MALANG, Tugumalang.id – Sebuah inovasi berupa gelas yang bisa dimakan atau edible cup telah dikembangkan di Desa Druju, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
Meski lahir di desa yang berlokasi 40 kilometer dari Kota Malang, produk edible cup ini telah merambah pasar Jakarta dan Jawa Barat.
Salah satu strategi yang digunakan oleh pemilik usaha ini adalah dengan memanfaatkan teknologi. Melalui e-commerce, termasuk LinkUMKM milik BRI, edible cup ini bisa dipasarkan ke seluruh Indonesia, bahkan dunia.
Baca Juga: Cerita Riyanto Mempertahankan Eksistensi Lapak Buku di Pasar Buku dan Seni Velodrome Malang
Edible cup bermerek Gelas A ini dikembangkan oleh pria bernama Husen sejak tahun 2018. sedang berselancar di Instagram ketika ia menemukan konsep edible cup yang ada di luar negeri.

“Saya belum pernah lihat yang seperti itu di Indonesia,” kata Husen saat ditemui beberapa waktu lalu.
Kembangkan produk secara otodidak
Butuh waktu bertahun-tahun bagi Husen untuk bisa mendapatkan resep dan teknik yang tepat sehingga gelas bisa kokoh serta tidak mudah bocor. Ia mencari tahu cara membuatnya dan bereksperimen sendiri tanpa latar belakang kuliner.
Baca Juga: Cerita Asna Safina Fanshuri Rebut Juara 1 Lomba Mewarnai Memperingati Hari Pahlawan Kategori SD, Hobi Mewarnai Sedari Kecil Hingga Cita-Cita jadi Pelukis
“Saya tidak punya basic di bidang kuliner. Makanya butuh waktu lama untuk mengembangkan produk. Saya cari resep sendiri,” ujar Husen.

Edible cup merupakan inovasi untuk penyajian minuman di kafe yang lebih ramah lingkungan. Di samping itu, produk ini sangat unik karena bisa disantap begitu minuman habis, sehingga mampu mengundang rasa penasaran pengunjung kafe.
Di balik keunikan itu, ada tantangan yang harus dihadapi Husen saat membuat edible cup. Setiap produk harus dikerjakan dengan sangat hati-hati agar tidak bocor.
“Gelasnya harus dipastikan benar-benar padat. Kalau nggak, dia bisa bocor,” jelasnya.
Edible cup yang diproduksi Husen memiliki ukuran 120 ml dan bisa menampung minuman panas, maupun dingin. Setelah minuman dituang, gelas ini memiliki waktu satu jam sebelum larut dalam cairan.
Usaha edible cup ini baru serius dijalani oleh Husen selama satu tahun terakhir. Produksinya pun masih berskala kecil dengan menggunakan alat-alat manual serta oven kecil. Setiap kali produksi, Husen bisa menghasilkan 20 buah edible cup.
“Proses pembuatannya cukup lama karena harus hati-hati supaya tidak bocor,” terang Husen.
Tembus pasar nasional lewat jalur digital
Saat ini, produk edible cup belum banyak dikenal di Indonesia. Bahkan, Husen belum memiliki pelanggan tetap di Kota Malang, kota terdekat dari Desa Druju.
Berkat teknologi yang membuat dunia seolah tanpa batas, Husen berhasil memasarkan produknya hingga ke Jakarta, Bandung, dan Bogor. Di tiga kota tersebut, ia telah memiliki pelanggan yang sering memesan ulang.
Salah satu media pemasaran yang dimanfaatkan oleh Husen adalah LinkUMKM yang digagas oleh BRI. Platform tersebut merupakan wadah bagi UMKM di seluruh Indonesia untuk berjejaring, memperkaya ilmu, serta mempromosikan produk-produk mereka.
Husen bergabung dengan platform LinkUMKM sejak tiga bulan lalu, setelah mendapat informasi dari sesama peserta kompetisi Diplomat Success Challenge—sebuah ajang bisnis nasional yang pernah ia ikuti.
“Salah satu kendala dalam menjalankan bisnis ini adalah masyarakat masih belum familier dengan produknya,” kata Husen.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A