MALANG, Tugumalang – Aremania menilai Arema FC tak berempati dengan terus mengikuti kompetisi Liga 1 di tengah kemelut perjuangan Aremania dalam menuntut keadilan bagi korban Tragedi Kanjuruhan. Terbaru, Aremania mengirim batu nisan dan menyegel Kantor Arema FC pada Minggu (15/1/2023).
Aksi itu dimulai dengan longmarch Aremania yang berakhir di Kantor Arema FC, Jalan Mayjen Panjaitan, Kota Malang. Mereka kemudian menyalakan flare berwarna biru. Aremania kemudian melakukan orasi tuntutan dengan membentangkan sejumlah spanduk dan poster.
Selanjutnya, para peserta aksi melantunkan doa bersama untuk korban Tragedi Kanjuruhan. Mereka kemudian menaburkan bunga dan meletakkan batu nisan di depan pintu Arema FC Official Store. Batu nisan itu bertuliskan “Arema FC 01-10-22”.
Para peserta aksi kemudian memasang sejumlah segel stiker di pintu kaca itu. Segel itu tertulis berbagai pesan, mulai “Tiket Habis, Suporter Dibiarkan Berjuang sendiri” hingga “Arek Malang Boikot Klub Tanpa Empati”.
Kemudian juga ada poster bertuliskan “Tidak Ada Ruang Untuk Klub Tanpa Empati di Tanah Kami. Silahkan Pergi” hingga “Seandainya Tidak Ada Arema FC Kejadian Seperti Ini Tidak Akan Terjadi”.
Bahkan mobil Arema FC berwarna biru yang terparkir di dekat pintu itu tak luput dari pemasangan segel itu. Aremania juga menyelipkan sejumlah poster yang mereka bawa ke mobil itu. Mereka juga meletakkan poster poster di depan Kantor Arema FC. Meski begitu, ada pengrusakan sama sekali dalam aksi itu.
Salah satu Aremania, Yoyok mengatakan bahwa Tragedi Kanjuruhan yang merengut 135 korban jiwa merupakan gambaran bobroknya pengelolaan dan pengamanan penyelenggaraan sepakbola tanah air.
Meski pihak keamanan menjadi pihak yang dinilai harus bertanggungjawab dalam Tragedi Kanjuruhan, Yoyok juga menilai bahwa pihak Arema FC juga perlu mendapat sorotan. Dia menilai penggunaan kekuatan pengamanan bukanlah faktor tunggal dalam pusaran peristiwa 1 Oktober 2022 lalu.
“Diabaikannya aspek keselamatan dan keamanan suporter oleh pihak panpel pertandingan yakni Ketua Panpel, Security Officer, Media Officer dan marketing yang direkrut secara asal asalan oleh Arema FC diduga kuat turut menjadi penyebab tragedi naas ini,” kata Yoyok.
Menurutnya, panitia pelaksana pertandingan diduga tidak menjalankan fungsinya sesuai prosedur. Kemudian tak punya kesiapan yang cukup, pengamanan internal yang lalai hingga penjualan tiket melebihi kapasitas stadion.
“Alih alih dalam pelaksanaanya segala prosedur dijalankan dengan prinsip kehati hatian, panpel terlihat dengan gamblang bahwa orientasi labalah yang menjadi prioritas utama,” ungkapnya.
Yoyok mengatakan bahwa Arema FC yang selama ini dibanggakan Aremania justru bertindak setengah hati dalam upaya Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan. Dia menilai, kompensasi yang diberikan Arema FC kepada korban hanyalah angka nominal. Dia mengaku kecewa Arema FC melanjutkan kompetisi Liga 1 sementara proses hukum masih jauh dari kata keadilan.
“Klub seolah tanpa dosa dengan sepenuh hati melanjutkan kompetisi kembali menanggalkan empati seolah tragedi ini tak pernah terjadi. Padahal tangis, luka, darah dan airmata korban serta keluarga korban sangat jauh dari kata sembuh,” ucapnya.
“Para korban dalam berbagai aspek masih perlu banyak pendampingan seperti advokasi hukum dimana proses keadilan masih jauh dari harapan serta penyembuhan trauma korban sampai hari ini belum banyak tersentuh. Arek Malang berjuang sendiri, klubnya tak peduli,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko