MALANG – Setelah sebelumnya sukses menggelar Kuliah Ahad Shubuh (KAS) secara daring, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali melangsungkan agenda mingguan ini pada Minggu (27/12).
Kali ini, Dr Hj Diah Karmiyati MSi didapuk menjadi pemateri. Dia membahas pentingnya kecerdasan emosional untuk meraih kesuksesan.
Diah memulai pemaparannya dengan menyebutkan beberapa intelegensi yang berperan dalam kesuksesan seseorang. Salah satu di antaranya adalah emotional quotient (EQ). Kemampuan yang dimiliki oleh semua manusia dalam mengenali dan mengolah emosinya.
Jika seseorang sudah bisa mengelola emosinya, maka dia juga cenderung untuk bisa mengenali situasi lingkungan sekitarnya. Hal ini membuatnya lebih peka dan menumbuhkan rasa empati yang tinggi. “Jika sudah muncul rasa tersebut, seseorang akan memiliki motivasi tinggi untuk melakukan yang lebih baik lagi,” ungkapnya.
Dosen yang juga mengkaji psikologi positif ini, juga menyebutkan beberapa ciri orang dengan EQ tinggi. Bisa dilihat dari perilaku dan sikapnya sehari-hari. Bagaimana cara dia mengendaikan diri dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Selain itu, juga lebih mampu memahami, mempengaruhi, serta menenangkan orang di sekitarnya.
Diah juga mengungkapkan, EQ memiliki peran dua kali lipat lebih banyak ketimbang intelligence quotient (IQ).
Lebih lanjut, dia juga memberikan kunci meningkatkan EQ dalam kehidupan sehari-hari, yakni belajar berinteraksi dengan orang lain. Meski terdengar sepele, tapi nyatanya berkomunikasi dan berinteraksi tidak semudah yang dibayangkan.
Dia juga menganjurkan para pemuda dan mahasiswa untuk berkecimpung dalam organisasi atau organisasi. “Komunikasi yang terjalin dalam komunitas itu akan membantu kita mengenali dan mengelola emosi,” jelasnya.
Dalam materinya, Diah kembali mengingatkan betapa EQ memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan. Ketika seseorang memiliki EQ yang tinggi, komunikasi yang dia lakukan akan menjadi lebih tepat, sehingga mengurangi kesalahpahaman.
Dia mengungkapkan, penelitian juga menunjukkan bahwa orang dengan EQ tinggi memiliki hasil kerja yang lebih baik ketimbang yang lain. “Itulah mengapa EQ harus diberikan sejak dini lewat interaksi sosial. Sayangnya, banyak orangtua yang overprotektif sehingga menghambat peningkatan EQ anak-anaknya,” jelasnya.
Terakhir, dosen yang berfokus pada psikologi lansia ini berpesan, untuk selalu meningkatkan kemampuan pengelolaan emosi. Terlebih lagi di tengah pandemi yang tak tahu kapan akan berakhir. “Ada dua hal yang perlu ditanamkan dalam diri. Pertama adalah menerima kemudian bersyukur. Jika sudah melakukannya dengan baik, kita tentu bisa lebih siap dalam menghadapi situasi pandemi seperti saat ini,” pungkasnya.
Reporter: Lizya Kristanti
Editor: Lizya Kristanti