MALANG – Menutup akhir tahun 2020, Kota Malang kembali mengalami inflasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, angka inflasi sepanjang tahun 2020, tercatat sebesar 1,42 persen. Terendah dalam 10 tahun terakhir.
“Untuk Year on Year (YoY), pada 2020, 1,42 persen. Terendah dalam sepuluh tahun terakhir,” kata Kepala BPS Kota Malang, Sunaryo, Selasa (5/1/2021).
Jika diurutkan, tercatat pada tahun 2011, Kota Malang mengalami inflasi 4,05 persen. Tahun 2012, 4,6 persen, 2013, 7,92 persen.
Tahun 2014, 8,14 persen, tahun 2015, 3,32 persen, tahun 2016, 2,62 persen, tahun 2017, 3,75 persen, tahun 2018, 2,98 persen dan tahun 2019, 1,93 persen.
Lebih jauh Sunaryo menjelaskan, salah satu faktor yang mendorong inflasi adalah pengeluaran pada kelompok makanan, minuman,dan tembakau. Kelompok tersebut mengalami inflasi sebesar 3,95 persen, dengan andil 0,86 persen.
“Selain itu, kelompok lain yang mendorong terjadinya inflasi pada 2020 adalah pakaian dan alas kaki sebesar 1,76 persen dengan andil 0,10 persen. Perawatan pribadi serta jasa lainnya sebesar 6,18 persen, dengan andil 0,36 persen,” jelasnya.
Komuditas lain, seperti kenaikan harga emas perhiasan merupakan yang tertinggi sebesar 26,78 persen, dengan andil 0,20 persen. Kemudian, rokok kretek filter naik 10,16 persen, dengan andil 0,14 persen, dan daging ayam ras naik 6,47 persen, dengan angka sebesar 0,08 persen.
“Sedangkan kelompok pengeluaran yang menahan inflasi pada 2020, adalah kelompok transportasi yang mengalami deflasi 2,64 persen, dengan memberikan andil deflasi 0,35 persen,” pungkasnya.
Reporter : Feni Yusnia
Redaktur : Sudjatmiko