Tugumalang.id – Takmir Masjid An Nuur di Kota Batu, Jawa Timur, menyimpan berbagai keunikan tersendiri. Selain umurnya yang tua dan menjadi tempat singgah utama wisatawan, keunikan itu terletak pada etalase kaca yang ada di samping loket penitipan barang.
Sepintas jika dilihat, etalase kaca berisi mulai jam tangan, gelang, bros, tas, kacamata, hingga dompet tampak tertata rapi seperti barang dagangan. Tak disangka, barang-barang itu merupakan milik para jemaah yang pernah singgah, namun ketinggalan.
Mulanya, barang-barang pribadi itu dipajang untuk memudahkan pemiliknya mengidentifikasi barang miliknya. Namun, semakin ke sini, barang-barang yang dipajang semakin banyak dan hampir memenuhi etalase kaca.
Artinya, banyak pemilik barang yang memilih untuk merelakan barangnya yang ketinggalan sehingga urung datang kembali mencarinya. Padahal, takmir masjid selalu sigap menyimpan sejumlah barang milik jemaah yang tertinggal.
”Bisa jadi juga karena pemiliknya banyak yang di luar kota sehingga mereka lebih memilih merelakannya saja. Yang datang ke sini kan juga banyak yang dari luar kota,” ungkap penjaga loket penitipan barang Masjid An-Nuur Kota Batu, Nur Khofifah (61) pada Tugumalang.id.
Meski begitu, pihak takmir masjid juga tidak berani menindaklanjuti langsung barang-barang tersebut. Sebab itulah, pihak takmir memilih untuk memajang barang-barang tersebut dengan pertimbangan siapa tahu pemiliknya mampir kembali dan mencari barangnya.
Menurut Khofifah, dari sekian banyak barang yang tertinggal adalah barang pribadi tanpa identitas. Paling banyak adalah jam tangan berbagai macam merek. Mulai Adidas Led Watch, jam digital, Nixon, Alba dan berbagai macam aksesoris seperti tas, kacamata, dompet, bros bahkan hingga sabun.
”Yang paling lama ada itu usianya 5 tahun. Sampai sekarang gak tahu siapa pemiliknya,” ujarnya.
Khofifah menuturkan bahwa peristiwa barang-barang tertinggal di masjid yang terletak di sisi barat Alun-Alun Kota Batu itu kerap terjadi. Bahkan, pernah ada jemaah yang ketinggalan tas dengan isi uang mencapai Rp15 juta.
”Sebisa mungkin kami melakukan pengawasan rutin dan jika ada barang tertinggal langsung diamankan. Paling banyak itu ketinggalan di kamar mandi, tempat wudu dan di tempat salat,” ujarnya.
”Padahal kan sudah disediakan layanan penitipan barang juga di sini. Gratis kok. Tapi ya masih banyak yang ketinggalan,” imbuhnya.
Dilelang Setelah Usia 5 Tahun
Menurut Khofifah, barang-barang ketinggalan yang dipajang di etalase kaca itu hampir mencapai 1000 barang dalam kurun waktu 2 tahun terakhir. Masa pajangnya bervariasi. Ada yang masih baru satu bulan hingga terlama 5 tahun.
Agar tidak menjadi sampah, maka takmir masjid memberlakukan sistem lelang. Jika sampai 5 tahun barang itu tidak diambil pemiliknya, maka takmir masjid akan melelangnya.
“Mau gak mau harus dilelang, sayang misal kalau rusak. Kan lebih baik dimanfaatkan lagi. Tentu saja, lelang ini harus didoakan dulu, meminta izin kepada pemiliknya meski tidak tahu siapa,” jelasnya.
Khofifah menjelaskan jika sistem lelang pertama pernah dilakukan pada 2020 lalu. Barang termahal yang pernah dijumpai mencapai Rp2,5 juta. Lalu, akhirnya dilelang dengan harga Rp500 ribu.
”Kalau jumlah hasil lelangnya saya lupa, tapi yang jelas dimasukkan ke amal masjid,” ungkapnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A