Tugumalang.id – Sebanyak lima orang mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) berhasil mengembangbiakkan axolotl atau slamander air asal Meksiko. Artinya, mereka dapat membuat hewan ini beradaptasi dan hidup di lingkungan parameter Indonesia dengan teknologi water closed loop chiller system yang mereka namakan AQUAXO
Alat ini dibuat oleh Daffa Khairan (FPIK), Brillian Prastica (FPIK), Muhammad Setiawan Gusmi (FPIK), Rere Tara Mahameru (FPIK), dan Ali Akbar (FILKOM) di bawah bimbingan Mochammad Fattah.
Atas temuan ini, mereka bahkan mendapat tawaran untuk mengekspor axoloth ke beberapa negara seperti Arab, Malaysia, India, hingga China.

Kata Daffa, axolotl memang punya bentuk yang unik. Sekilas seperti naga dengan wajah tersenyum. Bahkan, hewan sejenis salamander air bernama latin Ambystoma Mexicanum ini, sering dikenal dengan sebutan “Smiling Salamander”. Hewan ini juga digunakan untuk penelitian karena punya kemampuan unik yaitu mampu meregenerasi hampir seluruh anggota tubuh.
Di balik potensi yang menjanjikan tersebut, axolotl sulit hidup di Indonesia karena parameter pemijahannya yang berbeda dari kebanyakan ikan lainnya.
”Hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena hewan endemik Mexico ini memiiki habitat di Danau Xochimilco dengan tinggi 2.240 mdpl sehingga memiliki parameter air yang berbeda, terlebih pada suhu air,” kata Daffa, selaku ketua tim.

Tm AQUAXO berhasil membudidayakan hewan endemik ini. Bahkan dalam satu kali produksi, dapat menghasilkan ratusan telur lewat teknologi water closed loop chiller system.
Kata Daffa, alat ini memiliki daya tahan yang lebih kuat. Hal ini disebabkan karena axolotl sudah berhasil adaptif dengan parameter yang ada di Indonesia. “Jadi sangat memungkinkan toothless ini bisa kalian pelihara di rumah. Perawatannya juga cukup mudah,” kata Daffa.
Daffa menjelaskan proses perawatan axiotol ini diletakkan di dalam akuarium kaca menggunakan Water Chiller yang berfungsi untuk memanipulasi parameter suhu. Axolotl membutuhkan suhu sekitar 18-20 derajat untuk memijah dan 16-28 derajat untuk rentang hidup.
Lalu pada masa pembesaran, perlahan naikan suhunya agar axolotl bisa beradaptasi dengan parameter tropis khususnya di Indonesia.
Dapat dikatakan bahwa axolotl hasil breeding AQUAXO memiliki kualitas yang tinggi dibandingkan axolotl diluar karena mampu beradaptasi disuhu tropis bahkan hingga 28 derajat.
“Dengan adamya AQUAXO ini diharapkan mampu memberikan variasi baru pada komoditas ikan hias di Indonesia sekaligus menembus pasar ekspor demi mengangkat potensi perikanan Indonesia,” harapnya.
Hingga saat ini, permintaan AQUAXO sudah mulai pesat baik dari pasaran domestik maupun dari luar negeri. ”Dari domestik batch 1 kemarin langsung terjual habis dan profit sampe Rp 9 juta. Dari luar negeri sudah ada permintaan 1000+ axolotl untuk di ekspor,” pungkasnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti