Sebagai capaian karya seni, kartu tarot bikinan Donny Hendrawan akan dipamerkan pada 15-16 Oktober 2022 mendatang. Dark Art Exhibition bertajuk Imaginary Friends ini terselenggara berkat creativeslaps dan didukung tugumalang.id sebagai media partner. Lantas, alasan apa dan mengapa pameran seni ini patut untuk dikunjungi?

Tugumalang.id – Dunia tarot tidak hanya mengenal satu jenis macam kartu saja. Ternyata, kartu tarot yang memiliki simbol dengan makna tersendiri itu juga bisa disesuaikan sesuai kebutuhan penggunanya. Maksudnya, visualisasi kartu tarot juga bisa dibuat sendiri sesuai kreasi pengguna.
Donny Hendrawan, seniman dan pegiat tarot di Malang telah melakukannya. Bahkan di Indonesia, dia tercatat sebagai kreator kartu tarot ketiga. Sebelumnya, sudah ada dua nama besar kreator atau pembuat kartu tarot. Mereka adalah (Alm) Ani Sekarningsih dengan kartu tarot Wayang dan Hisyam A Fachri dengan karya tarot Nusantara.
Berbeda dengan dua pendahulunya, gaya visualisasi karya seni untuk kartu tarotnya terbilang nyeleneh. Mengusung konsepsi “Dark Art Monochrome”, Donny telah menyelesaikan 78 gambar untuk kartu tarot yang dinamakan Imaginary Friends selama rentang waktu 2020 hingga 2022.

Keseluruhan visual pada kartunya bernuansa hitam putih (BW; Black/White) yang menurut Donny adalah ekspresi paling jujur. Sebab itulah banyak ekspresi visual khas, nyeleneh, dan ikonik yang muncul. Mulai dari sosok yang asing, monster aneh, atau bahkan sosok yang kita kenali sehari-hari.
Seperti simbol kuda yang biasanya ada pada kartu umumnya, oleh Donny diganti menjadi motor. Misal untuk simbol pedang, Donny mengantinya dengan pisau dapur. Namun untuk beberapa simbol sosok asing yang tidak pernah kita temui, tetap ada dalam kartunya.
Pada prinsipnya, semua ilustrasi yang dia buat lahir berdasarkan pada pengalaman estetik, spiritual, dan kultural yang melatarbelakangi Donny. Meski begitu, sajian ilustrasinya tidak mengurangi makna simbol kartu pada umumnya.
Menurut alumnus Universitas Gajayana Malang ini, reinterpretasi simbol dalam dunia tarot sah-sah saja. Tidak ada aturan baku meramal mau memakai kartu ini atau kartu itu. Terpenting dalam seni meramal adalah membaca pertanda atau simbol yang juga dikombinasikan dengan ilmu psikologi.
Mengutip perkataan Carl Jung, tokoh filsuf psikolog favoritnya yang juga merupakan peneliti kartu tarot pernah bilang; bahwa ada ketidaksadaran kolektif dari manusia, terlepas dari perbedaan apapun latar belakang kulturalnya.
Maksudnya, dari belahan dunia manapun, simbol, cerita rakyat, dan atau mitos-mitos yang beredar memiliki tipologi jahitan kisah yang sama. Seperti kisah Messias misalnya, yang juga hampir mirip dengan kisah Ken Angrok, Sunan Kalijogo, atau bahkan Luke Skywalker.
Di mana tokoh-tokoh legenda yang disanjung karena kebaikannya ini, tadinya merupakan orang-orang terbuang, rakyat jelata, bahkan pendosa. Namun semua itu dilakoni untuk kemaslahatan sekitarnya. Jahitan kisah yang sama juga terjadi pada sosok badut, tokoh Joker.
”Kalau di Jawa, ada Punakawan, sosok yang bisa mengolok raja dengan kebadutannya,” paparnya.
Bahkan, konsep “Sedulur Papat Limo Pancer” yang dipercaya masyarakat Jawa juga selaras dengan konsep tarot dari simbol pentacles sebagai lambang dari berbagai unsur yaitu api, air, tanah, udara, dan spirit (ruh).
”Nah, selama kita tahu makna simbol, semua orang bisa membuat tarot. Tarot itu artinya manusia. Di Yunani disebut taroci. Kartu tarot ini dibuat sebagai media agar manusia bisa memahami dirinya,” papar Donny yang sudah menggeluti dunia tarot sejak era 2000-an tersebut.
Keunikan karakter itulah yang kemudian membuat creativeslaps tertarik untuk menjadikannya sebagai tontonan. Lewat Imaginary Friends, membuktikan bahwa seni meramal tarot tidak ada kaitan sama sekali dengan hal berbau mistis atau klenik.
Seiring perkembangan zaman, kartu tarot juga dikaji melalui berbagai pendekatan serta ilmu psikologi. Bahwa tarot menjadi jembatan komunikasi manusia dengan alam bawah sadar dan menuntun mereka menemukan pencerahan jiwanya secara alami.
Mengutip pernyataan Hisyam AF (2010) di dalam buku Psikologi Tarot, bahwa alam bawah sadar manusia mempengaruhi sekitar 80 persen sikap dan perilakunya. Hal inilah yang coba digali Donny dan kemudian dikejawantahkan lewat kartu tarot buatannya.
Imaginary Friends merupakan ekspresi seni Donny dari pendekatan psikologis untuk mengungkap sisi gelap manusia yang mungkin terkubur dalam-dalam karena dogma, etika, dan identitas sebagai manusia yang tidak mungkin ditampakkan pada orang lain.
Satu contoh dari sisi lain kompleksitas manusia, kata Donny, adalah teman imajiner (Imaginary Friends) yang hampir setiap manusia miliki, khususnya sewaktu di masa kecil.
”Namun, teman kita itu kita tinggalkan setelah kita dewasa, memasuki fase akil baligh, saat kita sudah mimpi basah. Sejak kita kenal cinta, teman imajiner kita itu mulai kita lupakan. Soal ini yang ingin aku sampaikan di pameran nanti,” jelasnya.
Dalam eksebisinya, berbagai karya artwork Donny akan dicetak dalam kertas ukuran A0 dan proper lighting seperti barang seni pada umumnya. Selain itu, juga akan ada kegiatan lain seperti tarot reading, fashion exhibition, dan pertunjukan musik.
Total ada 10 musisi dan band lokal ternama yang berkolaborasi menggarap soundtrack Imaginary Friends. Seperti The Morning After, Lourdy Nico, Fianismo, Ben Lazuardi (Pagi Tadi), Lar Ashram, Sicklum, hingga Omen Monohero. Mereka akan tampil menutup pameran.
Pameran akan ditutup dengan Pool Party dengan dimeriahkan Vakingsyit sebagai bintang tamu. Sebuah unit proyek karaoke milik trio Oom Leo, Vincent, dan Desta bersama DJ Henry Foundation.
Tak hanya bersenang-senang, dalam pameran ini juga diisi dengan berbagai kegiatan edukatif. Seperti Sketch Jam with Rio Krisma, Workshop Mental Health bersama psikolog Daisy Prawitasari, hingga Workshop Manajemen Seni oleh Oom Leo.
Pameran akan dihelat di Ubud Cottage Kota Malang pada 15-16 Oktober 2022 mendatang. Sebuah proyek kesenian yang patut dikunjungi dan sayang untuk dilewatkan. Untuk informasi tiket bisa diincar dengan memantau akun Instagram resminya: @imaginaryfriends_tarot
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti