BATU, Tugumalang – Desa Oro-Oro Ombo menjadi salah satu desa di Kota Batu yang mendapat nilai skor baik dalam indeks desa membangun (IDM). Desa Oro-Oro Ombo ada di peringkat 4 dengan perolehan skor 0,9981 pada 2022 ini.
Desa Oro-Oro Ombo yang berada di Kecamatan Batu ini memang memiliki kekhasan dalam sektor pariwisata, peternakan dan pertanian. Sektor ini ditunjang dengan letak desa yang berada di daerah tinggi.
Kepala Desa Oro-Oro Ombo, Wiweko mengatakan sebenarnya desanya juga bahkan nangkring di peringkat pertama pada 2021 lalu. Namun sekarang kalah oleh Desa Peliatan, Gianyar, Bali.
Sebab itulah, tahun depan pihaknya akan kembali bersaing untuk mendapatkan gelar itu lagi. Sejauh ini, ada tiga indeks ukuran yang ditetapkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dalam mengukur kemampuan desa.
Seperti indeks ketahanan sosial (IKS), indeks ketahanan ekonomi (IKE), dan indeks ketahanan ekologi/lingkungan (IKL). ”Semuanya dinilai mulai aspek sosial, pendidikan, keaehatan hingga ekologi dan akses permodalannya,” kata Wiweko, Senin (14/11/2022).
Sejauh ini, soal kesejahteraan ekonomi masyarakat desa masih baik. Rata-rata, warga desa berprofesi sebagai peternak sapi perah hingga petani sayur. Selain itu, mereka juga mengelola villa penginapan untuk menjamu wisatawan.
”Kalau paling mayoritas ya peternak susu. Kita ini jadi desa penghasil susu terbesar kedua di Kota Batu setelah Toyomerto (Desa Pesanggrahan). Dalam sehari, bisa menghasilkan 4000 liter susu,” ungkapnya.
Selain itu, pengelolaan limbah kotoran sapi juga kata dia dipastikan berjalan dengan baik karena dikelola dengan instalasi biogas. Ada sekitar 10 unit lebih alat biogas yang hasilnya bisa dimanfaatkan lagi untuk memasak.
Lebih lanjut, pihaknya akan terus mengembangkan potensi desa ini lebih baik lagi. Seperti dengan membangun Wisata Edukasi Pengolahan Susu. Saat ini, pihaknya sudah menyiapkan anggaran dari APBDes.
Di Desa Oro-Oro Ombo sendiri juga sudah terdapat AMKE atau Area Model Konservasi Edukasi (AMKE) yaitu kawasan pemberdayaan pertanian yang dilakukan oleh para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan Panderman.
Berbagai jenis tanaman dibudidayakan seperti tanaman porang, tanaman herbal dan Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu lainnya di tanah kas desa. Lalu juga ada Kampung Edukasi Camping Ground dan Permainan Tradisional sebagai tempat wisata.
“Nanti akan kita tata lagi, kami ingin KTH ini bisa berkembang dengan inovasi-inovasi yang ada dan memiliki daya tarik serta nilai ekonomi lebih,” katanya.