MALANG, Tugumalang.id – Universitas Islam Malang (Unisma) menganugerahkan Jabatan Guru Besar Kehormatan pada Prof (HC UNISMA) Dr H Ali Masykur Musa SH MSi MHum.
Sosok Ketua Umum PP Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) itu menerima gelar Guru Besar di Bidang Politik Pendidikan Islam.
Pengukuhan guru besar itu dikemas dalam Rapat Terbuka Senat Universitas Islam Malang yang berlangsung di Gedung Pascasarjana Unisma, Sabtu (18/11/2023).
Baca Juga: Tiga Proposal Penelitian Dosen Unisma Lolos Hibah Program Matching Fund Kedaireka
Dengan dihadiri Menteri Pertahanan Prabowo Subianto; Gubernur Jawa Timur Khofifah Indah Parawansa; Kepala LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur Prof Dr Dyah Sawitri SE MM; serta beberapa tokoh kalangan akademisi, politisi, pejabat, maupun tokoh-tokoh besar termasuk dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Dalam pengukuhan itu, Prof Ali memaparkan pidato pengukuhan berjudul “Politik Pendidikan Islam Memperkokoh Multikultur Bangsa”.
Dalam paparannya, ia menjabarkan bahwa ada banyak makna yang terkandung pada Guru Besar Bidang Politik Pendidikan Islam yang ia sandang saat ini. Terlebih, karena ia telah menuntut ilmu dari berbagai konsentrasi. Diawali Ilmu Hubungan Internasional, Ilmu Hukum, Ilmu Politik, dan Manajeman Pendidikan.
Baca Juga: Mahasiswa FEB Unisma Siap Bersaing di Era Digital, Lakukan Uji Kompetensi Digital Marketing
Sehingga ia pun menyampaikan terima kasih atas kepercayaan Unisma yang telah memberikan Jabatan Guru Besar Kehormatan. “Menurut saya sangatlah tepat dan menunjukkan kejelian Senat dan Rektorat Universitas Islam Malang menyandangkan diri saya sebagai Guru Besar Bidang Politik Pendidikan Islam, yang tiada lain merupakan mata rantai dari ilmu-ilmu yang saya geluti,” kata dia.
Terlebih, implikasi dari ilmu ini, mengarahkan bahwa kehebatan dan kemajuan suatu negara dilihat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan ini menjadi syarat bagi lahirnya Indonesia sebagai negara maju dan berdaya saing tinggi dalam percaturan hubungan antar bangsa.
Politik Pendidikan yang dicerahkan oleh nilai-nilai Agama Islam akan melahirkan generasi yang memiliki kedalaman keagamaan, sekaligus memiliki rasa tanggungjawab yang besar terhadap negaranya.
Jadi, pendidikan merupakan human investation yang di dalamnya harus mencerminkan nilai keagamaan dan kebangsaan.
Pendidikan dengan pola seperti ini, lanjutnya, akan melahirkan generasi transformatif yang mampu menjawab setiap tantangan zaman, karena setiap jaman memiliki tantangannya sendiri, dan setiap tantangan akan melahirkan pemimpinnya sendiri.
Dengan demikian, tambah Prof Ali, Indonesia akan siap beradaptasi pada setiap perubahan.
Implikasi Politik Pendidikan Islam berikutnya adalah harus memperkuat anak didik dan generasi yang kuat multikulturnya.
Ia juga menekankan untuk tidak meremehkan persatuan dan kesatuan bangsa karena hal ini akan memicu lahirnya disintegrasi bangsa.
“Kawabannya adalah kokohkan semangat Bhineka Tunggal Ika untuk menyongsong lahirnya “Generasi Emas” yang melahirkan Indonesia sebagai negara maju pada kurun memasuki 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-2, pada tahun 2045,” tukas Ketua Umum PB PMII tahun 1991-1994 tersebut.
Sementara itu, Rektor Unima Prof Maskuri MSi, menjelaskan bahwa penganugerahan Gelar Honoris Causa ini bukan tanpa alasan. Kiprah dan karier yang dijalani Prof Ali Maskur sangat kompleks.
Mulai sebagai pendidik, intelektual muslim, organisatoris di PMII dan NU, politikus, negarawan/teknokrat, kiprah di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), komisaris BUMN hingga menjadi Kyai, yang berimplikasi pada tata kehidupan manusia dalam beragama, berbangsa dan bernegara.
Apalagi, banyak artikel pada jurnal, opini yang berkaitan dengan konstitusi, demokrasi, politik, kebijakan anggaran, nasionalisme, keislaman, pendidikan Islam, masalah etika dan keorganisasian telah banyak dihasilkan.
“Kegiatan beliau dalam seminar, simposium, workshop, diklat, FGD dan menjadi narasumber di berbagai even nasional dan internasional menjadikan beliau pantas menerima anugerah Guru Besar Kehormatan di Universitas Islam Malang,” tutup Maskuri.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A