MALANG, Tugumalang.id – Mahasiswa UM bekerja sama dengan pihak BKKBN Jawa Timur, menjalankan sosialisasi program Aplikasi Elsimil untuk menekan angka stunting.
Sosialisasi mahasiswa KKN Universitas Negeri Malang ini menyasar Calon Pengantin (Catin) di Desa Sumberbrantas, Batu sejak 28 Agustus hingga 15 Desember 2023.
Dalam rentang waktu tersebut mereka dapatkan data diri 6 Catin Wanita. Data ini diperoleh melalui metode Door to Door, yakni kami mengunjungi secara langsung ke rumah Catin itu sendiri didampingi dengan Ibu TPK atau Tim Pendamping Kelompok per RW. Desa Sumberbrantas sendiri memiliki 6 RW.
Baca Juga: Ribuan Mahasiswa UM Upacara Hari Santri depan Lapangan Fakultas Kedokteran
Sebelum mengunjungi catin tim ini memperoleh data Catin dari bagian TU Balaidesa Sumberbrantas yakni Maya. Setelahnya mahasiswa ini menghubungi Catin tersebut melalui WhatsApp.
Dalam pesan singkat tersebut disampaikan kepada Catin perihal perkenalan, asal, dan tujuan mahasiswa menghubungi Catin, nantinya dari Catin akan menentukan jadwal yang bisa untuk kami kunjungi.
Setelah membuat janji dengan catin, mereka segera menghubungi TPK agar bisa mendampingi sewaktu kunjungan nanti, sebab TPK juga membutuhkan data catin untuk dimasukkan manual melalui aplikasi elsimil TPK.
Dengan adanya aplikasi ini, mahasiswa UM ini bisa mengetahui tentang faktor resiko dari Calon Pengantin yang nantinya akan menikah.
Baca Juga: Ribuan Mahasiswa UM Upacara Hari Santri depan Lapangan Fakultas Kedokteran
Apabila didapatkan hasil data Catin memang sangat kurang dari normalnya, maka dilakukan penyuluhan terkait apa baiknya yang harus dilakukan untuk memperbaiki kekurangannya dan apa yang harusnya tidak dilakukan oleh Calon Pengantin sebelum menikah.
Terlebih catin perempuan akan sangat memengaruhi kelahiran anak nantinya saat 1000 HPK atau Hari Pertama Kelahiran.
Namun, apabila catin mendapatkan hasil yang normal, maka kami cukup memberikan penyuluhan untuk baiknya yang dilakukan dan himbauan untuk mengurangi hal yang akan menuju ke hal tidak baik.
Dalam kunjungan Catin, mahasiswa ini menggunakan media lembar seperti formulir yang nantinya akan diisi. Sembari mahasiswa mencatat secara manual di lembaran, tim TPK memberikan penyuluhan kepada Catin tentang bagaimana kedepannya setelah tindaklanjut kunjungan catin untuk pengisian elsimil.
Untuk data yang diisi melalui selembaran itu terdiri dari BB, TB, IMT, LILA, HB, serta keterkaitan merokok. Selembaran tersebut diperoleh dari TPK RW 2 untuk kemudian digandakan melalui fotocopi.
Kesimpulan dari hasil sosialisasi, pendampingan, dan penyuluhan persiapan calon pengantin di Desa Sumberbrantas mengindikasikan bahwa penerapan strategi pengisian aplikasi Elsimil secara Door To Door sangat efektif.
Hal ini terbukti dengan partisipasi aktif calon pengantin (Catin) yang secara langsung mengisi aplikasi tersebut didampingi oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Pendekatan Door To Door memberikan keleluasaan bagi calon pengantin untuk mengakses informasi dan melakukan pengisian dengan bantuan langsung.
Metode tanya jawab yang diterapkan dalam sesi penyuluhan Face To Face memungkinkan interaksi langsung antara calon pengantin dan TPK.
Sehingga pertanyaan atau kebingungan dapat dijawab dengan jelas dan tepat, dengan begitu dapat ditekankan bahwa semua catin yang didampingi telah berhasil sampai mendapatkan sertifikat. Dengan hasil ini, harapannya stunting dapat dicegah karena calon pengantin telah memiliki pengetahuan yang baik.
Kegiatan ini dilatarbelakangi persoalan stunting, atau kejadian balita pendek, dimana sebagai permasalahan gizi global, termasuk di Indonesia.
Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% pada 2022, dengan target 14% pada 2024.
Untuk mencapai target tersebut, perlu dilakukan upaya bersama, terutama dari tingkat keluarga dan peran orangtua. Selain itu, Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 tahun 2019 mengubah usia minimal perkawinan bagi perempuan menjadi 19 tahun.
Ini sejajar dengan laki-laki, untuk memastikan kematangan jiwa dan fisik dalam menjalani pernikahan, mengurangi perceraian, dan menjamin kelahiran anak yang sehat.
Berbagai faktor terkait dengan kejadian stunting melibatkan kondisi gizi ibu selama kehamilan, postur tubuh pendek, dan pola asuh yang tidak memadai.
Kondisi gizi ibu sebelum dan selama kehamilan dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin, mempengaruhi berat badan lahir, dan mengakibatkan gangguan pertumbuhan.
Faktor lain yang memengaruhi stunting melibatkan praktik pemberian ASI eksklusif, status gizi ibu, tingkat pendidikan ibu, dan kondisi bayi yang lahir dengan berat badan rendah.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu peningkatan kesadaran akan pentingnya gizi ibu, pola asuh yang baik, dan pemberian ASI eksklusif sebagai langkah preventif untuk mengurangi risiko stunting pada balita.
Menurut artikel Berita BKKBN (2023) untuk mengurangi angka stunting pada remaja yang akan menikah, dibuatlah Aplikasi Elsimil yang berfokus pada pendeteksian kondisi kesehatan dan faktor risiko pada calon pengantin muda.
Aplikasi ini akan memberikan evaluasi otomatis untuk menilai apakah kondisi calon pengantin tersebut ideal atau berisiko terkait kehamilan dan persalinan.
Tujuan pendampingan calon pengantin adalah memastikan setiap Calon Pengantin atau calon Pasangan Usia Subur berada dalam kondisi siap menikah dan hamil pada saat akan melangsungkan pernikahan yang mengacu pada Kartu/Sertifikat (keluaran Aplikasi Pendampingan Keluarga/Elsimil).
Baca Juga Berita tugumalang.id di Google News
Reporter : Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A