Tugumalang.id – SMAN 8 Malang (Smarihasta) punya cara tersendiri dalam melaksanakan ujian praktik kelas 12. Salah satunya dengan mengemas mata pelajaran kesenian menjadi pagelaran seni budaya, Kamis (2/2/2023).
Sembari mengenakan kostum, atribut dan iringan musik tradisional, kreativitas siswa-siswi itu diuji. Mereka tampak disibukkan dengan kesiapan pementasan tiap kelas di hadapan para juri maupun siswa lainnya.
Riuh tepuk tangan, gelak tawa hingga ketegangan mewarnai setiap pergantian sesi pementasan. Ada yang menampilkan cerita Desa Penari, Roro Jonggrang, Situ Bagendit, Bajak Laut, dan sebagainya.

Guru Kesenian Smarihasta, Dyah Masita Rini SPd MPd, menuturkan ada lebih dari 300 siswa yang keseluruhan berasal dari 10 ruang kelas 12 terlibat dalam pagelaran seni ini.
Mereka masing-masing terdiri dari 5 kelas 12 MIPA yang tampil hari ini (2/2/2023). Serta 5 kelas lainnya yakni kelas 12 IPS, 12 Bahasa dan Kelompok Belajar Cepat (KBC) yang akan tampil Sabtu (4/2) mendatang.
Dalam proses pendampingan maupun pembelajaran seni, sejak awal siswa-siswi didampingi oleh dua guru kesenian. Selain Dyah Masita Rini SPd MPd, ada pula Bunga Paramita MPd.

Pagelaran seni ini merupakan bagian dari penerapan Kurikulum 2013 yang masih diterapkan oleh angkatan tersebut. “Memang adanya project pagelaran seni di SMAN 8 ini menyesuaikan dengan apa yang ada di kurikulum 13,” ujarnya.
Sebab itu, pertunjukkan ini menyuguhkan perpaduan antara cabang-cabang seni yang sudah dipelajari sejak kelas 10. Mulai dari seni rupa, musik, dan seni tari.
“Satu kelas dibagi tiga kelompok ada yang bagian musik, tari, seni rupa. Ini sudah disusun sejak semester awal kelas 12. Mereka dibimbing untuk menentukan tema sesuai kesepakatan sehingga ini project satu tahun,” jelasnya.

Tujuan utamanya, tambah dia, untuk melahirkan generasi penerus berbasis karakter. Dalam hal ini terkait dengan pemahaman, kemampuan dan pendidikan berkarakter yang mengutamakan kreativitas, kolaborasi, komunikatif dan berpikir kritis.
“Selama ini, anak-anak bisa berjalan sejauh ini karena dukungan dari Kepala Sekolah, bapak ibu guru, wali kelas. Meski tidak terlibat langsung tapi mereka berkenan memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan sehingga anak-anak mau menampilkan sesuatu yang luar bisa sampai hari ini,” beber Sita, sapaannya.

Ditambahkan, bahwa siswanya sangat antusia menyiapkan pagelaran ini. Alhasil, tak sedikit karya baru yang muncul di sepanjang pagelaran. Seperti pembuatan background pentas menggunakan rumus, background berbentuk pop-up maupun pemandangan latar belakang yang didesain seperti gulungan tirai.
SMAN 8 Malang juga menerapkan aturan bahwa dalam pembuatan properti pementasan diharuskan menggunakan bahan yang dapat didaur ulang. Hal ini seiring dengan basisnya sebagai Sekolah Adiwiyata.
“Banyak karya baru yang dimunculkan anak-anak. Kreativitas mereka benar-benar digali di sini. Propertinya mereka membuat sendiri dari bahan daur ulang. Karena memang kita sekolah Adiwiyata, jadi merujuk ke sana,” tukas dia.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A