BATU, Tugumalang – BPBD Kota Batu mencatat angka kejadian bencana tertinggi pada 2022 ini. Artinya, sinyal darurat kebencanaan di kota wisata ini sudah harus dinyalakan. Sejumlah mitigasi pencegahan mutlak sudah harus dijalankan dengan serius.
Hingga 17 Desember 2022, BPBD mencatat sudah ada 196 bencana. Angka ini menjadi angka tertinggi dibanding pada tahun-tahun sebelumnya. Kejadian bencana rata-rata terjadi pada Oktober-November dimana BMKG telah memprediksi terjadinya cuaca ekstrem.
Angka kejadian itu terbilang tinggi. Sebelumnya, sepanjang tahun 2021 saja di Kota Batu terjadi 154 bencana. Terdapat peningkatan selama 4 tahun terakhir. Tahun 2018 ada 95 kejadian bencana. Lalu, meningkat jadi 98 bencana di tahun 2019 dan 114 bencana di tahun 2020.
Merunut data dari BPBD Kota Batu, jenis bencana yang paling mendominasi di daerah yang berada di dataran tinggi ini adalah tanah longsor. Tercatat hingga 17 Desember 2022 ini sudah ada 107 kejadian.
Lainnya, didominasi banjir 27 kejadian, Angin kencang/Cuaca Ekstrem 22 kejadian, tanah ambles 2 kejadian hingga gerakan tanah 2 kejadian. Selain itu, juga tercatat kejadian Pohon tumbang 16 kejadian, kebakaran 11.dan lain-lain.
Statistik ini membuktikan Kota Batu sudah harus mulai mengaktifkan kewaspadaan dan mitigasi pencegahan. Sehingga bencana yang menimbulkan kerusakan apalagi memakan korban jiwa bisa ditekan.
Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu, sudah merekomendasikan berbagai langkah mitigasi pencegahan agar potensi bencana di masa depan bisa diminimalisir.
Mitigasi pencegahan ini perlu mengingat prediksi cuaca ekstrem saat musim penghujan dari tahun ke tahun semakin meningkat. ”Rata-rata kejadian yang terjadi saat intensitas hujan meningkat,” terang Agung dihubungi, Jumat (30/12/2022).
Rata-rata, kejadian bencana juga terjadi di wilayah Kecamatan Bumiaji. Di Bumiaji sendiri memang menjadi kawasan perbukitan yang tanahnya banyak dimanfaatkan warganya untuk bertani.
Selain itu, juga dipengaruhi faktor topografi kawasan yang didominasi kontur alam lereng dan tebing. Kontur topografi alam dan kerapatan vegetasi di sana membuat bencana tanah longsor rawan terjadi.
Adapun, sejumlah titik rawan longsor ada di 7 titik. Mulai Desa Gunungsari, Sumberbrantas, Giripurno dan Kelurahan Songgokerto di Kecamatan Batu.
Pemerintah Kota Batu sendiri sebenarnya juga sudah mencanangkan masa Siaga Darurat Bencana. Apalagi, melihat kilas balik pada akhir 2021 lalu, di wilayah Bumiaji juga dilanda banjir bandang.
Sejauh ini, pihaknya hanya bisa melakukan antisipasi pencegahan timbulnya korban akibat peristiwa bencana alam tanah longsor, tahun ini pihaknya bakal melakukan penambahan dua alat early wearing system (EWS) baru.
“Saat ini Kota Batu sudah punya 10 EWS yang terpasang di titik-titik rawan tanah longsor Kota Batu. Lima EWS terpasang pada tahun 2020 dan lima EWS dipasang tahun 2021. Nanti yang baru akan dipasang di Dusun Claket, Desa Gunungsari dan Desa Sumberejo,” tandasnya.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko