti untuk bersama-sama bereksplorasi.
Leader yang tetap humbel dan fleksibel dengan target angkanya karena sadar yang dibangun hari ini bisa jadi rapuh dan mudah jatuh.
Dunia BANI bukanlah untuk Master of Number!
Welcome Master of Empowering Other!
*Penulis adalah Executive Coach GlobalDISC Master Trainer Perth, Western Australia
Editor : Herlianto. A