Tugumalang.id – Kadrun (Kadal Gurun) dalam perspektif medsos (media sosial) Indonesia dikonotasikan sebagai kelompok oposan kepada pemerintah, sedang yang pro pemerintah disebut sebagai kecebong.
Sementara itu Kadrun dalam perspektif lelaki super dikonotasikan — teruama oleh genaro ngalam (orang Malang) — sebagai obat kuat lelaki dimana kadrun lebih dikenal dengan sebutan Kadal Mesir. Oleh karena itulah orang yang pertama kali membuka wacana kadrun didalam medsos boleh jadi kehidupan sehari-harinya tak jauh dari pembicaraan sekitar seks, walaupun konon – katanya lho — dulu istilah itu sering dipakai oleh kaum komunis untuk mengejek umat Islam.
Pada tulisan kali ini kami tidak ingin membahas Kadrun baik dalam perspektif oposan maupun sebagai obat kuat lelaki.
Kami ingin mengetengahkan fenomena sekitar Kapur (Kadal Purba) yang lebih kita kenal dengan nama KOMODO, maka perbedaannya menjadi jelas, Kadrun hidup di gurun padang pasir sedang Kapur yang tersisa hidup didaratan Nusa Tenggara Barat.
Dalam perspektif bahasa sleng Malangan, Komodo tidak pernah kita sebut dengan odomok, karena bahasa sleng Malangan sendiri sebenarnya bukan bahasa walikan sehingga tidak semua kosa kata dibalik membacanya. Komodo ternyata punya fenomena yang unik untuk dibicarakan, karena binatang purba yang masih tersisa ini ternyata memiliki kebiasaan aneh dan tak lazim serta bisa membuat kita bergidik. Tugu Malang ID., mengumpulkan sederet fakta tentang species Kadal Purba ini antara lain sebagai berikut:
- Komodo ternyata jauh lebih sadis dibanding ralu (ular) alias penipu, atau tukang leseh (pencopet) bahkan preman rateg (raja tega) sekalipun. Apabila wanyik-wanyik (mereka) para ralu, tukang leseh dan rateg masih menyisakan korbannya untuk odip (hidup), maka Komodo ini korbannya ditakis nubis (disikat habis) predator. Komodo, osi nakam (bisa makan) korbannya yang besarnya seukuran dengan badannya sekalipun, dan satu kali lahap kusam kedalam perutnya kemudian akan memuntahkan bagian-bagian sing kadit osi ( tidak dapat) dicerna seperti tanduk, bulu, gigi, tulang, dll.
- Nakam kana e ewed (memangsa anaknya sendiri), sak ewul-ewule genaro, kadit mungkin meleg nakam kanae ewed, tapi predator peninggalan purba ini kalau sudah lapar dan tidak ada mangsa lain, maka wanyik (ia) begitu teganya nakam anaknya sendiri, teutama komodo kodew (betina), untuk mempertahankan dirinya agar tetap hidup. Kenyataan itu, secara naluriah membuat Komodo-komodo licek (muda) rudite (tidurnya) memilih diatas pohon untuk menghindar dari kanibalisme komodo kewut (dewasa).
- Komodo kodew osi ngetem tanpa niwak: Keunikan lainnya, komodo kodew (betina) osi negetem (bisa hamil/bertelur) tanpa proses ngentu (bersenggama) karo komodo nganal (jantan). Hal ini pernah diteliti pada tahun 2006 dan diverifikasi bahwa komodo kodew tetap osi berproduksi (bertelur) tanpa ukruk/ngentu ( secara aseksual) melalui proses yang disebut partenogenesis alias pembuahan tanpa melalui hubungan ukruk/ngentu dengan komodo jantan. Dengan kata lain komodo kodew bisa disebut juga sebagai ebes kodew sekaligus ebes nganal (ibu sekaligus bapak) dari kana-kanae (anak-anaknya).
- Komodo nes dulinan (suka bermain): dibalik sifatnya yang predator dan kanibal itu, ternyata menurut pengamatan para ahli dari sejumlah individu komodo tampak bahagia bermain sekop dan utapes (sepatu) – mungkin utapese pengamat e ewed (sendiri) yang tertinggal ketika wanyik iral diuber (dia lari dikejar) komodo kodew. Menurut ahli itu, cara komodo berinteraksi dengan benda, dikatakan tidak memiliki indikasi agresif atau motivasi menyerang. Tetapi ahli itu tidak memaparkan bagaimana seandainya komodo itu diisaki asroban cap kuntul utowo topi miring (dikasih minuman keras merek burung kuntul atau topi miring) apa ya tetap tidak agrsif? Soalnya kalau Arek-arek sing asroban cap kuntul utowo topi miring biasane kubam (biasanya mabuk) cangkeme ngame karo lambenya hewod (mulutnya ngelantur dengan bibirnya ndoweh) terus agresif.
Sebagai informasi, komodo sebagai reptil purba kini hanya dapat ditemukan di sejumlah kepulauan kecil di Timur Indonesia. Menurut jejak rekam fosil para peneiliti, tercatat komodo juga pernah ada di daratam Australia. Komodo diprediksi bermigrasi ke daratan Indonesia Timur dan tiba di pulau Flores 900.000 tahun yang lalu. Sebuah penelitian yang diterbitkan Jurnal Plos One tahun 2009, komodo di Australia punah sekitar 50.000. tahun yang lalu.Saat ini populasinya dinyatakan rentan terhadap kepunahan karena mulai menghilag dari semua pulau-pulau kecil.
Reporter : Ulul Azmi
Redaktur Ahli Bahasa Malangan : Wahab Adhinegoro