Oleh: Petrus Gading Aji – Manajer Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) PLN Rantauprapat, Sumatera Utara.
Setiap kali membaca sharing dari Dr Aqua Dwipayana terutama yang ada kaitannya dengan kedua buah hatinya, yaitu Mbak Alira Vania Putri Dwipayana dan Mas Savero ‘Ero’ Karamiveta Dwipayana, saya jadi banyak terinspirasi. Terutama karya nyata dua milenial ini di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang sedang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia.
Saya semakin tahu lebih banyak tentang Mbak Alira dan Mas Ero setelah membaca buku best seller tentang mereka yang berjudul “Berkarya dan Peduli Sosial Gaya Generasi Milenial: Kisah Inspiratif Dua Bersaudara Alira-Savero Dwipayana Bergiat untuk Sesama”.
Buku yang telah terjual sebanyak 12.500 eksemplar dalam waktu sekitar tiga bulan itu berkisah tentang kiprah sosial kakak-beradik Mbak Alira-Mas Ero Dwipayana. Di usia yang cukup muda –masih kepala dua, mereka telah menorehkan banyak prestasi yang menjadi idaman semua orangtua.
Prestasi itu tidak hanya mereka ukir dalam kaitannya dengan capaian pendidikan atau lingkungan kampus. Di luar itu, yang tentu membuat kedua orangtua mereka bahagia dan sangat bersyukur ialah Mbak Alira-Mas Ero telah menorehkan karya dalam kiprah mereka di bidang sosial-kemanusiaan.
Kepedulian sosial terhadap sesama tersebut dilakukan di tengah kesibukan kakak-beradik itu bersekolah di SMA Regina Pacis Bogor, Jawa Barat, dan sesudahnya. Saat Mbak Alira kemudian kuliah di Korea University Business School di Seoul, Korea Selatan (Korsel) dan bekerja di perusahaan farmasi terkemuka Daewoong di Korsel, dia terus melanjutkan kiprah sosialnya.
Hal yang sama juga dilakukan Mas Ero yang kini mahasiswa semester VIII Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadaram (Fikom Unpad) Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Kiprah mereka selengkapnya tersaji di buku setebal 293 yang dibubuhi kata pengantar oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana/Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo ini.
Saya memang baru bertemu langsung dengan Mas Ero beberapa waktu yang lalu di Medan, sebelum pandemi Covid-19 ini muncul.
Banyak Kelebihan
Dari pengalaman sebelumnya, saya memperhatikan bahwa mendengar adalah hal yang sangat jarang ditemukan pada para milenial saat ini. Mereka umumnya lebih senang berbicara daripada menyimak. Kebiasaan yang sangat langka ditemukan di era para milenial sekarang ini.
Hal tersebut saya lihat dan rasakan sangat berbeda saat berjumpa pertama kali dengan Mas Ero. Sosoknya memang kalem, namun bisa banyak berbicara pada saat diberikan kesempatan.
Semua yang disampaikannya berkualitas. Menunjukkan bahwa Mas Ero generasi milenial yang cerdas baik hati, komunikasi, maupun pikirannya.
Dan yang membuat saya terinspirasi sekaligus kagum adalah ternyata Mas Ero penyimak yang sangat baik bahkan di usianya yang masih relatif muda. Dengan fokus, serius, dan sungguh-sungguh menyimak semua yang disampaikan lawan bicaranya.
Saya yakin hal tersebut bukan pelajaran yang diterima Mas Ero dalam semalam. Namun sebuah proses yang diawali sejak usia dini, yang pastinya ditanamkan oleh kedua orangtuanya: Dr Aqua Dwipayana dan istri Retno Setiasih.
Karena semua kelebihan yang dimilikinya itu sehingga tidak heran kalau sejak 2020 lalu Mas Ero dipercaya Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo untuk masuk dalam tim milenial yang tugasnya memberikan masukan dan saran terkait bagaimana berkomunikasi lebih efektif dengan para milenial di luar sana tentang bahaya dan cara penanganan Covid-19.
Kepercayaan itu terus berlanjut. Beberapa bulan kemudian sampai sekarang Mas Ero mendapat amanah sebagai staf Bidang Komunikasi Sosial Politik dan Masyarakat (Komsospolmas) Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) yang dipimpin Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Kepercayaan itu membuat jadwal Mas Ero sangat padat termasuk melakukan sosialisasi terkait Covid-19. Salah satu contohnya mulai Senin (3/5/2021) ini selama seminggu penerima Penghargaan Pegiat Gerakan Kemanusiaan dan Pemberdayaan Masyarakat dari kampusnya Fikom Unpad itu berkegiatan di Pulau Dewata Bali.
Tidak hanya itu. Di sela-sela aktivitasnya menuntaskan kuliahnya, Mas Ero juga mendapat amanah sebagai Redaktur Pelaksana tugujatim.id, media online yang berkantor pusat di Malang, Jawa Timur yang sedang berkembang pesat. Sedangkan Pemimpin Redaksinya adalah wartawan senior yang juga penguji Uji Kompetensi Wartawan tingkat nasional Nurcholis MA Basyari.
Kuncinya Komunikasi
Lain halnya dengan Mbak Alira, saya memang belum pernah bertemu langsung dengan dia. Namun berdasarkan sharing dari Dr Aqua maka sosok putri pertamanya itu sering saya jadikan bahan cerita untuk anak saya Dimitri dan Bianca bahwa sekolah di luar negeri itu enak.
Banyak pengalaman berharga kalau kita bisa berkeliling dunia di usia muda. Dan tentunya mendapatkan banyak teman dari berbagai negara.
Mbak Alira sambil menuntaskan kuliahnya di universitas bergengsi di Korea Selatan, Korea University Business School, mengisi liburannya dengan mengunjungi lebih dari 50 negara. Semuanya menggunakan uang pribadi, tidak minta sama orangtuanya.
Juga pada Olimpiade Rio 2016 yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brasil, dari tanggal 5 sampai 21 Agustus 2016 yang diikuti lebih dari 11.000 atlet dari 206 Komite Olimpiade Nasional (KON), Mbak Alira terpilih sebagai salah satu relawan di acara akbar tersebut. Seleksi untuk menjadi relawan di kegiatan olahraga dunia itu ketat sekali. Mbak Alira berhasil melewati semua tahapan ujian di ajang tersebut.
Seusai kedua atlit Indonesia Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir berhasil meraih medali emas dalam cabang bulutangkis di Olimpiade Rio 2016 itu yang mengalahkan kontingen asal Malaysia yakni Peng Soon Chan dan Goh Liu Ying dengan dua set yang durasinya sekitar 45 menit, Mbak Alira mendampingi mereka sebagai penerjemah saat diwawancarai ratusan wartawan dari seluruh dunia.
Pada 2019 sesaat sebelum menuntaskan kuliahnya, Mbak Alira dengan uang pribadi menunaikan rukun Islam yang kelima. Melaksanakan ibadah Haji ke Tanah Suci. Dia berangkat dari Seoul, Korea Selatan.
Komunikasi adalah kuncinya. Tentu saja selain itu harus mampu menguasai lebih dari dua bahasa selain bahasa ibu.
Korea Selatan merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki tingkat persaingan sangat tinggi baik di bidang akademi maupun pekerjaan. Di usia yang masih sangat muda Mbak Alira sudah mampu menjalani kehidupan sendiri di Korea. Bahkan tanpa bantuan dari kedua orangtuanya.
Belum lama ini saya juga membaca tulisan Mbak Alira melalui twitter yang ramai di sharing lagi oleh beberapa akun Instagram mengenai perjalanan akademik Mba Alira di negeri Ginseng itu. Menarik sekali.
Saya semakin tersadar bahwa tidak ada hasil baik yang didapatkan dari proses instan. Kedua buah hati Dr Aqua ini telah membuktikannya. Mereka menjadi pelaku langsung dan telah memberi banyak keteladanan.
Salut sekali untuk perjuangan Mbak Alira dan Mas Ero. Teruslah berkarya nyata buat Indonesia tercinta ini.
Terima kasih Dr Aqua yang telah membagikan banyak hal positif yang menginspirasi saya dan banyak orang. salam hangat penuh kasih dari kami sekeluarga untuk Dr Aqua Dwipayana, Ibu Retno Setiasih, Mbak Alira, dan Mas Ero.(*)