Tugumalang.id – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang menggelar workshop bertajuk “Mengupas Angka Inflasi dalam Berita Resmi Statistik” pada Selasa (13/12/2022). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan literasi tentang pemahaman dalam memaknai angka inflasi.
Kepala BPS Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini, menjelaskan bahwa penyajian informasi angka inflasi di Kota Malang yang awalnya disampaikan tiap bulan akan dilakukan tiap tahun atau year on year.
“Penjelasan dan ulasan angka inflasi jangan sampai menimbulkan kepanikan bagi masyarakat,” ucapnya.
Menurutnya, angka inflasi merupakan salah satu indikator strategis yang dibutuhkan pemerintah sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan.
“Bahkan dalam dua bulan terakhir, setiap Senin dilakukan rapat koordinasi terkait pengendalian inflasi yang dipimpin langsung oleh Menteri Dalam Negeri dan diikuti seluruh Pemda,” paparnya.
Dijelaskan, inflasi merupakan presentase tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi masyarakat. Angka inflasi dihitung dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau biasa disebut juga Consumer Price Index (ICP).
“Secara sederhana, merupakan perbandingan antara harga suatu paket komoditas dari suatu kelompok barang atau jasa pada suatu periode tertentu terhadap harganya pada periode waktu yang telah ditentukan,” bebernya.
Dia mencontohkan, inflasi November month to month Kota Malang sebesar 0,12 persen. Artinya, telah terjadi kenaikan harga secara umum pada bulan November sebesar 0,12 persen dibandingkan bulan Oktober.
Kemudian, inflasi year on year pada November sebesar 6,61 persen. Artinya, dari November 2021 hingga November 2022 telah terjadi kenaikan harga barang secara umum sebesar 6,61 persen.
“Menurut Bank Indonesia, inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.
Dia mengatakan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil akan memberikan dampak negatif pada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.
Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Disebutkan, inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai Rupiah.
“Keempat, pentingnya kestabilan harga kaitannya dengan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan moneter Bank Indonesia ditujukan untuk mengelola tekanan harga yang berasal dari sisi permintaan agregat (demand management) relatif terhadap kondisi sisi penawaran,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A