Malang, Tugumalang.id – Universitas Brawijaya kembali akan mengukuhkan sejumlah profesor lintas jurusan pada Kamis (30/1/2025). Salah satu dari 4 profesor yang dikukuhkan punya solusi jitu guna mengembalikan luasan hutan tanpa harus menghilangkan prinsip ekonomi petani. Solusi agroforestri darinya bernama metode Rabasati.
Solusi ini dikemukakan Prof. Syahrul Kurniawan, S.P., M.P., Ph.D dari Fakultas Pertanian UB dalam konferensi pers, Rabu (29/1/2025). Profesor ke 409 di UB ini menegaskan jika sudah waktunya semua pihak mulai berpikir ulang jika mau membabat hutan.
Baca Juga: 9 Profesor UB Dikukuhkan, Ada yang Teliti Leadership ala Nabi Muhammad
Dalam beberapa tahun terakhir, dampak negatif akibat deforestasi mulai bermunculan. Sebut saja mulai terjadi perubahan iklim, tanah longsor, kekeringan, banjir bandang hingga degradasi kesuburan tanah dan kualitas air sungai.
Meski begitu, di sisi lain, sambung Syahrul, dalam upaya mengarusutamakan agroforestri untuk kelestarian ekologis ini juga harus mengakomodir kebutuhan ekonomis petani. Sebab itu, ia mulai meneliti solusinya yakni RaBaSATI sebagai jalan tengah sekaligus pembangunan berkelanjutan.
Profesor ke 409 di UB ini menjelaskan jika model Rabasati ini menargetkan hasil beragam, mulai konservasi tanah dan air, peningkatan cadangan karbon, biodiversitas, pendapatan dan ekonomi petani, kesehatan dan hubugan sosial untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Baca Juga: Teliti Inovasi CSR hingga Limbah Tinta Cumi-Cumi, 4 Profesor UB Malang Dikukuhkan
”Tapi semua ini harus didukung penuh semua pihak dan juga intervensi berkelanjutan dari pemerintah,” ujar Syahrul.
Profesor di bidang ilmu Manajemen Agroforestri dan Kesuburan Tanah ini meneranhkan jika model ini memiliki kebaharuan dan keunikan meliputi partisipatif, adaptif terhadap iklim dan karakteristik lahan, inovatif, produktif dan apilkatif.
Pemilihan jenis tanaman dalam model ini mengacu pada kesesuaian lahan yang akan mencegah terjadinya kegagalan karena komoditas yang dibudidayakan adaptif dengan kondisi iklim dan lahan.
”Prinsip penerapan model RaBaSATI terletak pada inovasi teknisnya, mengutamakan keberagaman tanaman, pemupukan yang tepat, dan penerapan irigasi hemat air bermanfaat untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” terangnya.
Menurut dia, secara teori model ini bahkan bisa mengembalikan lahan hutan yang mengalami deforestasi. Sebagai implementasi penelitian, dirinya telah melakukan uji coba di 3 desa di Nusa Tenggara Barat yang sudah berjalan 2-3 bulan.
”Secara teori memungkinkan, tapi untuk hasil masih belum bisa kita simpulkan. Untuk kendala dalam metode ini memang butuh modal yang besar di awal. Panennya juga lama, makanya itu butuh intervensi ketat dari pemerintah,” tegas dia.
Selain Prof Syahrul juga ada 3 profesor lain yang akan dikukuhkan dan memiliki penelitian yang menarik di bidangnya. Seperti Prof. Dr. Aulia Fuad Rahman dengan penelitian berjudul “Siro: Integrasi Laporan ESG Untuk Meningkatkan Relvabsi Nilai Pelaporan Korporat”.
Lalu Prof. Barlah Rumhayati meneliti tentang “Metode Passive Sampling-PIM Untuk Pemantauan Ortofosfat Yang Akurat, Efektif, dan Efisien dan Prof. Dr. Ir. Solimun meneliti terkait Pemodelan Fleksibel dan Adaptif (FAM) sebagai pengembangan dari Pemodelan Persamaan Struktural (SEM).
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
redaktur: jatmiko