Tugumalang.id – Di hari-hari menjelang kahir bulan Ramadan ini, warga Kota Malang masih tampak bersemangat untuk berburu takjil. Itu terlihat dari banyaknya warga yang memadati jalan Soekarno-Hatta (Suhat) Kota Malang, Jawa Timur.
Di kawasan itu, memang terbilang menjadi tempat favorit warga untuk berburu takjil karena ada beragam makanan yang dijual. Pembeli bisa dengan leluasa memilih untuk membeli jenis takjil dan makanan kesukannya.
Beberapa tempat terpantau ramai pengunjung yang membludak hingga ke jalanan. Stand takjil di Suhat terbilang unik karena selalu dipadati oleh pengunjung serta memiliki cerita atau pengalaman menarik dari penjual dan pembeli yang datang ke daerah tersebut.
Stand-stand tersebut menjual berbagai jenis makanan dan minuman berbuka puasa mulai dari manakan berat hingga makanan ringan. Di antaranya nasi bakar, aneka lauk-pauk, gorengan, es buah, siomay, batagor, seafood, makanan Korea dan lainnya.
Salah satu pengunjung bernama Aida, asal Sidoarjo, yang kebetulan datang ke Malang bersama dengan muridnya menyempatkan untuk mencari takjil di daerah Suhat. Mereka ke sana karena lokasinya terpantau ramai dan berdekatan dengan penginapannya di Kota Malang.
“Tadi pukul 16.00 WIB sudah keluar dari hotel untuk mencari takjil. Dalam perjalanan menuju stand takjil sangat ramai dan macet tetapi di sini enak karena banyak pilihan makanan dari berbagai camilan seperti jajanan Korea dan ini pengalaman pertama kali beli takjil di daerah Soekarno Hatta,” ujar wanita berbaju coklat saat diwawancarai pada Kamis (13/04/2023).
Adapun pengunjung selanjutnya adalah Aulia dan Tania, kedua perempuan ini merupakan mahasiswa dari salah satu universitas di Malang.
“Kami berdua asli Malang, kebetulan hari ini kuliah selesai sore sehingga pulang dari kuliah langsung berburu takjil seperti sempol dan berbagai cemilan lainnya. Kami sudah pernah membeli makanan takjil di sini, memang suasananya macet yang sangat parah tetapi takjil di sini banyak pilihannya,” ujarnya.
Meskipun keberadaan stand takjil di daerah Soekarno-Hatta menyebabkan arus lalu lintas macet, namun masih menjadi pilihan banyak masyarakat untuk berbelanja di tempat tersebut. Berdasarkan pantauan, stand takjil relatif lebih tertata mulai dari area penjual dan tempat parkir yang dikelola dengan baik oleh masyarakat sekitar.
Salah satu penjual kue kucur, Samhari asal Pamekasan, mengatakan bahwa dia julan kucur sudah selama 10 tahun dan sudah memiliki beberapa cabang di Kota Malang. Dia menjual kuenya dengan harga cukup terjangkau, mulai dari Rp4 ribu dengan dua variasi warna yaitu hijau dan coklat.
“Saya sudah lama berjualan kue kucur di Malang dan sudah memiliki tempat. Apabila bulan Ramadan tiba, memang membuka stand di daerah Soekarno-Hatta karena tempatnya lebih ramai banyak anak muda dan mahasiswa yang berburu takjil. Jadi, saya mulai persiapan sudah dari jam 10.00 WIB pagi untuk membuat adonan kue kucur,” ujarnya.
Penjual lain bernama Emi mengatakan sudah berjualan membantu orang tuanya dari tahun 2003. Perempuan asli Kendal Sari, Kota Malang itu, berjualan aneka bubur, kolak, salad buah, dan aneka es dengan harga yangterjangkau mulai dari Rp5 ribu hingga Rp8 ribu.
“Saya sudah berjualan dari tahun 2003, jadi kalau ditotal sudah 20 tahun berjualan. Walaupun bukan Ramadhan, saya tetap berjualan di daerah Soekarno-Hatta dan memang sudah menjadi tempat berjualan dari dahulu,” kata dia.
Penjual yang membuka stand di daerah Soekarno-Hatta tidak hanya dari kalangan ibu-ibu atau bapak-bapak saja, melainkan anak muda pun turut ikut andil dalam berjualan takjil.
Salah satu perempuan muda yang berjualan takjil adalah Risna.Perempuan asli Kota Malang yang beralamat di Jalan Mawar itu menjual makanan kekinian berupa dimsum dan odeng, dengan harga mulai dari Rp1 ribu sampai Rp5 ribu untuk dimsum dan Rp10 ribu untuk odeng.
“Saya sudah berjualan selama dua tahun dan setiap bulan Ramadan selalu membuka stand di daerah Soekarno-Hatta. Membuka stand makanan takjil di daerah ini sangat menguntungkan, karena tempatnya yang ramai dan dipenuhi mahasiswa,” ujarnya.
Suhat memang menjadi alternatif bagi penjual makanan takjil untuk membuka stand saat bulan Ramadan, karena tempatnya yang ramai, banyak anak muda, dan mahasiswa berburu takjil untuk berbuka puasa.
Penulis: Efryca Ayu Nabella & Rafida Tri Pitaloka (magang)
Editor: Herlianto. A