Tugumalang.id – Tim mahasiswa Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang merancang site plan wisata desa bernama Tebing Lowo di Kabupaten Gresik. Hasil site plan itu kemudian dipresentasikan di FGD bersama kampus, pemerintah desa dan masyarakat setempat pada akhir Oktober 2024 lalu.
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) ITN Malang, Dr Debby Budi Susanti, ST., MT., menjelaskan bahwa desain wisata desa tersebut merupakan kerja sama antara FTSP ITN Malang dengan Desa Pongangan, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.
Dalam FGD terakhir, pihak desa menyetujui design wisata yang dibuat oleh mahasiswa ITN Malang. Rencananya, design tersebut akan dilanjutkan ke tahap penyusunan rencana anggaran biaya (RAB) oleh mahasiswa Teknik Sipil ITN Malang.
Baca Juga: Dua Pesilat ITN Malang Raih Juara 1 Kejuaraan Pencak Silat Kanjuruhan Fighter Competition 2024
“Dengan adanya RAB ini, nantinya bisa diajukan sebagai anggaran pembangunan desa tahun depan. Menurut Bapak Kades, rencananya awal tahun depan akan membuka jalur akses menuju ke lokasi tersebut,” jelas Debby.
Diketahui, design wisata desa tersebut terbentuk atas terlaksananya program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN T) yang melibatkan 14 mahasiswa FTSP ITN Malang. Setidaknya, ada 4 mahasiswa prodi Arsitektur, 9 mahasiswa Teknik Geodesi dan 1 mahasiswa Perencanaan Wilayah & Tata Kota.
Keempatbelas mahasiswa itu tinggal di Desa Pongangan selama dua bulan untuk menggali potensi desa. Para mahasiswa itu juga berbagi tugas untuk mewujudkan keinginan warga desa memiliki tempat wisata.
Menurut Debby, melalui KKN T, pihak kampus bisa melihat skill mahasiswa dalam mengadopsi secara langsung masukan dari masyarakat dan menuangkannya ke dalam desain.
Baca Juga: Dua Pesilat ITN Malang Raih Juara 1 Kejuaraan Pencak Silat Kanjuruhan Fighter Competition 2024
Dari sini mahasiswa akan terlatih dalam mengidentifikasi permasalahan dan menggali potensi di desa, meningkatkan kemampuan adaptasi dengan situasi dan kondisi masyarakat, meningkatkan kepedulian, serta mampu meningkatkan soft skill mahasiswa seperti kemitraan, kerja sama tim, dan lainnya.
“Kami berharap study base by project FTSP ITN Malang terus berlanjut. Mahasiswa benar benar terjun ke lapangan untuk studi langsung, tidak hanya di bangku kuliah. Mereka bisa terlibat langsung di masyarakat, mitra, maupun stakeholder. Nantinya kerja sama tidak hanya dengan desa, tapi juga mitra dan daerah,” paparnya.
Adapun design atau site plan wisata desa Tebing Lowo mengangkat konsep bioklimatik. Bioklimatik adalah pendekatan desain bangunan yang mempertimbangkan kondisi iklim dan lingkungan setempat. Tujuannya, untuk menciptakan bangunan yang nyaman dan sehat bagi penghuni dengan tetap menjaga lingkungan.
Salah satu mahasiswa perancang site plan Tebing Lowo, Yusdihadi Rahawarin mengatakan, konsep bioklimatik dirancang dengan mempertimbangkan kontur alam, lingkungan dan iklim yang ada di Tebing Lowo.
Tebing lowo sendiri diambil dari nama lokasi yang dijadikan site plan. Kawasan Tebing Lowo awalnya merupakan kawasan bekas galian tambang kapur yang menghasilkan lubang seperti goa. Lokasi ini mangkrak bertahun tahun dan menjadi habitat bagi kawanan kelelawar.
“Lokasi ini oleh masyarakat setempat disebut Goa Lowo. Awalnya pihak desa mengusulkan (nama) wisata Gua Lowo. Namun setelah kami survei, sekarang lowonya sudah tidak ada, maka kami menamakan desain wisata ini dengan nama Tebing Lowo. Tempatnya memang berpotensi sebagai tempat wisata karena ikonik,” kata mahasiswa Arsitektur S-1 ITN Malang itu.
Menurutnya, kawasan Tebing Lowo memiliki luas sekitar 1,2 hektar. Terdapat dua tebing tinggi dan jika sore tiba akan menampilkan pemandangan senja yang indah.
Desain Tebing Lowo memiliki beberapa fasilitas seperti kolam renang, gedung serbaguna, waterboom, amphitheater, grand house, area glamping, flaying flog, playground, tempat makan dan lain lain.
Mahasiswa arsitektur juga tidak lupa menambahkan desain sayap lowo untuk transformasi bentuk atap bangunan. Desain lowo juga ditempatkan di gapura masuk dan tempat parkir sebagai lambang ikonik.
Membuat site plan wisata desa tidak hanya membuat desain saja, mahasiswa ITN Malang juga harus memperhitungkan akses ke lokasi. Pasalnya, untuk menuju ke Tebing Lowo warga Desa Pongangan belum memiliki akses jalan sendiri.
Mereka harus memutar dan melewati desa yang bersebelahan. Hal ini tentunya akan menyulitkan akses wisatawan di kemudian hari. Untuk itu peran mahasiswa Teknik Geodesi S-1 ITN Malang sangat diperlukan untuk menentukan jalur akses masuk yang aman.
“Bersyukur ada data dari teman teman teknik geodesi. Mereka melihat bahwa ada potensi jalur untuk akses jalan dengan melewati rumah warga. Jadi, kami yang dari arsitektur bagian mendesain, teknik geodesi mengambil data kontur, dan PWK pemetaan wilayah lokasi wisata, serta diskusi terkait aksesibilitas (ukuran kemudahan untuk mencapai suatu lokasi atau tempat),” bebernya.
Aditya Chesta Adabi, mahasiswa Teknik Geodesi ITN Malang menambahkan, tim teknik geodesi melakukan pengukuran langsung di Desa Pongangan sekitar sepekan. Sementara untuk mengolah data dilakukan secara berkala.
Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran GPS metode statik dan Real Time Kinematik (RTK). Selain itu, pengukuran survey topografi juga menggunakan Total Station untuk mendapatkan koordinat polygon dan detail lokasi.
“Alhamdulillah tim kami tidak menghadapi kendala yang berarti. Hanya saja kami sempat mengajukan peminjaman alat GPS di kampus. Karena kondisi lapangan yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya pengukuran topografi,” tandasnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A