Oleh: Rizky Ramdan*
Di tengah pandemi COVID-19 di mana mobilisasi masyarakat menjadi sulit karena penyebaran virus diikuti dengan krisis ekonomi di berbagai sektor usaha riil yang membuat masyarakat tidak dapat lagi bekerja. Dengan adanya fenomena COVID-19 dan banyaknya masyarakat yang kehilangan pekerjaan maka muncullah penawaran investasi bodong berkedok robot trading dengan menjajikan keuntungan sebesar 10-15 persen per bulan.
Fenomena investasi bodong berkedok robot trading ini seolah olah memberikan solusi bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan karena pandemi COVID-19 sehingga masyarakat awam yang buta terhadap literasi keuangan berbondong bondong menggunakan tabungan hingga menggadaikan asset properti untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan untuk dapat berpartisipasi kedalam investasi bodong berkedok robot trading yang menawarkan profit konsisten tanpa adanya risiko kehilangan modal.
Beberapa hal yang menjadi faktor pendorong maraknya investasi bodong berkedok robot trading adalah :
1. Masyarakat Indonesia masih awam terhadap literasi keuangan mengenai berbagai instrumen investasi seperti saham, obligasi ataupun pasar berjangka. Masyarakat Indonesia lebih mempercayai ajakan dari lingkungan sosial terdekat.
2. Kesulitan Ekonomi di saat pandemi COVID-19 membuat masyarakat berpikir mengenai peluang usaha baru yang tidak terdampak oleh Pandemi sehingga marak munculnya investasi bodong berkedok robot trading yang selalu menawarkan keuntungan 10-15 persen per bulan tanpa adanya risiko kerugian seperti kehilangan modal atau yang biasa disebut loss atau margin call.
3. Keberhasilan penawaran investasi Bodong berkedok robot trading di tengah pandemi COVID-19 ini juga dipengaruhi oleh banyaknya influencer mulai dari artis, pejabat, kolega hingga keluarga terdekat sehingga penyebaran informasi robot trading dari mulut ke mulut telah berhasil menghimpun ratusan ribu member dan berhasil menghimpun dana masyarakat hingga triliunan rupiah.
4. Investasi bodong berkedok robot trading ini seolah olah menawarkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligent) yang meniru perilaku manusia saat melakukan aktivitas trading dalam komoditas berjangka dengan menerapkan money management yang ketat dengan perbandingan rasio keuntungan kerugian (risk reward ratio) sebesar 1-2 persen dalam setiap aktivitas trading sehingga jika dirata rata akan mendapatkan keuntungan sebesar 10-15 persen dalam satu bulan kegiatan trading. Sistem tersebut dinilai seolah olah benar namun kenyataannya aktivitas trading yang dilakukan adalah manipulatif dan fiktif yang diatur dalam sebuah software.
5. Faktor testimoni dari para member robot trading ini memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap calon member yang akan bergabung. Testimoni tersebut menampilkan profit yang dapat ditarik sewaktu waktu disertai dengan berbagai properti seperti rumah mewah, mobil super car dan uang cash miliaran sehingga masyarakat awam berbondong bondong bergabung kedalam investasi bodong berkedok robot trading.
Fenomena investasi bodong berkedok robot trading ini pada kenyataannya telah berhasil menghimpun dana masyarakat hingga puluhan miliar seperti entitas perusahaan Mark AI yang telah membawa kabur 250 miliar, Fahrenheit 5 triliun, Viral Blast 1 triliun, dan DNA Pro sebesar 20 triliun. Oleh karena itu OJK melalui Satgas Waspada Investasi, Kemendag melalui Bappebti, dan Polri Bareskrim telah melakukan tindakan hukum bagi perusahaan investasi bodong berkedok robot trading.
*Penulis merupakan Praktisi Ekonomi Kreatif di Kota Batu
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id