Tugumalang.id – Ke Gunung Bromo memiliki beberapa pintu, masing-masing memiliki keunikan dan tantangannya sendiri. Kali ini saya dan tim Tugumalang.id akan cerita pengalaman ketika berwisata di Gunung Bromo melalui pintu masuk Coban Trisula, Kabupaten Malang.
Perjalanan ini dimulai dari Sawojajar, Kota Malang, pada pukul 01:30 WIB (malam hari) dengan mengunakan kendaraan roda dua atau motor. Sengaja berangkat ja segitu, karena menurut perhitungan masih bisa menikmati sunrise di punjak penanjakan.
Saya menuju ke pos pintu masuk Coban Trisula yang terletak di Desa Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang. Sebelum sampai ke pintu masuk, istirahat sebentar di SPBU Tumpang untuk mengisi bahan bakar motor dan memakai sarung tangan serta masker karena di sekitar pegunungan Bromo sangat dingin.
Melanjukan perjalan ke lokasi, saya melewati bayak rombongan yang mau naik mobil jeep. Setelah 1 jam perjalanan menanjak dan menurun curam serta belokan tajam menjadi tantangan tersendiri bagi para pemotor.
Saya sampai di pos pintu masuk Coban Trisula pada pukul 02:30 WIB.
Saya menunjukan bukti booking online yang di scan QR code oleh petugas, bagi wisatawan yang akan berkujung ke Bromo wajib boking online terlebih dahulu, wisatawan tidak bisa membeli tiket secara langsung di loket pintu masuk.
Setelah mendapatkan tiket masuk, saya melanjukan perjalanan ke warung yang ada di Desa Ngades untuk istirahat dan menghangatkan tubuh dengan segelas minuman hangat dan gorengan. “Monggo mas,” kata penjual menyodorkan segelas minuman pesanan saya.
Suasana dingin terasa sedikit hangat, sambil bercengkrama dengan teman-teman dan ramahnya warga setempat yang tidak hanya menjual makanan dan minuman namun juga menjual kaos tangan dan topi rajut.
Mereka bahkan membuka persewaan jaket tebal untuk para wisatawan. Sangat disayangkan saya menemukan toilet umum di sebelah musala dikunci, ini membuat saya menahan diri untuk tidak buang air kecil.
Pada pukul 04:15 WIB, saya melanjukan perjalan ke Seruni Poin dari persimpangan jalan ke Bromo dan jalan ke Ranupani. Saya mengambil jalan ke arah Bromo yang menurun karena untuk sampai ke Seruni Poin harus melewati Bukit Teletubbies, Savana Gunung Bromo dan Pasir bersisik.
Setelah menempuh perjalanan yang menantang dan meraskan hembusan angin pegunungan yang dingin sekali dengan suhu kuran lebih turun hingga 10 derajat celcius. Di dekat bukit teletubbies saya berhenti karena ada warga setempat yang menawarkan jasa pemandu jalan untuk melewati jalanan pasir yang berbahaya jika dilewati dengan kendaraan roda dua.
Mas Edi, warga setempat, mengatakan “jika sebelumnya belum pernah ke Bromo, lebih baik pakai pemandu aja karena untuk menuju Seruni Poin jalannya jauh dan berpasir, jika tidak bisa menguasai medan bisa terjebak, nyungsep di lautan pasir. Untuk evakuasinya juga enggak murah ditambah lagi nanti biasanya kampas kopling selip itu juga harus diganti, tapi nanti kalau mau diantar sampai sana dijamin aman,” ucapnya.
Tapi saya tidak terlalu yakin dengan penjelasan dia, bisa itu hanya trik dia agar kami menggunakan jasanya. Lebih-lebih, dia sepertinya bukan tour guide resmi di Bromo.
Tapi akhirnya, saya dan teman-teman memutuskan untuk diantar karena pada saat itu jalanan masih petang, matahari belum terbit. Setelah negosiasi dengan Mas Edi yang tadinya harus membayar Rp300.000 menjadi Rp200.000 saja. “Nanti tak carikan jalan, ikuti bekas ban motor saya ya,” kata mas Edi memberi kami arahan.
Saya pun melanjukan perjalan di lautan pasir Bromo yang di pimpin oleh Mas Edi. 20 menit berlalu menempuh perjalanan yang menantang itu, saya sampai di jalanan beraspal Cemorolawang, Ngadisari. Di sana saya berpisah dengan Mas Edi dan meneruskan perjalanan ke lokasi Seruni Poin untuk melihat keindahan matahari terbit (sunrise).
Namun sebelum saya sampai di lokasi ternyata matahari sudah terbit, terlihat di balik pohon-pohon perbukitan disamping jalan menuju lokasi dan terlihat banyak wisatawan turun dari jeep yang mereka naiki membuat jalan yang saya lewati sedikit macet hingga sampai di Seruni Point pada pukul 05:15 WIB. Setelah mencari tempat parkir saya langsung mencari toilet untuk buang air kecil dan membersihkan muka.
Eksotika Bromo dari Seruni Poin
“Indah” kata pertama yang terlintas dipikiran saya, menyaksikan hamparan pasir yang luas sambil memandang megahnya Gunung Bromo yang tampak jelas di depan mata. Ini menjadi sebuah momen yang tidak akan terlupakan seumur hidup saya, saat melihat keindahan Gunung Bromo dan dikelilingi hijaunya pegunungan yang sangat menakjubkan.
Dinamakan Seruni Poin karena terletak di Dusun Seruni, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo. Area ini merupakan salah satu titik tujuan wisatawan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang menjadi primadona karena dari sana dapat melihat jelas pemandangan matahari terbit di Gunung Bromo.
Jika berkunjung ke sana, Anda akan mendapati 256 anak tangga layaknya tembok besar China untuk bisa sampai ke puncak Seruni. Selain itu juga terdapat bangunan seperti gapura yang terdiri dari empat pilar Tugu Brawijaya.
Jalur menuju Puncak Penanjakan 2 atau Seruni Poin dapat dilalui lewat Desa Cemoro Lawang. Karena dipenuhi dengan tanjakan, butuh waktu sekitar 30 menit untuk bisa sampai hingga lokasi puncak.
Di dekat Seruni point ada primadona ikon wisata baru yaitu Jembatan Kaca Bromo yang akan terintegrasi dengan Seruni poin ini dibangun dengan konstruksi yang telah melalui uji laboratorium. Dikabarkan akan dibuka pada Desember 2023 ini, Jembatan yang berada di atas jurang sedalam 80 Meter ini akan jadi salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Bukit Teletubbies dan Savana Gunung Bromo
Pada 6 September 2023 lalu, kawasan Gunung Bromo, tepatnya di bukit Teletubbies terbakar dahsyat diduga akibat digunakan untuk pemotretan prewedding menggunakan flare. Kebakaran di Bukit Teletubbies ini bahkan memerlukan waktu berhari-hari untuk memadamkan apinya.
Dua bulan pasca kebakaran, kini wajah baru Gunung Bromo tampak lebih indah. Hujan yang telah mengguyur pun membuat tumbuhan di kawasan ini kembali menghijau.
Kembali menghijaunya Gunung Bromo membuat popularitas keindahanya semakin diakui dunia. Taman Nasional Bromo Tenger Semeru baru saja dinobatkan sebagai taman terindah ke 3 di dunia 2023 yang dirilis oleh Bounce (platfrom layanan perjalan global yang berbasis di San Francisco, California, Amerika Serikat).
Penilaian ini didasarkan pada jumlah unggahan atau penayangan konten di media sosial TikTok, Instagram, dan pencarian dengan keyword di Google sepanjang 2023.
Bromo yang berada di peringkat ke – 3 berhasil mengalahkan sejumlah Taman Nasional populer yang terkenal akan keindahannya di sejumlah negara besar seperti Taman Hutan Nasional Zhangjiajie, China dan Taman Nasional Fuji Hakone Izu, Jepang.
Biaya Tiket ke Bromo
Untuk menikmati indahnya Bukit Teletubbies dan Savana Gunung Bromo, pengunjung wajib boking online terlebih dahulu dan menyiapkan biaya baik untuk tiket masuk Gunung Bromo per orang dan transportasi.
Berikut harga tiket kendaraan untuk berkunjung ke Gunung Bromo. Kendaraan Roda 4 (Mobil Pribadi/Jeep) Rp 10.000. Kendaraan Roda 2 (Sepeda Motor) Rp 5.000.
Harga tiket gunung Bromo turis lokal (Domestik) dan Asing (Non Domestik). Hari kerja/biasa (Week Day), wisatawan domestik Rp 29.000, wisata mancanegara Rp 220.000. Sementara, di hari libur (week end) wisatawan domestik Rp 34.000, wisata mancanegara Rp 320.000.-
Penulis : Alif Puji Utomo (Magang)
Editor: Herlianto. A