Tugumalang.id – Profesor Etnomusikolog Amerika Anne Rasmussen senang sekali bisa kembali ke Malang. Apalagi kedatangannya disambut dengan sarasehan oleh pengurus Lesbumi Kota Malang. Anne dihadirkan sebagai pembicara pada acara Beber Klasa bertema Merayakan Persaudaraan; Anne Rasmussen, Perempuan, dan Musik Islam di Nusantara.
Mbeber Klasa Lesbumi NU Kota Malang digelar di kedai Saptawikrama, Kamis malam (18/08/2022). Anne menjadi pembicara bersama Dr Ari Ambarwati dan Aquarina Kharisma Sari. Mbeber Klasa Jumat itu dipandu Leo Tani Maju.
Anne mengaku tidak asing dengan Malang. Profesor asal Virginia AS itu memang sudah pernah ke Malang untuk tugas penelitian dan belajar Bahasa Indonesia di UM. Hanya saja untuk saat ini, dia sempat menunda ke Indonesia karena COVID-19. Sama saja kata dia, di Amerika orang-orang juga diam di rumah saat pandemi.
Profesor yang meneliti musik islam dan kebudayaan itu menyatakan, islam di Indonesia sangat menarik karena tidak hanya agama sebagai hukum, tapi juga berkesenian dan berkebudayaan. Anne memang sudah mengenal Lesbumi karena pernah bertemu dengan sejumlah tokoh dan pengurus Lesbumi NU.
“Jadi ini adalah kehormatan besar bagi saya berada di tengah pengurus Lesbumi di Malang. Terima kasih. Saya siap jadi pengurus Lesbumi Cabang Virginia, cabang istimewa,” ucapnya sembari tertawa.
Tekanan COVID-19 menurut Anne terjadi di mana-mana. Namun masyarakat tetap bisa melakukan aktifitas dan langkah kolaboratif dengan pemanfaatan teknologi. Sejumlah lembaga kata dia, bahkan bisa menyelenggarakan lomba tilawah Quran yang menghadirkan Qari dari berbagai negara hanya via zoom.
Anne mengajak semua orang untuk adaptif. Salah satu caranya dengan melakukan kunjungan persaudaraan. Dengan anjangsana menurutnya, bisa memperkaya pengetahuan.
Anne bercerita saat dirinya melakukan penelitian di Palestina tahun 2000. Saat itu dia melihat kedai yang menawarkan jasa internet. Anne pun bisa menghubungi kolega dengan internet yang baru pertama kali dia manfaatkan.
“Saya katakan kepada pemilik, ini luar biasa,” ujarnya.
Anne pun takjub dengan jawaban pemilik warnet yang mengatakan; negaranya memang tidak punya gedung bertingkat. Tapi masyarakatnya bisa memanfaatkan kekuatan akal untuk berkembang.

Merespon soal pandemi, Ambarwati juga menceritakan penelitiannya terhadap masyarakat Samin di pedalaman Bojonegoro tahun 2020 lalu. Dosen Unisma tersebut juga kaget dan disadarkan, bahwa masyarakat yang tinggal di pedalaman, sangat adaptif dan berpikir sangat maju.
“Ketika saya tanya kepada sesepuh Samin Mbah Harjo, beliau berkata bahwa sudah saatnya bumi melambat untuk keseimbangan baru,” kata Ambarwati yang bertanya soal pandemi.
Bahkan Mbah Harjo menurutnya, masih memegang kitab warisan leluhur yang isinya soal pandemi Flu Spanyol. Ambarwati menyebut, masyarakat Samin bahkan sangat siap menerima pandemi. Karena saat pandemi COVID-19 terjadi, masyarakat Samin sudah melakukan protokol kesehatan. Tak kalah hebatnya, masyarakat Samin juga melek teknologi.
“Saya pikir yang bisa diambil dari masyarakat Samin adalah membiasakan diri dengan segala situasi tanpa harus kehilangan daya hidup untuk tetap optimis,” tukasnya.
Mbeber Klasa bersama Prof Anne Kamis malam itu dihadiri sejumlah pengurus PCNU Kota Malang, akademisi, mahasiswa, santri, hingga pengurusan Lesbumi NU Kota Malang. Beber Klasa ditutup dengan nyanyian musik yang ditampilkan DRC bersama Prof Anne dan Antok Yunus.
Reporter: Feny Yusnia
Editor: Fajrus Sidiq
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id