Oleh: Irham Thoriq*
Bersilaturahim adalah kegiatan membahagiakan. Dari bersilaturahim, kita bisa tercerahkan. Mendapatkan ilmu secara gratis, menambah teman, bahkan mempunyai sudara baru. Saudara yang tidak satu darah, tapi seperti ada ikatan batin yang didapat dari silaturahim.
Ini jugalah yang saya rasakan saat bersilaturahim dengan salah seorang pengusaha besar asal Surabaya Effendi Pudjihartono, minggu (30/8). Kami bertemu di kafe milik Pudjihartono yakni The Pianoza. Kafe dengan menu andalan masakan Italia ini berada di di Jalan Dr Soetomo, Nomor 130, Darmo, Kecamatan Wonokromo, Surabaya.
Di kafe yang megah serta makanan yang maknyus ini, kita ngobrol kurang lebih sekitar dua jam. Effendi ketika itu ditemani sang istri Ellizabeth. Saya juga ditemani istri, Sakinatun Najwa.
Meski baru pertama kali bertemu, Effendi cukup enak diajak ngobrol. Blak-blakan, apa adanya, dan penuh inspirasi.’’Seribu kawan itu terlalu sedikit, sedangkan satu musuh sudah terlalu banyak,’’ jawab Effendi menjelaskan tentang alasannya kenapa dia banyak sekali punya teman.
Saya kenal Effendi dari pakar komunikasi dan motivator nasional Dr Aqua Dwipayana. Beberapa pekan lalu, Aqua menulis sosok Effendi di media yang kami kelola yakni www.tugujatim.id. Intinya, selama pandemi Effendi mampu mempertahankan 1.300 karyawannya. Dia tidak melakuan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) kepada karyawannya.’’Kalau PHK tetap ada, tapi bukan karena pandemi, tapi karena kesalahan-kesalahan yang tidak bisa ditolerir, yang itu hukum alam, harus di PHK,’’ kata Effendi.
Lantas Effendi menjaskan kenapa dia mempunyai banyak teman. Menurut dia, dalam melakukan hubungan, dia murni menjalani hubungan pertemanan dengan tulus.’’Seperti ini saya kenal dengan salah seorang jenderal, pertemanan langgeng karena saya tidak pernah meminta apa-apa dan tidak pernah mengganggu, jadi kita berteman ya berteman saja,’’ imbuhnya.
Pertemanan dengan tulus ini jugalah, yang selalu didengungkan oleh Aqua Dwipayana. Sehingga, pertemanannya cukup beragam. Mulai dari TNI, Polri, Wartawan, Pengusaha, hingga rakyat biasa.’’Tapi masih hebat pak Aqua, temannya banyak dan selalu memberi tulisan kepada teman-temannya, saya kangen kalau lama tidak mendapatkan informasi dari pak Aqua,’’ imbuh pria 55 tahun ini.
Dirinya dengan Aqua mengaku klik karena mempunyai banyak kesamaan. Salah satunya, keduanya sama-sama berasal dari orang yang tak punya.”Orang tua saya pedagang biasa, lalu setelah lulus kuliah, saya mendirikan usaha ini yakni Foxstars Group, yang usaha utamanya adalah dibidang plastik dan kayu,’’ imbuhnya.
Effendi juga mempunyai konsep hidup yang menurut saya unik. Dia selalu yakin bahwa rezeki sudah ada yang mengatur. Dia lantas bercerita soal kejadian sekitr 1998 silam. Ketika itu, mobilhya berupa Honda Accord digondol oleh perampok.
Karena mobil tersebut adalah mobil kesayangannya, tentu saja dia terpukul. Namun, Effendi mencoba untuk mengikhlaskan saja kehilangan tersebut.’Tidak lama setelah kejadian itu, saya dapat buyer, yang mana untungnya sama dengan harga mobil saya yang dirampok itu,” kata pria empat orang anak ini.
Cerita lain datang saat istrinya hamil ketika usia pernikahannya sampai dua tahun. Ketika itu, Effendi dan keluarga girang bukan main karena anak yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang juga. Namun, siapa sangka, anak pertamanya itu mengalami keguguran.
Selanjutnya, sekitar tiga bulan dari keguguran tersebut, istrinya kembali hamil.”Dan ternyata kembar, jadi ketika kita berserah diri dan bersyukur, Tuhan sebenarnya akan memberi yang terbaik kepada kita. Dan kejadian seperti ini, sering kali saya mengalami-nya,” imbuhnya.
Ketika Effendi berbicara tentang hal tersebut, saya lantas teringat tentang buku The Screet karya Rhonda Byrne. Dalam buku itu, ada teori yang disebut The Law of Attraction. Dalam teori ini, bahwa ketika kita berpikir positif, maka kita akan mendapatkan hal yang positif.”Jadi kalau kita selalu bersyukur dan memikirkan hal-hal yang positif, kita akan mendapatkan yang positif juga,” jelas alumnus Teknik Mesin The University of Canterbury yang terletak di Christchurch, Selandia Baru ini.(bersambung).
*Penulis merupakan CEO Tugu Media Group