Menarik untuk dicermati tulisan Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Bung Aqua Dwipayana yang berjudul, “Curhat Jenderal Purnawirawan: Prihatin Lihat Institusi, Junior Tidak Hargai Senior, dan Semu Kekompakkan Teman Seangkatan”.
Saya nilai apa yang dicurhatkan oleh seorang Jenderal Purnawirawan kepada Sang Motivator sebenarnya merupakan hal yang biasa saja, bahkan hampir setiap senior pernah mengalami kejadian serupa dalam sebuah kehidupan senior-junior yang dilahirkan dari sebuah “Kawah Candradimuka”. Namun karena hal ini dicurhatkan oleh seorang Jenderal Purnawirawan kepada Motivator terkenal, makanya tulisan ini menjadi menarik.
Dalam sistem pembinaan senior-junior di lingkungan kehidupan militer, seorang senior tidak saja berlaku sebagai atasan bagi juniornya, tapi juga melekat statusnya sebagai seorang guru, sahabat, teman berlatih, bahkan sebagai pengganti orang tua.
Senior dalam kapasitasnya sebagai guru dan pengganti orang tua, tidak pernah mengharap penghargaan dari juniornya (manusia), karena pada diri seorang senior telah terpatri sebuah sikap bahwa setiap apapun yang dilakukannya dalam mengabdikan diri semata-mata hanya karena ALLAH SWT. Itu sebabnya seorang senior “tulen” tidak akan pernah kecewa hanya dikarenakan tidak mendapat apa yang dia harapkan dari juniornya selaku manusia.
Dan sependek pemahaman saya sebagai salah seorang Jenderal Purnawirawan, meskipun sepanjang karir, saya hanya mampu meraih pangkat tertinggi sebagai seorang Jenderal dengan pangkat bintang satu, esensi ajaran dalam kehidupan senior-junior hingga hari ini rasanya tidak pernah berubah.
Menurut hemat saya yang berubah justru perasaan dari individu Jenderal itu sendiri. Perubahan itu lebih dikarenakan dia lupa bahwa apa yang selama ini dilakukannya sebenarnya hanya semata-mata karena mengharapkan keridhoan ALLAH SWT tanpa pernah berharap penghargaan dari manusia apalagi dari seorang junior yang notabene itu adalah murid yang sekaligus juga anak didiknya.
Sebagai seorang Jenderal yang memiliki iman baik, pastilah sangat paham bahwa ALLAH SWT selaku Sang pencipta memiliki beragam cara dalam memberi pelajaran kepada setiap hambanya. Hanya saja seringkali tidak semua hamba memiliki kepekaan spiritual dalam memaknai apa yang ALLAH SWT berikan.
Kualitas Institusi Tidak Pernah Turun
Institusi di sebuah lembaga pendidikan Militer selalu melakukan evaluasi dalam setiap perkembangannya. Dilakukannya evaluasi tentu saja dalam upaya untuk selalu meningkatkan kualitas yang tidak hanya kualitas institusi itu sendiri, tapi juga kualitas SDM yang ingin dihasilkan. Dengan dasar ini tidaklah tepat kiranya jika ada penilaian telah terjadi penurunan kualitas Institusi.
Manusia sering salah dalam menginterpretasikan sesuatu. Jangankan terhadap kebijakan yang dilakukan oleh seorang pimpinan, terhadap kebijakan TUHAN-nya pun seringkali manusia keliru dalam mengartikannya.
Dalam Alquran surat Al Mukmin ayat 60 Allah SWT berfirman yang artinya, “berdoalah kepadaKU, niscaya akan AKU perkenankan bagimu”.
Menyimak ayat di atas bahwa sesungguhnya Allah SWT sedang menyampaikan janji, yang janji Allah SWT itu pastilah benar adanya karena Allah SWT tidak mungkin berbohong.
Tapi betapa sering kita mendengar seseorang berkeluh kesah dengan mengatakan, “ALLAH SWT tidak mengabulkan doaku”. Padahal dengan janji yang telah ALLAH SWT ucapkan dalam firmannya tersebut sudah pasti ALLAH SWT akan mengabulkan setiap doa dan permintaan hambaNYA. Hanya saja tidak jarang dalam bentuk yang berbeda.
Mari kita coba pahami, ketika seorang hamba berdoa dan meminta kepada ALLAH SWT, dapat dipastikan dalam permintaannya dia selalu menggunakan formulasi keinginan. Sementara ALLAH SWT dalam mengabulkan doanya selalu menggunakan formulasi kebutuhan.
Sebagai ilustrasi, ketika seorang hamba berdoa dan minta diberi sebuah mobil tapi yang ALLAH SWT berikan sepeda. Sesungguhnya ALLAH SWT sedang mengabulkan permintaan hambaNYA. Tapi seringkali pengabulan ALLAH SWT ini tidak dipandang sebagai sebuah pemenuhan doa dari hambaNYA.
Hal ini terjadi karena si hamba menyampaikan doanya selalu dalam formulasi keinginan. Sementara ALLAH SWT memenuhinya pada formulasi kebutuhan. Dengan bahasa lain, tidak dipenuhinya doa menurut pandangan manusia, sesungguhnya bentuk lain dari pemenuhan ALLAH SWT atas permintaan dan doa seorang hamba.
Selanjutnya, putusnya silatuhim tidak bisa hanya dinilai ketika tidak tersambungnya telefon seorang senior kepada junior atau tidak terbalasya sebuah WA yang dikirim sebagaimana yang dicurhatkan Sang Jenderal.
Banyak hal yang mungkin tidak dipahami oleh senior terhadap kondisi juniornya ketika dia mencoba membangun komunikasi dengan para juniornya, baik melalui telefon maupun WA. Dan itu bisa saja dikarenakan berbagai faktor, yakni tugas dan lainnya.
Saya berdoa semoga si senior tidak bawa perasaan atau baper, apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang menurut saya hanya akan menurunkan imun. Karena Jenderal “Tulen” tidak mengenal baper dalam setiap medan dan situasi.
Semoga kita juga dapat mengambil hikmah dari curhatan Jenderal itu. Aamiin ya Robbal aalamiin…
Dari Pekanbaru, Riau, saya doakan agar sehat selalu. Jangan pernah baper agar imun tetap terjaga di tengah pandemi covid-19.
SALAM SEHAT DI TENGAH PANDEMI COVID-19
*Penulis adalah Wakil Gubernur Riau, mantan Danrem 031/Wira Bima Pekanbaru.