Tugumalang.id – Pemkot Batu menggelar Apel Siaga Bencana pada Kamis (3/11/2022). Apel ini digelar bertepatan dengan peringatan 1 tahun pasca banjir bandang yang melanda Desa Bulukerto pada 4 November 2021 lalu.
Apel ini sekaligus menjadi penetapan masa siaga darurat bencana. Seperti diketahui, cuaca ekstrem mulai datang dan membawa dampak di ratusan titik di Kota Apel itu. Mulai banjir genangan, tanah ambles hingga longsor.
Paling parah terjadi di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, tepatnya di Jalan Melati, Dusun Banyuning. Tanah longsor terjadi sekira pukul 22.00 WIB hingga memutus jembatan penghubung desa hingga pipa HIPPAM yang menyuplai kebutuhan air minum untuk 3 desa.
Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko menuturkan lewat apel ini pihaknya mengimbau seluruh stakeholder untuk mulai bergerak mengantisipasi dan memitigasi segala kemungkinan bentuk bencana.
“Artinya nanti kalau ada bencana kita semua sudah siap dan melakukan penanganan cepat. Saya lihat sekarang sudah ada klaster-klaster khusus mulai dibentuk,” ungkap Dewanti usai Apel.
Dalam aspek lain, sejumlah unsur juga melakukan kegiatan susur sungai di Desa Bulukerto. Itu untuk membaca kondisi sungai untuk mencegah banjir. Hanya saja memang di sepanjang sungai masih ditemui sampah alam yang dikhawatirkan menyumbat jalannya air.
Sumbatan sampah berupa kayu bekas pohon tumbang inilah yang juga menjadi faktor banjir bandang pada tahun lalu. Meski begitu, Dewanti sudah berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk menghilangkan sumbatan air itu.
“Ya, sudah. Kami sudah berkoordinasi dengan institusi lain supaya kayu-kayu itu disingkirkan dan tidak menghambat jalannya air,” pungkasnya.
Terpisah, Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu menuturkan dengan penetapan masa siaga darurat bencana ini menyiapkan sejumlah 337 personel gabungan dari berbagai unsur. Kesiapsiagaan ini bahkan sudah diawali sejak awal Oktober 2022 lalu.
Untuk diketahui, wilayah Kota Batu rentan terjadi sejumlah bencana. Mulai tanah longsor, banjir, kebakaran hutan dan gedung. “Yang kami kuatir itu ya tetap di areal Pusuk lading itu ada bendung alam lagi. Kalau kami cek kemarin belum ada,” kata Agung.
Dalam hasil susur sungai tersebut ditemukan ada kayu pohon, akar dan lain-lain yang berserakan. Panjangnya sampai 5,9 kilometer. Namun soal itu pihaknya masih kesulitan untuk menyingkirkan hal itu agar tidak menjadi bendung alam.
“Medannya sangat sulit, perjalanannya saja sampai 3,5 jam. Kontur sekelilingnya itu tebing 20 meter di kanan kirinya. Jadi memang agak sulit untuk menyingkirkannya,” jelasnya.
Sebagai solusi terakhir, pihaknya memutuskan untuk menyingkirkannya dengan menyuntikkan obat tanaman mempercepat pelapukan. Prosesnya butuh waktu 3 bulan ke depan.
“Jadi ketika lapuk nanti dia tidak akan membentuk bendung alam. Diperkirakan nanti tidak akan membahayakan,” katanya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A