Tugumalang.id – Meskipun makanan fermentasi sering disebut-sebut sebagai superfood karena kaya akan probiotik dan nutrisi, tidak semua orang merasakan manfaat yang sama.
Pada beberapa individu, konsumsi makanan fermentasi justru dapat menyebabkan efek negatif pada pencernaan dan sistem imun.
Perlu dipahami bahwa reaksi tubuh terhadap makanan fermentasi bisa sangat beragam tergantung kondisi kesehatan, kebiasaan makan, dan sensitivitas pribadi.
Berikut adalah beberapa potensi dampak negatif makanan fermentasi terhadap pencernaan dan imunitas yang perlu diperhatikan.
1. Kembung dan Gas Berlebih
Salah satu efek samping yang paling umum dari makanan fermentasi adalah kembung dan produksi gas berlebih. Hal ini disebabkan oleh proses fermentasi yang menghasilkan gas sebagai hasil dari aktivitas bakteri baik.
Baca Juga: 5 Makanan Khas Indonesia yang Cocok untuk Vegetarian dan Vegan
Saat makanan yang telah difermentasi masuk ke dalam sistem pencernaan, bakteri usus memecah serat dan menghasilkan gas seperti hidrogen dan karbon dioksida.
Beberapa orang, terutama yang memiliki sindrom iritasi usus besar (IBS), lebih rentan mengalami perut kembung setelah mengonsumsi makanan fermentasi seperti sauerkraut, kimchi, dan kombucha.
Meskipun probiotik pada dasarnya bermanfaat, ketidakseimbangan dalam mikrobiota usus atau sensitivitas terhadap bakteri tertentu dapat memperparah gejala gangguan pencernaan seperti kembung, sakit perut, dan diare.
2. Eksaserbasi Infeksi Jamur
Bagi mereka yang memiliki riwayat infeksi jamur, seperti kandida, konsumsi makanan fermentasi bisa memperburuk kondisi tersebut.
Makanan fermentasi mengandung ragi, seperti dalam tempe dan kombucha, yang dapat memberi makan Candida albicans, jenis jamur yang sering menjadi penyebab infeksi jamur di tubuh manusia.
Baca Juga: 4 Makanan Sumber Proterin Harga Murah, Cocok untuk Diet
Ketika tubuh kelebihan ragi atau bakteri, hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan flora usus, yang memperburuk infeksi jamur di berbagai bagian tubuh, termasuk saluran pencernaan dan organ reproduksi.
Jika seseorang sudah memiliki ketidakseimbangan jamur, konsumsi makanan fermentasi sebaiknya dihindari atau dikurangi.
3. Kandungan Histamin yang Tinggi
Makanan fermentasi sering kali mengandung histamin dalam jumlah tinggi. Histamin adalah senyawa yang dilepaskan oleh sistem imun tubuh sebagai respons terhadap alergen, tetapi beberapa orang memiliki kesulitan dalam memecah histamin yang ada dalam makanan.
Ketika histamin menumpuk dalam tubuh, hal ini dapat menyebabkan reaksi seperti sakit kepala, ruam kulit, hidung tersumbat, pusing, atau bahkan gangguan pencernaan.
Individu yang sensitif terhadap histamin atau mengalami intoleransi histamin mungkin merasakan gejala-gejala tersebut setelah mengonsumsi makanan seperti yogurt, keju, kimchi, atau sauerkraut. Dalam kasus yang parah, gejala mirip dengan reaksi alergi, yang dapat mengganggu fungsi harian dan kesejahteraan.
4. Keracunan Makanan
Makanan fermentasi rentan terkontaminasi oleh bakteri patogen, terutama jika proses fermentasinya tidak dilakukan dengan benar.
Pada beberapa kasus, produksi makanan fermentasi di rumah atau di lingkungan yang tidak higienis dapat menyebabkan kontaminasi bakteri berbahaya seperti Listeria, Salmonella, atau E. coli.
Jika tidak disimpan dan disiapkan dengan baik, makanan fermentasi yang terkontaminasi dapat menyebabkan keracunan makanan.
Gejala keracunan makanan dari makanan fermentasi termasuk mual, muntah, diare, dan kram perut. Ini adalah risiko yang harus diwaspadai, terutama jika produk fermentasi dibuat sendiri tanpa pengetahuan yang memadai tentang teknik fermentasi yang aman.
5. Asupan Garam yang Tinggi
Beberapa jenis makanan fermentasi, seperti kimchi dan sauerkraut, sering kali diproduksi dengan jumlah garam yang tinggi untuk membantu proses pengawetan.
Konsumsi berlebihan makanan fermentasi yang kaya akan garam dapat berpotensi menyebabkan masalah kesehatan, terutama bagi mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau rentan terhadap penyakit jantung.
Asupan garam yang tinggi juga dapat memicu retensi cairan dan meningkatkan tekanan pada pembuluh darah, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi seperti hipertensi dan gangguan kardiovaskular.
Oleh karena itu, penting untuk mengontrol porsi konsumsi makanan fermentasi yang tinggi garam agar tidak membahayakan kesehatan.
6. Interaksi dengan Sistem Imun
Pada beberapa kasus, konsumsi probiotik dari makanan fermentasi dapat memicu reaksi imun yang tidak diinginkan.
Meski probiotik sering diklaim memperkuat imunitas, bagi individu dengan sistem kekebalan yang lemah atau gangguan autoimun, kelebihan probiotik justru dapat menyebabkan aktivasi berlebihan dari respons imun tubuh. Hal ini bisa memicu peradangan atau memperburuk gejala penyakit autoimun.
Orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti HIV atau pasien yang menjalani transplantasi organ, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi makanan fermentasi dalam jumlah besar karena adanya potensi risiko bagi sistem kekebalan mereka.
Meskipun makanan fermentasi memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan, seperti meningkatkan pencernaan dan memperkuat sistem kekebalan tubuh, ada beberapa efek negatif yang perlu diwaspadai.
Mulai dari masalah pencernaan seperti kembung dan gas berlebih, hingga potensi infeksi dan interaksi dengan sistem imun, setiap orang harus memperhatikan respons tubuhnya terhadap konsumsi makanan fermentasi.
Bagi sebagian orang, konsumsi berlebihan atau sensitivitas terhadap komponen makanan fermentasi dapat memicu efek yang merugikan kesehatan. Oleh karena itu, selalu bijak dalam memilih dan mengonsumsi makanan fermentasi untuk menghindari dampak negatif yang mungkin timbul.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Lutfa Putri Valentina (Magang)
Editor: Herlianto. A