MALANG, Tugumalang – Komoditas tempe hingga daging ayam menjadi salah satu pemicu tingginya inflasi bulan November 2022 di Kota Malang.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang, Samsun Hadi menuturkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada bulan November 2022 mengalami inflasi sebesar 0,12 persen (mtm), secara tahun kalender dan tahunan tercatat mengalami inflasi masing-masing sebesar 5,84 persen (ytd) dan 6,61 persen (yoy).
Menurut Samsun, inflasi tahunan Kota Malang masih relatif tinggi dan di atas kisaran target inflasi 3 ± 1 persen. Secara bulanan, inflasi Kota Malang tercatat lebih rendah dari Jawa Timur yang mengalami inflasi sebesar 0,32 persen (mtm) dan lebih tinggi dari Nasional sebesar 0,09 persen (mtm).
“Inflasi periode November 2022 didorong oleh kenaikan harga yang terjadi di seluruh kelompok pengeluaran,” ujarnya.
Dimana, kata Samsun, sumbangan terbesar berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,03 persen (mtm), kelompok makanan, minuman dan tembakau 0,02 persen (mtm), kelompok pakaian dan alas kaki 0,02 persen (mtm) dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,02 persen (mtm).
“Berdasarkan komoditasnya, inflasi bulan November 2022 di Kota Malang terutama didorong oleh kenaikan harga tempe dengan andil 0,04 persen (mtm), daging ayam 0,04 persen (mtm), telur ayam ras 0,04 persen (mtm), bawang merah 0,02 persen (mtm) dan rokok kretek 0,02 persen (mtm),” urainya.
Inflasi pada tempe, imbuhnya, sejalan dengan kenaikan harga komoditas kedelai impor akibat menipisnya stok dan menguatnya mata uang USD.

Kemudian, harga telur ayam ras naik akibat dampak dari afkir dini oleh peternak pada saat stok melimpah dan harga turun di kala momen lebaran lalu.
Dari afkir dini yang dilakukan, membutuhkan waktu setidaknya 24 minggu untuk mengembalikan populasi. Selain itu, faktor musim hujan turut menurunkan produksi telur sekitar 2-5 persen.
Sementara kenaikan harga daging ayam ras dipicu oleh kenaikan biaya produksi akibat dampak penguatan dolar AS yang meningkatkan biaya bahan baku produksi pakan ternak.
Kenaikan harga bawang merah seiring berakhirnya masa panen di berbagai sentra produksi dan penurunan produksi di tengah curah hujan yang tinggi. Kenaikan harga rokok kretek seiring penyesuaian cukai hasil tembakau secara bertahap pada tahun 2022.
Di sisi lain, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga pada komoditas cabai rawit dengan andil -0,06 persen (mtm), buah naga -0,04 persen (mtm), cabai merah -0,02 persen (mtm), jeruk -0,02 persen (mtm), dan alpukat -0,01 persen (mtm).
“Penurunan harga aneka cabai, buah naga, jeruk dan alpukat seiring melimpahnya stok di tengah berlangsungnya musim panen,” sambung Samsun.
Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memandang inflasi tahun 2022 ini akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal, meski masih di atas sasaran 3,0±1 persen.
“Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan,” pungkasnya.
Reporter: Feni Yusnia
editor: jatmiko