Tugumalang.id – Kasus dugaan kekerasan seksual yang menyeret pendiri SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu, Julianto Eka Putra (JEP), berakibat pada jumlah siswa baru SMA SPI tahun ajaran 2022-2023 yang menurun drastis.
Kondisi ini diungkapkan Kepala SMA SPI Kota Batu, Risna Amalia Ulfa yang mengakui dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, jumlah penerimaan siswa di sekolahnya hanya berkisar di angka 40 hingga 45 siswa tiap tahunnya. Padahal sebelumnya, SMA SPI bisa menerima hingga 90 siswa tiap tahun.
Sejak berdiri pada tahun 2007, sekolah ini telah memiliki 13 angkatan. Rata-rata, sekolah ini bisa menerima hingga 90 siswa dari seluruh daerah di Indonesia, termasuk Malang dan Batu.
”Tapi sejak tiga tahun ini kita hanya ada 40-45 siswa. Tahun ajaran 2022 ini kita ada 40 siswa. Mereka masih datang dari kalangan tak mampu dan yatim piatu. Ada beberapa anak itu juga dari Kota Batu,” ungkap Risna, pada Kamis (14/7/2022).
Penurunan jumlah ini menurut Risma karena dua hal yaitu pandemi COVID-19 dan imbas dari kasus yang mendera pendirinya dan santer menjadi sorotan publik baru-baru ini.
Berbagai pihak mulai aktivis anak hingga publik figur ternama sekelas Deddy Corbuzier mengecam motivator ulung itu, jika terbukti benar. Saat ini, perkara atas JEP sudah memasuki sidang ke-19 di Pengadilan Negeri Malang. Bahkan, JEP juga ditahan di Lapas Lowokwaru Malang.
Di sisi lain, pihak sekolah juga sempat memberikan klarifikasi atas kasus yang juga menyeret pamor sekolah itu di podcast Denny Sumargo.
Kehebohan itulah yang membawa dampak cukup serius pada aktivitas dan kondisi psikis murid sehari-hari, termasuk juga pada kegiatan sekolah. ”Imbas kasus itu juga berdampak pada pendanaan donatur yang juga menurun,” bebernya.
Sebagai pelaksana kegiatan sekolah sehari-hari, pihaknya tetap berusaha fokus meneruskan berbagai kegiatan pendidikan yang ada. ”Kami sampaikan juga ke mereka agar fokus sekolah. Sayang kalau pendidikannya tidak lanjut,” katanya.
Beruntung, sebagian besar anak didiknya punya komitmen penuh untuk belajar sehingga mampu mengesampingkan berbagai kabar buruk itu.
”Pelan-pelan, mereka mulai ingat komitmen di awal untuk belajar. Sebelumnya, mereka juga ngerasa resah dan takut. Meski cuman dalam bentuk pertanyaan saja, itukan ngaruh ke psikis mereka,” katanya.
Saat ini, aktivitas sekolah sudah memasuki tahun ajaran baru. Di tengah peliknya perkara yang menimpa sekolah, aktivitas pendidikan diupayakan pihak sekolah tetap berjalan normal.
”Total sudah ada 40 siswa yang diterima tahun ini, juga dari berbagai daerah Indonesia dan berbagai latar belakang agama. Mereka sudah masuk pada 11 Juli 2022,” ungkapnya.
Terkait dugaan sekolah yang ditengarai tidak punya izin, Risna membantah tudingan tersebut. Menurut dia, sekolah ini sudah mengantongi nilai akreditasi A yang sudah disandang sejak 2016. ”Nanti dalam waktu dekat ini kita akan menjalani tes reakreditasi lagi,” jawabnya,
Risna menambahkan bahwa SMA SPI Kota Batu juga sudah mendapat audit dari Inspektorat Jenderal Kemdikbudristek dari Jakarta. Risna menyayangkan atas respon masyarakat yang dinilainya berlebihan kepada sekolah.
”Saya berharap agar perkara itu tidak dikaitkan lagi dengan sekolah. Bagaimanapun, sekolah ini masih jadi harapan banyak anak negeri untuk belajar dan berprestasi, khususnya dari mereka kalangan tak mampu,” pungkasnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id