Tugumalang.id – Nama Heri Cahyono sudah tak asing lagi di mata masyarakat Malang Raya, khususnya Kota dan Kabupaten Malang. Pria yang ada dalam ratusan spanduk bertuliskan “Ono Sing Anyar” itu membuat khalayak tahu, bahwa si empunya akan maju dalam kontestasi Pemilu 2024 untuk kursi calon Wali Kota Malang selanjutnya.
Sam Heri Cahyono, julukannya, seperti tak mau menyerah akan keinginan menjadi kepala daerah di Malang demi melakukan perubahan. Pria kelahiran Kasembon, 12 Desember 1975 ini, menyebut bahwa Malang adalah miniatur Indonesia yang sangat plural.
“Artinya malang ini memang terbuka untuk semuanya. Saya ini arek Malang mosok gaoleh nyalon ndek Malang. Kebetulan kita punya tanggug jawab moral atas kondisi-kondisi yang terjadi di Malang,” ungkapnya.
Baca Juga: Heri Cahyono: Malang Jejeg adalah Gerakan Moral, Tidak Ada Dana dari Bandar Politik
Ia menyebut bahwa Kota Malang adalah jantung dari kawasan Malang raya. Sehingga apa yang terjadi di Kota Malang akan menyeret segala sesuatu di sekitarnya. Ia juga mengaku bahwa memang mencari kekuasaan demi melakukan perbaikan.
Di matanya, kekuasaan adalah alat yang paling efektif untuk melakukan pengentasan kemiskinan. Meski sebelumnya ia telah banyak berkecimpung dan melakukan gerakan sosial walau tak berada di jalur pemerintahan.
“Jadi peluangnya lebih memungkinkan mengingat juga kami investasi sosial itu seluruh Malang raya, karena pergerakan Malang Jejeg itu kita dirikan untuk malang raya,” imbuh pemilik HRA Group ini yang juga inisiator gerakan Malang Jejeg ini.
Gagasan Besar Sam Heri Cahyono untuk Kota Malang
Lalu apa motivasi gagasan yang akan dibawa Sam Heri jika nantinya terpilih menjadi Wali Kota Malang selanjutnya? Dalam kesempatan Podcast di Tugu Inspirasi bersama Irham Thoriq selaku CEO Tugu Media Group, Ia membeberkan semuanya.
Baca Juga: Heri Cahyono Dirikan Pesantren Wirausaha Kalasuba: Bentuk Pengusaha Berkualitas
Sekali lagi ia menekankan bahwa Kota Malang adalah jantung dari pergerakan ekonomi Malang Raya yang juga meliputi Kabupaten Malang dan Kota Batu. Namun nyatanya, menurut Heri, Kota Malang masih menjadi salah satu kota dengan tingkat pengangguran terbuka terbesar di Jawa Timur.
“Nah ini artinya pekerjaan dan ekonomi menjadi PR yang sangat sangat krusial. Nah karena akan berimbas ke masalah-masalah sosial. Ekonomi ini ujung dari segala ujung masalah sosial,” jelasnya.
Oleh karena itu, Heri menggagas adanya sistem kendali otomatis yang berfokus dalam pengembangan sumber daya manusia. Hal ini demi meningkatkan daya saing tenaga kerja sehingga kualitas dan penghasilan masyarakat juga bisa meningkat.
“Kita akan tanam sistem manajemen kendali otomatis. Kemudian untuk kita akan fokus pada pembangunan SDM, ini nanti jadi satu-satunya daerah yang fokus mengembangkan SDM. Human manusia sebagai modal untuk pembangunan,” paparnya.
Irham Thoriq, lalu bertanya bagaimana cara Heri men-scale up ASN di Kota Malang yang jumlahnya ribuan. Heri pun menjawab bahwa ASN di Kota Malang sebenarnya sudah sangat keren. Namun mereka terhalang oleh kebebasan berekspresi dan ruang untuk menumpahkan ide-ide brilian.
“Ketika ruang disempitkan, pingin opo opo, pimpinane gak setuju, dan sebagainya. Dan ruang ekspresi itu fokusnya pada ASN. Nanti kita membuat satu sistem yang nanti siapa pun nantinya walikotanya dia tetap melakukan itu. Sebetulnya sistem dari negara kan sudah fiks, nah bisa dielaborasi,” jelasnya.
Nantinya, ia akan coba memimpin Kota Malang selayaknya memimpin perusahaan dengan beragam aturan yang bisa menjembatani. Ia pun mencontohkan Kota Solo yang bisa dengan cepat berkembang dan makin maju.
“Artinya ada pintu-pintu itu. Nah ini butuh seseorang yang punya perilaku CEO. Jadi dia dalam gelap tetap melihat cahaya. Ketemu tembok didadekne pintu. Dibunuh tidak mati karena punya mentalitas seperti itu. Nah ini butuh dipimpin oleh seorang CEO,” tuturnya.
Heri lalu menyoal bagaimana selama ini tingkat kesuksesan kinerja pemerintahan yang dilihat dari serapan anggaran. Di mana sejauh mana dampak dari pekerjaan yang dilakukan tidak menjadi prioritas.
“Jadi gini lho mas, APBD habis dari tahun ketahun itu dibuat apa aja dan sampai mana. Kalo APBD itu ekonomi, ekonomi wes kelas piro. Ndak pernah tahu. Terakhir ditutup dengan laporan pertanggung jawaban. Kita juga ndak pernah tahu. Ndek kesehatan kelas piro,” ungkapnya.
Heri menjelaskan, gagasan besarnya akan dimulai dengan menjadikan kelurahan sebagai pusat pelaksanaan program. “Kenapa di kelurahan? Karena dia yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Dia berhubungan langsung dengan ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkuangan. Hubungane ke situ semua. Nah pak lurah itu bisa difasilitasi untk bisa mencapai target. Jadi wali kota ini kudu mudun,” jelasnya.
Target kinerja kelurahan kemudian akan menjadi target camat selaku pemimpin kecamatan dan kepala dinas terkait. Di mana dinas dan kecamatan juga akan memiliki target tersendiri yang setara dengan lingkup kerja. Yang semuanya akan menjadi target kinerja dari Wali Kota Malang.
“Kemudian target wali kota, ya gabungan dari target camat sama target kepala dinas. Sehingga ini, kalo dari bottom di dasar organisasi itu gagal, maka walikotane gagal mas,” beber Heri.
Ia pun akan berusaha membuat sistem yang transparan di mana masyarakat dapat mengetahui kinerja seluruh perangkat pemerintahan. “Nah ini dipublish. Masyarakat eruh. Mereka di handphonenya tahu. Tahu raport e lurah, camat kepala dinas sampe wali kota. Di saat itu orang akan bekerja dengan sungguh sungguh. Dan tidak banyak yang mau berebut jabatan. Dan jabatan gausah bayar,” jelasnya.
Ketika masyarakat menjadi subjek, dia ada di posisi pengawasan. Hari ini kan masyarakat kan tidak dilibatkan dalam itu. Dijupuk suarane, jebret, APBD-e kelolaen kemudian diawasi DPRD yang memang notabene wakile masyarakat. Tapi sekarang kan era digitalisasi.
Nah ini jadi era keterbukaan mengingat kami akan mengembalikan sebuah demokrasi ke tangan tuannya. “Sopo sing gawe wali kota ini, yo masyarakat, duite sopo yo masyarakat. Jadi mereka berhak tahu kerjone wali kota dan jajarannya. Ini nanti akan saling menghargai. Karena semua merasa diorangkan,” kata dia.
Visi Misi Heri Cahyono Maju Jadi Calon Walikota Malang 2024-2029
Menyoal visi misi, Heri menyebut bahwa visi misinya tumbuh dari kondisi objektif yang berasal dari kondisi Kota Malang hari ini. Beberapa di antaranya yakni banjir, macet, parkir liar, stunting.
“Ada banyak hal. Nah ini harus diselesaikan. Kondisi eksisting. Yang membuat kita gak nyaman. Jadi visi pertama itu, terwujudnya Kota Malang yang nyaman,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa selain membangun kota yang nyaman, ia akan memprioritaskan pembangunan sumber daya manusia sebagai bekal utama yang di miliki Kota Malang. Minimnya daya saing, menurut Heri, terlihat dari data di mana hanya sekitar 15% warga asli Malang yang bisa mengakses pendidikan di 60 kampus di Malang Raya.
“Hampir semua musrembang itu usulannya bangun fisik. Bukan bangun menungso (manusia_red). Jadi nanti Malang taglinenya city of talents. Jadi kotanya para talenta. Nah kita akan membangun talenta-talenta berkualitas tinggi,” ungkapnya.
Sehiangga dalam pengelolaan ini bisa dieksplorasi. Saya sudah melakukan survei ke beberapa negara yang hebat di pengelolaan sumberdaya manusia dan hari ini kami petakan dan belum berani merilis kota mana saja.
Yang kelak jika kita diijabah jadi wali kota, kota itu akan kita lamar mas. Jadi sister city memang kita butuh pendanaan di mana sekarang kita membentuk teknokrasi kapital di mana manusia sebagai modal. Ketika kita berdaya saing tinggi, apa pun akan mudah. Malang akan menjadi pioner manusia manusia berkualitas dan berintegritas tinggi.
Makna “Ono Sing Anyar” Serta Tak Adanya Tes Kapasitas dan Integritas untuk Calon Wali Kota
Tagline ono sing anyar dalam ribuan baliho yang terpampang, menurut Heri, lebih dari sekedar menampilkan seseorang yang tengah menaiki vespa biru.
“Jadi slogan ono sing anyar bukan sekedar ono arek gowo vespa. Saya memang figure yang baru. Malang Raya sendiri kehilangan tokoh. Kami bukan orang baik tapi kami berusaha memperbaiki. Makanya mendirikan gerakan malang jejeg,” jelasnya.
Pendiri Kalasuba Indonesia ini menekankan, dengan gagasan barunya, ia akan mengembalikan pengawasan dan demokrasi kembali pada pemilik sesungguhnya yakni masyarakat.
“Nah ini jadi era keterbukaan mengingat kami akan mengembalikan sebuah demokrasi ke tangan tuannya. Sopo sing gawe wali kota ini, yo masyarakat, duite sopo yo masyarakat. Jadi mereka berhak tau kerjone wali kota dan jajarannya. Ini nanti akan saling menghargai. Karena semua merasa diorangkan,” imbuhnya.
Ia juga menyinggung bahwa untuk menjadi wali kota, nyatanya tak ada tes integritas dan kapasitas yang seharusnya dibutuhkan. Apalagi dengan masa jabatan wali kota yang hanya datang 5 tahunan. Di mana pembangunan di tingkat eksekutif nantinya akan dipegang oleh wali kota.
“Umpamanya gini, wali kota itu hanya datang 5 tahunan. Ini kalo kita ketemu orang yang baik, kapasitas, berintegritas, rakyatnya seneng. Tapi selama ini kan gak ada tesnya mas. Seperti masuk tentara, masuk polisi, perawat, sekolah. Ini yang masuk ngelamar diterima kan kualitasnya kan amburadul,” paparnya.
Ia menyebut bahwa hal ini menjadi problematika terbesar bagi Indonesia, dimana masyarakat mau tak mau menerima pemangku jabatan di tataran eksekutif tanpa tes dan mendapatkan SDM apa adanya. Di mana hampir semua orang bisa saja lolos dalam persyaratan administrasi, tes kesehatan dan tes psikologi
Tetap Independen Walau Tak Dilirik Partai, Heri Siap Tak Calonkan Diri Jika Ada Paslon Lain Komitmen Jalankan Idenya
Pertanyaan tentang kendaraan politik yang akan ia gunakan dalam kontestasi Pemilu 2024 pun kerap mengemuka. Heri pun bersikukuh bahwa hingga hari ini, dirinya masih independen. Namun ia bersyukur dan tak menolak bila nantinya ada partai yang memberi hadiah surat rekomendasi.
“Independen itu jangan salah lho, independen itu gabungan seluruh partai yang jadi satu. Mengingat saya di bawah, yang anak-anak berjuang di Malang Jejeg ternyata multipartai. Kami akan kekeh mengusung jalan independen. Ketika suatu hari ada partai yang mengasih kami hadiah rekom, kami akan terima,” jelasnya.
Ia pun siap berkolaborasi dengan berbagai pihak walau tak akan bergantung pada siapapun. Heri mengaku bahwa telah banyak bandar-bandar yang mendekatinya usai berniat mencalonkan diri. Namun semuanya ia tolak.
“Kalo syarat didepan dan dibekakang bukan ranah saya pribadi. Hari ini banyak, para bandar bandar yang mendekati kami. Menang ijole iki iki. Semua kami tolak. Di partai itu saya masih buta. Dan saya memag sengaja membutakan diri,” jelasnya tegas.
Heri menyebut jika persoalan Kerjasama politik telah ia serahkan pada manajemennya. Ia bahkan siap mundur dari pencalonan jika ada pasangan calon yang nantinya mau berkomitmen untuk menjalankan gagasan besarnya untuk Kota Malang.
“Misalkan program ini bisa dijamin oleh seseorang untuk bisa dilaksanakan di pemerintahan, jaminan 100% kontrak mati sama aku, ya maka dengan senang hati tidak mencalonkan walikota. Dengan senang hati. Itu tak jamin wes,” tuturnya.
Saat ditanya apakah tak mengincar kekayaan dengan jabatan pemerintahan, ia menolak dengan tegas. Selaku pengusaha, ia telah merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Ia telah memutuskan pensiun dini dan menginfakkan apa yang dimilikinya untuk masyarakat.
“Mulai dari kabupaten sampai hari ini pun ketika ini adalah yang terbaik di Malang Kota, ini kegiatan sosial. Yang tidak boleh diharap kembalian satu rupiah pun. Ini harus dicatet. Bahwa aku wonge cukup,” tegas Heri Cahyono.
Penulis: Imam A. Hanifah
Editor: Herlianto. A