MALANG – Belum tuntas motif pengakuan ibu-ibu penjual dawet, peristiwa Tragedi Kanjuruhan kembali diramaikan komentar warganet yang tak berdasar. Kali ini, target sasarannya ialah Aremania yang sedang melakukan aksi solidaritas terhadap 135 rekan mereka yang meninggal akibat insiden gas air mata.
Kesaksian palsu kali ini datang dalam bentuk video yang diunggah akun TikTok @maharanisekar6 pada Kamis (27/10/2022) siang. Si pengunggah video mengunggah video aksi demonstrasi disertai narasi suara yang dinilai berbanding jauh dengan fakta di lapangan.
Pengunggah video menilai aksi demonstrasi yang dilakukan bersifat anarkis. Padahal dari pengamatan reporter, aksi demontrasi yang sudah dilakukan kedua kalinya berjalan damai tanpa ada kerusuhan. Wali Kota Malang Sutiaji juga bahkan menemui massa untuk berdiskusi dan mengapresiasi aksi itu.
“Ndek Malang saiki rasane koyok ora aman yo Rek. Pas lagi onok demo, bendino liyane berita anarkis terus sing muncul. Sek tas wingi ngalor-ngidul demo nang ngarep balaikota, padahal iki asline kejadian iki nang Kanjuruhan, nang kabupaten, sing sak pirang-pirang korban mati,” bunyi narasi dalam video itu.
“Sing nangani kasuse kan mabes, tapi kok ricuhe nangdi-nangdi sampe tekan kene iki? Wis aksine nggarai rusuh, anarkis, icake botol ngombe ambek sampah-sampah liyane nangdi-nangdi, sampe ngerusak plat kendaraane uwong sing ora weruh opo-opo.”
“Wong kasus e wis diusut kok sek dema-demo ae. Kudune iki lak fokus nang korbane seh, ora malah rusuh anarkis ngene iki. Terus jare Arema iki darah biru, tapi kok wingi kabeh nggawe ireng? Maksude iku opo? Endi Arema sing biyen? Iki tenanan Arema opo sopo seh Rek asline?”
“Lek koyok ngene carane masyarakat iku tambah wedi nang Arema. Wedi melok diantemi pisan, wedi melok dadi sasaran. Maleh ilang respect-ku nang Arema lek carane ngene Rek. Wedi aku nang Arema.” begitu narasi yang diucapkan pengunggah video berdurasi 1 menit 5 detik itu.
Namun dari pantauan reporter di lapangan, aksi turun ke jalan yang dilakukan Aremania itu berjalan tertib dan damai. Padahal, aksi itu juga berlangsung tanpa kawalan pengamanan aparat kepolisian yang berseragam.
Hanya tampak sejumlah petugas Satpol PP Kota Malang yang mengawal dari balik gerbang Balai Kota Malang. Aksi tanpa pengawalan kepolisian itu juga sudah terjadi di aksi sebelumnya pada Kamis (20/10/2022) lalu. Bahkan, sebagaian Aremania juga berinisiatif membawa kantong plastik besar untuk membersihkan sampah yang tertinggal saat aksi.
Wali Kota Malang, Sutiaji yang akhirnya juga turun menemui Aremania itu juga mengapresiasi setinggi tingginya atas aksi tanpa kerusuhan itu. Sutiaji juga mengaku kecewa atas dampak Tragedi Kanjuruhan yang memunculkan stigma Malang tidak kondusif.
“Saya mengapresiasi Aremania yang tak membuat kisruh bahkan kekacauan. Hampir 40 hari saudara saudara kita telah meninggal dunia dan banyak yang luka. Tapi respon dari Aremania tidak pernah membuat onar atau kekacauan sama sekali,” kata Sutiaji.
Dia mengatakan, beberapa aksi yang dilangsungkan Aremania tanpa kerusuhan menunjukan bahwa warga Kota Malang cinta damai. Tidak seperti disebutkan di media sosial tanpa dasar yang jelas.
“Inilah Malang yang benar benar cinta damai. Tunjukkan pada dunia bahwa Malang kondusif. Terimakasih Aremania, aksi hari ini tertib dan damai. Yakinlah kejahatan akan hancur oleh kekuasaan Tuhan,” tuturnya.
“Siapapun yang berbuat kejahatan di Bumi Arema pasti akan dihancurkan Tuhan. 135 nyawa tentu juga menuntut keadilan. Maka kami akan meneruskan tuntutan aksi ini ke pihak pihak terkait di Pusat,” tegasnya.
Dalam aksi itu, Aremania membawakan sejumlah tuntutan keadilan untuk 135 korban Tragedi Kanjuruhan. Mulai menuntut aparat penegak hukum untuk memproses 6 tersangka Tragedi Kanjuruhan seadil adilnya.
“Kemudian menuntut pertanggungjawaban moral seluruh pengurus PSSI untuk mundur dari jabatan. PSSI harus merevisi regulasi keamanan dan keselamatan penyelenggaraan liga di Indonesia sesuai statuta FIFA dan merevolusi sepakbola nasional,” papar orator aksi itu.
Selain itu, Aremania juga menuntut transparasi aparat kepolisian terkait pengusutan Tragedi Kanjuruhan. Mereka juga menuntut adanya rekonstruksi ulang Tragedi Kanjuruhan sesuai fakta. Hingga menuntut Badan Intelijen Negara (BIN) merilis kandungan zat gas air mata expired yang digunakan dalam Tragedi Kanjuruhan.
“Aremania akan terus melakukan aksi jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi,” tandas orator aksi.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko