Tugumalang.id – Inner child merupakan istilah untuk menggambarkan sikap, sifat atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari pengalaman masa kecil yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan menjadi dewasa.
Inner child biasanya terbentuk pada usia sekitar 5 – 7 tahun. Pada usia ini anak-anak cenderung mudah menyimpan kenangan bahagia hingga terburuk sekalipun.
Inner child hadir karena adanya pengalaman buruk yang diterima dan dirasakan oleh seseorang hingga membekas. Ini dapat membuat anda terpengaruh dalam pengambilan keputusan dan menjalin hubugan dengan orang lain.
Orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang memiliki inner child yang terluka. Pasalnya, pengalaman menyakitkan seperti mendapatan kekerasan fisik selama masa kanak kanak atau mengalami pengabaian.
Termasuk kurangnya kasih sayang dan pola pengasuhan yang disfungsional (orangtua terlalu dominasi dan keluarga terlalu kompetitif hingga kesulitan dalam komunikasi) dapat melukai inner child seseorang. Tanpa disadari dan disembuhkan terbawa hingga kehidupan dewasa seseorang.
Secara karakteristik, orang yang memiliki masala pada inner childnya akan menunjukan masalah pada kepercayaan, perilaku adiktif dan kompulsif, serta saling ketergantungan. Hal ini, mengakibatkan banyak dari mereka yang memiliki hubungan keterikatan dengan orangtua yang rendah.
Karena trauma masa kecilnya yang membawanya pada prilaku cemas, khawatir berlebihan dan merasa tidak aman. Perilaku ini adalah bentuk pertahanan diri terhadap bahaya yang diciptakan oleh lingkungan dari pola pengasuhan pada masa kecil.
Lantas salahkah jika memiliki inner child yang terluka? Apakah bisa disembuhkan?
Tentu saja tidak salah, semua itu bukan salah kita dan kita juga tidak dapat memilih, karena semua adalah takdir yang tuhan berikan. Lalu bisakah disembuhkan? Jawabanya bisa, tapi memerlukan waktu lama dan mengetahui penyebab dari luka tersebut.
Tanda ketika seseorang memiliki inner child yang terluka
Berikut tanda seseorng memiliki inner child yang perlu diperhatikan.
• Memiliki trust issue/sulit mempercayai orang lain.
• Merasa tidak percaya diri takut ditolak, cemas.
• Anti kritik, sensitif, mudah marah dan mudah tersinggung.
• Perfeksionis dan selalu merasa kurang atau ada yang salah dengan dirinya sendiri.
• Selalu berusaha menyenangkan semua orang.
• Sulit mengekspresikan rasa suka, cinta atau kasih sayang.
• Takut untuk jatuh cinta atau terikat hubungan dengan orang lain.
• Sering kali merasa cemas jika dihadapkan dengan sesuatu yang baru.
• Berusaha menghindari konflik bagaimana caranya.
• Merasa salah dengan diri sendiri.
Cara mengatasi inner child yang terluka
Berikut ini cara yang dapat diterapkan untuk menyembuhkan Inner child yang terluka.
1. Menerima dan berdamai dengan diri sendiri
Menerima semua masa lalu kita karena sadar itu tetap bagian dari kehidupan kita. Sampai pada titik ini merupakan hal yang patut disyukuri dan diapresiasi karena mau berjuang untuk diri sendiri.
Setelah kita dapat menerima, lalu kenali inner child kita dengan berkenalan dengan luka yang yang membentuk inner child kita dengan berdamai dan memaafkan diri sendiri atas segala bentuk penyebab dari luka tersebut.
2. Menulis perasaan buruk
Menulis semua rasa sakit yang pernah kita lalui kedalam jurnal harian atau notes pada ponsel adalah salah satu cara penyembuhan inner child yang terluka.
Kita bisa mencurahkan semua emosi dan perasaan negatif yang kita simpan ke dalam tulisan. Menulis mampu mengingatkan, merasakan kembali dan mendamaikan diri dari perasaan terluka.
Berdialog dari sudut pandang inner child mungkin membuat kita mengingat kembali kenangan yang menyakitkan tapi percayalah setelahnya kamu dapat merasa lega dan menerima situasi menjadi lebih baik.
3. Reparenting yourself
Jadilah sosok orang tua yang paling ramah, paling baik, paling supportif dan paling penyayang untuk dirimu sendiri.
Berilah kasih sayang yang selalu kamu harapkan dari orang lain pada dirimu sendiri. Menjadi “sosok ibu” bagi diri saya sendiri dengan menerapkan cara ini:
1. Setiap merasa kesal karena teringat masa lalu yang menyakitkan, saya akan menarik nafas dan berkata dalam hati ”kamu sudah tidak hidup lagi di masal lalu, ambil hikmahnya dan buang buruknya. Nikmati hari ini dan rencanakan apa yang akan dilakukan esok.”
2. Setiap sisi perfeksionis muncul, saya akan menggelengkan kepala dan berkata “kamu sudah melakukan yang terbaik hari ini, itu sudah lebih dari cukup.”
3. Setiap saya merasa kurang dalam banyak hal, saya menggelengkan kepala dan berkata dalam hati ”tidak, kamu cukup kompeten dalam bidang ini, kahu hanya belum terbiasa saja, masih ada hari esok untuk terus belajar dan mencoba.”
Ketiga poin datas dapat diterapkan agar dapat mengontrol emosi ketika dihadapkan dengan situasi tidak nyaman bagi seorang yang memiliki inner child yang terluka.
Penulis: Dewi Ayu Wijayanti
Editor: Herlianto. A