MALANG – Kondisi beberapa korban akibat insiden di Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 hingga kini tak kunjung pulih. Mereka yang mengalami luka-luka akibat asap gas air mata itu rata-rata mengalami gejala sesak nafas dan batuk-batuk.
Parahnya, pada bagian mata para korban tampak masih berwarna merah darah. Warna retina mereka hampir tidak ada putihnya. Ini diungkapkan oleh Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) pada Minggu (9/10/2022) usai mengunjungi para korban luka.
Kondisi itu seperti dialami salah satu Aremanita, Fabianca Cheendy Chairun Nisa (14). Dia mengalami pendarahan dalam mata, sesak napas, dan batuk-batuk. Retina matanya sampai detik ini tidak ada warna putihnya.
Tim TGIPF juga menemui dua bersaudara Rafi Atta Dzia’ul Hamdi (14) dan kakaknya Yuspita Nuraini (25). Sang adik mengalami pendarahan dalam mata dan kakaknya sampai detik ini masih batuk dan sesak napas.
Begitu juga M. Iqbal (16) mengalami pendarahan dalam mata serta luka-luka di kaki dan pinggang akibat terinjak-injak. Sementara Ahmad Afiq Aqli asal Jember masih dirawat dengan mata merah, kaki dan tangan patah.
“Luka-luka itu semua didapat karena gara-gara gas air mata,” ungkap Ketua Tim TGIPF, Doni Monardo.
Sampai saat ini, tercatat total korban akibat Tragedi Kanjuruhan tercatat mencapai 705 orang, terdiri dari korban meninggal dunia 130 orang, jumlah korban luka 575 orang.
Korban luka terbagi ke dalam tiga kategori, luka ringan sebanyak 506 orang, luka sedang 45 orang, dan luka berat sebanyak 23 orang. Sementara korban yang masih menjalani rawat inap 36 orang.
Menurut Doni, para korban luka harus menjalani perawatan intensif. Bukan cuma soal luka jasmani, tapi juga luka rohani. Mereka masih mengalami trauma berat atas peristiwa itu.
“Karena itu, pihak-pihak terkait harus memberikan perhatian khusus. Karena mereka korban hidup pastinya akan mengalami guncangan psikologis yang perlu pendampingan agar bisa menjalani hidup dengan normal,” ujarnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A