Malang, Tugumalang.id – Ditemui di kediamannya di seputaran wilayah Tlogomas, Kota Malang, Arya Dega yang kesehariannya sibuk mengajar bisnis dan kewirausahaan sebagai dosen lepas memiliki cerita latar belakang yang unik. Cucu pertama dari pahlawan nasional Prof. Dr. Soeharso ini sempat bekerja dan memiliki hobi programming.
“Dulu saya masih rajin utak-atik skrip mulai dari jamannya MS DOS membuat BBS (bulletin board system) menggunakan modem 2400bps (tahun 1996), sampai akhirnya menggeluti bidang keamanan jaringan di sekitar tahun 2000,” kata Arya.
Arya Dega saat ini juga memegang beberapa bisnis yang salah satunya adalah web solution dan sekaligus memfasilitasi server daring bagi Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC), peninggalan almarhum kakeknya, Prof. Dr. Soeharso.
Selain di bidang Teknik dan Sains, Arya Dega yang juga lulusan sarjana Fisika ini pada akhirnya mengambil pendidikan magister manajemen untuk menerapkan ilmu ekonomi di beberapa bisnisnya yang saat ini sudah berkembang menjadi bisnis besar.
Baca Juga: FDI Resmi Luncurkan Sistem Sertifikasi Pilot Drone Digital
“Tapi saya ngga kasih tau bisnis saya lainnya ya. Kalau bisnis web solution dan pekerjaan mengajar tidak apa-apa diketahui karena memang sudah terlanjur banyak yang tau,” ucapnya sambil tertawa.
Dia berpendapat bahwa semakin orang bisa menjaga privasi maka hidup juga akan semakin nyaman. Itulah sebabnya tim redaksi awalnya kesulitan untuk menemui dan melakukan wawancara.
Kesibukan lainnya yang sedang ditekuni oleh salah satu pendiri Federasi Drone Indonesia ini adalah mendalami ilmu personal branding dan company branding. Tentunya hal ini langsung dipraktekan dalam keseharianya. Terlihat dari akun Instagram @aryadega dan akun X @aryadega yang sudah bercentang biru.
“Kalo Instagram saya dapetnya bulan November tahun 2022. Masih lebih duluan Twitter X saya terverifikasi bulan Mei tahun 2016. Dari pengalaman saya mendapatkan verified di Instagram dan Twitter maka saya coba berbagi tips kepada kawan-kawan dekat saya. Pada akhirnya saya juga diminta menjadi pembicara di beberapa workshop digital marketing dan workshop branding strategic,” tuturnya.
Baca Juga: 2 Pilot Drone di Yogya Ditangkap, Aktivis Drone Arya Dega Angkat Bicara
Saat ini Arya Dega lebih dikenal luas sebagai salah satu pakar drone di Indonesia. Berbagai tips dan review drone dibagikannya di media sosial. Keunikannya dalam menyampaikan pesan berupa video ternyata berawal dari pengalamannya digembleng di Sanggar Teater Populer peninggalan almarhum Teguh Karya, yang saat ini dipimpin oleh maestro perfilman Indonesia Slamet Rahardjo.
“Sanggar Teater Populer adalah rumah kedua saya. Kami semua seperti keluarga. Kalau saya bikin salah ya langsung dimarahi oleh para senior selayaknya kakak memarahi adiknya. Kalau bercanda pun seperti adik-kakak juga,” begitu kenang Arya Dega.
“Saya pernah dulu marah-marah saat shooting film karena ngga ada yang mau dengar masukan dari saya. Mas Slamet malah balik ngolokin saya. Saya dibilang anak manja.. hahaha.. tapi dibalik olokan tersebut membuat saya mengkoreksi diri supaya lebih baik lagi. Kami yang di sanggar tidak harus jadi aktor semua. Buktinya kesuksesan saya malah di bidang lain. Tetapi segala nasihat, olokan, dimarahin, candaan, dari kakak-kakak saya di sanggarlah yang menjadikan saya seperti ini sekarang,” terangnya.
Arya Dega yang juga pernah bekerja di perusahaan penerbangan (2004-2007) saat ini banyak berbagi ilmu drone kepada komunitas dan kawan-kawannya sebagai pengajar sertifikasi pilot drone.
Beliau juga banyak mengkritik peraturan dan regulasi drone di Indonesia untuk menjadi lebih baik lagi. Hingga saat ini Arya Dega megang banyak sertifikat pilot drone dari berbagai negara seperti FDI dari Indonesia, FAA dari Amerika, dan EASA dari Eropa.
Baca Juga: DKPPU Kemenhub Luncurkan Aplikasi SIDOPI, Begini Tanggapan Aktivis Drone Indonesia
Semua ilmu yang didapat dari ujian sertifikasi pilot drone di berbagai negara itulah yang sering dibagikan di media sosialnya. Bahkan saat ini Federasi Drone Indonesia menjadi yang pertama di Indonesia yang menyediaan sertifikasi online melalui website.
“Jadi siapapun warga negara Indonesia bisa mengambil sertifikasi pilot drone online melaui website Federasi Drone Indonesia. Ada pengetahuan teori dan ujian teorinya hingga lulus langsung dapat sertifikat digital. Semua serba online. Tapi ini sertifikat basic ya, bukan advance,” jelasnya.
Bagaimana dengan tips menghadapi haters atau ujaran kebencian?
“Kalau orang bilang, ah ngga gue pikirin, lho kehidupan ngga sesimpel itu. Apakah anda mau seumur hidup seperti itu? Kan ngga,” ucap Arya.
Dia mengaku selalu berusaha merasakan rasanya menjadi haters bagi dirinya sendiri. Dia kemudian menyimpulkan bahwa haters juga merupakan orang yang masih mencari jati diri.
Menurutnya, 80 persen haters berada di rentang usia 18-48 tahun. Di luar itu, jarang menjadi haters. Sebab, usia di bawah 18 tahun mayoritas masih disibukkan dengan aktivitas pendidikan. Sementara orang yang usianya di atas 48 tahun, pada umumnya sudah menjadi orang yang bijaksana dalam memandang dan menilai persoalan.
“Jadi, saya menghadapi manusia dengan ciri ciri labil, stres karena keuangan atau keluarga, bahkan hidupnya dalam kemurungan. Mereka itu manusia yang mencari pelampiasan tapi tanpa kontak fisik. Maka bukan lagi saya katakan ngga gue pikirin, tapi lebih ke arah akan saya coba perbaiki lagi diri saya, agar dapat diterima lebih luas dan lebih berguna bagi masyarakat,” tandasnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko