Tugumalang.id – Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto ingin ada pameran kopi berskala internasional di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
Kecamatan tersebut dipilih lantaran kopi robusta pertama di Indonesia ditanam di sana. “Ternyata sejarah kopi robusta itu berasal dari Kecamatan Sumbermanjing Wetan, tepatnya Desa Harjokuncaran. Ini sesuatu yang menurut saya menarik untuk kita gali,” ujar Didik.
Hal tersebut ia sampaikan setelah menghadiri acara bedah buku Absolute Coffee karya Prawoto Indarto yang menceritakan jejak perjalanan kopi Malang, pada Rabu (6/4/2022) petang.
Pada acara yang berlangsung di Kafe Roewang Tamoe Coffee tersebut, Prawoto mengatakan bahwa kopi robusta yang ada di Indonesia pertama kali ditanam di Desa Harjokuncaran, Kabupaten Malang, baru kemudian menyebar ke Pulau Jawa.
Benih kopi tersebut dibawa ke Indonesia oleh orang-orang Belanda. Kopi robusta sendiri berasal dari Benua Afrika.
Ekspor kopi robusta sendiri cukup besar. Sekitar 80 persen ekspor kopi Indonesia merupakan jenis robusta. Tren di pasar dunia juga menunjukkan bahwa peminat kopi robusta terus meningkat.
“Makanya saya sempat sampaikan kepada pemerintah pusat bahwa Malang ini harus punya privilige karena Malang adalah ujung tombak kopi Indonesia,” ujar Prawoto.
Di Desa Harjokuncaran juga terdapat bekas kantor pusat penelitian kopi milik Belanda.
Pada kesempatan tersebut, Prawoto juga meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang untuk bisa mengembangkan eduwisata mengenai kopi serta memperbaiki infrastruktur setempat.
“Heritage kopi Indonesia ada di situ (Desa Harjokuncaran),” kata Prawoto.
Didik juga melihat ada potensi eduwisata yang bagus di desa tersebut. Oleh karenanya, ia berangan-angan ada pameran besar khusus kopi yang diselenggarakan di sana.
“Eksportir kopi kita undang ke sana, negara-negara peminat kopi Indonesia juga diundang ke sana supaya tahu. Ini menjadi eduwisata yang menurut saya akan menghasilkan devisa yang cukup luar biasa,” tutur Didik.
Di samping itu, ia juga berharap kopi di Kabupaten Malang tidak dijual dalam bentuk mentah. Tetapi sudah disangrai, diberi kemasan yang bagus, dan dipasarkan sesuai targetnya.
“Anak muda sukanya yang bagaimana, orang tua sukanya yang bagaimana. Kalau bisa mengenali kebutuhan pasar dunia, nilai jualnya bisa semakin tinggi,” pungkas Didik.
Reporter: Aisyah Nawangsari
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id