Kota Batu, Tugumalang.id – Perumdam Among Tirto Kota Batu merilis inovasi pelayanan baru bernama Tandon ASI. Tandon ASI yang dimaksud bukan air susu ibu, melainkan air murni yang bebas dari obat penjernih air atau kaporit.
Dengan begitu, air yang diminum dari tandon ini dijamin sehat, khususnya juga bagi ibu menyusui. Ini diklaim merupakan kontribusimereka untuk ikut andil dalam menurunkan angka stunting di Kota Batu, meski tidak cukup signifikan.
Direktur Perumdam Among Tirto, Edy Sunaedy menuturkan air dari tandon ini layak dan aman dikonsumsi. Apalagi untuk ibu menyusui. Kata dia, air dari tandon ini dipastikan bebas kaporit. Hanya saja, tandon ini masih hanya ada sejumlah 1 unit yakni di Jalan Abdul Gani bawah.
BACA JUGA: Jurus Perumdam Among Tirto Kota Batu Kerek Naik Pendapatan dari Air Bersih
“Nanti jika inovasi ini punya kontribusi besar dalam menekan kasus stunting, maka akan kita perbanyak lagi. Semoga begitu,” tutur Sokek, Jumat (4/8/2023).
Penamaan air ASI ini diambil dari proses aerasi yaitu mengurai air dengan udara luar untuk mengikat oksigen. Sehingga oksigen yang terlarut dalam air lebih banyak fan sehat.
Selain itu, air mentah memiliki kandungan bakteri E-coli yang memicu diare. Namun, bakteri tersebut dapat mati apabila air direbus hingga suhu 100 derajat celcius hingga mendidih.
Disisi lain, untuk kebutuhan suplai air, Perumdam Among Tirto Kota Batu mengelola enam sumber mata air. Diantaranya adalah Sumber Dandang, Ngesong, Gemulo, Banyuning, Kasinan dan Sumber Terembulok yang mengaliri 18.100 Perumdam Among Tirto.
“Setiap 3 bulan sekali, kami cek kualitas air secara rutin agar air yang dikonsumsi masyarakat dalam kualitas baik dan tidak tercemar,” tuturnya.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, drg Kartika Trisulandari menyatakan jika memang kualitas gizi seseorang juga ditentukan dari kualitas air. Menurut Kartika, faktor penyebab stunting dari hasil penelitian juga disebabkan karena limbah ternak yang dibuang ke aliran air.
“Kami juga sudah mengedukasi para peternak agar limbahnya tidak dibuang ke aliran air. Bisa dibuat jadi kompos atau biogas saja,” katanya.
Hingga saat ini, prevalensi stunting di Kota Batu berada di angka 13,2 persen per Februari 2023 lalu. Ditargetkan pada 2023 ini menurun menjadi 10,8 persen. Salah satu yang dilakukan adalah lewat program Bapak Bunda Asuh (BBAS).
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai sendiri juga melakukan program itu. Perkembangan balita yang diasuh di Kelurahan Ngaglik misalnya, sekarang sudah menunjukkan perkembangan luar biasa.
“Para orang tua sangat terbantu dengan program ini. Sedangkan anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai harapan,” ungkapnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
reporter: ulul azmy
editor: jatmiko